Catatan kecil : Part kali ini belum dikoreksi ya, pasti banyak salah. Tolong ingatkan di komentar ya😉.
Yang udah dikoreksi aja tetap banyak salah apalagi ini😊🤭
***
"Bagaimana Allin? Apa kau sudah mengambil keputusan?"
Bagaimana aku bisa menolaknya. Sesudah apa yang mereka lakukan padaku. Mengisahkan keinginan mereka padaku, keinginan orangtua terhadap anaknya. Mereka membujukku, merayuku, membuai pendengaranku, tanpa kusadari aku membiarkan pertahanan ku kosong.
"Ya" jawabku tanpa perlawanan.
Kedua orang tua itu, Ayah dan Bunda dari Tuan Vano. Kini aku berada dihadapannya, menyetujui kesepakatan pernikahan.
"Mintalah kepada kami, Allin. Apa yang kau inginkan?" tanya lembut, seperti seorang Ibu sedang bertanya pada anaknya, kamu ingin hadia apa?.
"Kalian hanya butuh seorang cucu, bukan? Bisakah aku, yang akan mengurus anakku kelak"
Permintaanku membuat mereka terkesiap.
Suasana terasa mencekam bagiku. Apakah permintaanku berlebihan. Tidak, dia anakku. Wajar saja aku ingin diriku sendiri yang mengasuh dan mendidiknya.
"Biarkan anakku kelak bersamaku sampai anakku paham bahwa dia harus berada di sisi kalian."
Mereka berdua saling memandang tanpa bicara. Mungkin hubungan yang terjalin yang sudah lama, mereka mengerti akan arti tatapan masing-masing.
Mereka mengangguk dan tersenyum padaku.
"Kami berhak atas cucu kami. Dan biarkan kami memenuhi kebutuhannya." nadanya mengingatkan ku bahwa tak sepenuhnya aku lepas dari mereka.
"Baiklah" jawabku
"Kami akan mempersiapkan semua itu untukmu. Dan kapan, kau inginkan"
"Setelah aku hamil, aku ingin lepas dari semua ini"
"Baiklah"
"Tapi kesepakatan kita ini. Tuan Vano dan Bu Sella tidak akan tau kan?" tanyaku sedikit takut.
Mereka mengangguk.
***
Derap langkah terdengar dari arah luar. Suara sepatu pantopel yang beradu dengan lantai, terasa begitu kasar, langka itu pasti lebar dan kuat, hentakannya sampai terdengar, dia pasti terburu-buru. Rambutnya terlihat sedikit acak-acakan kas dirinya ketika sedang gusar.
"Allin" Nadanya suara begitu tinggi. Dia disana berdiri dengan sorot mata tajam, penuh tanya.
Aku tau kenapa dia begitu, dia sudah tau semuanya, bahwa aku sudah menyetujui kesepakatan pernikahan kami.
"Mengapa kau menerima? Kau kan sudah memutuskan untuk menolak pernikahan ini. Dan jangan coba kau ikut masuk dalam kesepakatan ini" ancamnya dengan nada suara yang tinggi tetapi sorot matanya tiba-tiba begitu sendu.
Entah, aku merasa dia begitu khawatir dengan ku, walaupun bercampur dengan raut kecewa.
Apa yang dia khawatir denganku? Jika dia marah padaku, aku paham, aku sudah merusak hubungan pernikahan.
"Aku akan meminta pada Ayahku, membatalkan semua ini. Aku akan mencari wanita lain untuk aku nikahi" bujuknya.
Lagi-lagi rasa khawatir yang terdengar. Ya, dia bukan marah padaku, tetapi dia khawatir dengan ku.
Tak seharusnya Anda mengkhawatirkan aku Tuan. Akulah yang bakal merusak hubungan pernikahan mu dengan Bu Sella. Seharusnya kau marah padaku. Bukan begini. Sepertinya aku sudah salah memutuskan untuk menerima pernikahan ini. Hatiku terlalu lemah dan mudahan luluh.
Tidak Allin. Sadarlah Allin, kau hanya ingin menyelematkan semuanya. Bak pahlawan kesiangan atau ibarat pencuri yang mengaku untuk menolong yang tak mampu dari harta si kaya.
"Sekarang, ayo kita temui kedua orang tuaku. Kau jelaskan pada mereka, bahwa kau menolak pernikahan ini" pintanya serambi menarik tanganku.
Aku menepisnya dan mengeleng tidak mau tapi tangan itu tetap berada disitu, menggenggam tanganku.
"Kau jangan takut, aku akan menemanimu Allin" bujuknya dengan lirih.
Matanya menguatkan ku, menyuruh aku untuk percaya padanya, tangannya begitu hangat sampai menyentuh disana, sesuatu yang seharusnya tak boleh menanggapi sentuhan ini, hatiku.
Aku kalah, sebelum bertempur. Melepaskan diriku sendiri kepada lawan yang siap menusuk, mampukah aku bertahan.
Bertahan Allin, kau sudah membuang semua senjatamu, hanya bertahan harapan mu satu-satunya.
"Ayo Allin!" perintahnya.
Dengan lembut kutepiskan tangan itu, kepalaku mengeleng, mengatakan aku tidak mau.
"Baiklah jika kau takut, kau bisa bilang pada mereka melalui ponselku" ucapnya, tidak hilang akal. Dia mencoba merogoh kantong celananya, mengeluarkan benda pipih itu. Tangannya mulai menggeser layar, tetapi dia berhenti melakukan kegiatan itu, seolah menemukan ide lain. Matanya beralih meatapku, "Atau kau bisa kabur dari sini, aku akan mengurusnya" sarannya dengan antusias.
"Tuan" lirihku.
"Apakah benar kau ingin membantuku?" tanyaku sedikit ragu.
"Iya Allin, aku pasti membantumu" jawabnya tulus. Senyumnya mengembang menyalurkan kehangatan saat aku memandangnya.
Tuan mengapa kau harus bersikap begini. Sungguh aku lebih suka kau yang selalu menyalahkan ku, membentakku atau mengejekku. Jangan begini Tuan, kau lah yang membuat aku lemah tak berdaya.
"Jika begitu. Ayo kita menikah" pintaku
Matanya membola, mendengar apa yang barusan aku katakan. Dia menatapku tajam, membaca ekspresi ku, mencari-cari sesuatu yang salah dari diriku.
Helaan napasnya terasa berat, mungkin di merasa tak ada ia temukan, ia mulai bertanya, meyakinkan pendengarannya.
"Allin! Kau sadar apa yang kau katakan?" penuh tekanan.
Aku mengangguk. "Iya aku ingin menikah denganmu dan melahirkan anak untukmu" jawabku serambi tersenyum dengan manis.
"Tidak Allin. Kau akan terluka. Kau akan kehilangan anakmu kelak" Dia mencoba mengingatkan ku lagi.
Aku memang terluka Tuan. Aku akan kehilangan, tetapi bukan kehilangan anakku, tetapi kehilangan mu yang selama ini sudah mengisi hari ku. Entah rasa apa ini? Aku juga tidak mengerti. Tetapi agar tidak lebih dari ini, aku sudah meyakinkan diriku, ini adalah rasa nyaman ketika menemukan teman untuk berbagi.
"Anda salah Tuan. Aku tidak kehilangan apa-apa. Aku akan mendapatkan status"
Janda. Itu lebih baik daripada orang mengira aku wanita nakal yang melahirkan anak tanpa ayah.
Aku bisa menggunakan namanya untuk menjadi mantan suamiku dan ayah bagi anakku.
Sungguh lucu, apakah aku melakukan semua ini hanya untuk status itu. Tak ada di dunia ini, seorang calon penggantin berharap dalam pernikahannya, hanya untuk mendapat kan status janda. Dia pasti wanita gila, ya itu aku, gila akan keadaan ini.
"Jangan begini Allin. Kau jangan terlibat dengan pernikahan ini. Aku tidak ingin, kelak aku juga jadi penyebab luka mu Allin."
"Kau lucu Tuan" ucapku meremehkannya serambi tersenyum.
Bakat akting ku, mulai coba ku pratekkan. Berharap dia percaya, bahwa aku baik-baik saja. Biarkan dia mengira aku menginginkan pernikahan ini.
"Di luar sana. Banyak laki-laki yang ingin punya istri lebih dari satu. Tapi Anda?" aku diam memandangnya dengan raut mencemoohnya. Mungkin dengan memancing emosinya, aku bisa menundukkan sikapnya.
"Sudah di paksa, tetapi masih saja tidak mau" tambahin sambil mencibir.
Matanya makin membola mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulutku. Dia hanya diam memperhatikan setiap laku ku, mengamati, dan mencari celah untuk menyerang balik.
"Apa aku kurang cantik Tuan? Sehingga dirimu menolakku" jawabku pura-pura sedih.
"Allin kau yakin?" tanyanya menyelidik.
Bagaimana Anda masih ragu Tuan. Aku ini jago berakting dari jaman sekolah. Aku juga sering mewakili teman-teman ku membuat drama teater di sekolah.
Aku sedikit menggaruk kepalaku, mencari ide bagaimana caranya biar menerima.
"Tuan, aku butuh Anda buat menjadi ayah bagi anakku, dia perlu identitas yang tertulis di kertas walau hanya status anak tiri. Orang takkan lagi memanggil dia dengan sebutan anak haram. Disini kita saling membantu, semoga kelak tak ada yang tersakiti." jelasku untuk meyakinkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Mela Safriyani
allin kelihatan bahagia di depan org -org padahal hatinya menjeriiit pilu
2021-11-29
0
Juanda Rozky Pratama Pratama
serambi trus ya thor
SEMBARI
2020-10-16
1
Lilis wahyuningsih
author kau mengobrakabrik hati q
2020-10-09
1