*
Flashback
Hari sebelum liburan ke pantai
POV Vano
Hari mulai sore, kami menghabiskan liburan dengan mengunjungi tempat wisata sekitar kota A ini, canda dan tawa tak henti-hentinya keluar dari bibir Sella.
Sudah berapa hari kami menghabiskan waktu liburan ini, lusa Sella mulai melakukan pekerjaannya.
Perjalanan ke Hotel masih jauh. Sella dan Dio mulai terlelap dalam tidur di bangku belakang. Sesekali aku melirik mereka ke belakang.
Sopir yang mengantarkan kami pun mulai kelelahan sesekali dia menguap menahan kantuk, dari sejak pagi ia tidak berhenti mengoceh memperkenalkan kelebihan dari setiap tempat wisata yang kami kunjungi. Ya, kami menggunakan mobil rental sekalian memandu kami untuk menuju tempat-tempat wisata yang ada di daerah kota A ini.
Setiba di Hotel, Sella dan Dio masih terlelap dalam tidurnya. Andai ada Allin disini, aku akan mengendong Sella membawa ia ke kamar, tetapi tidak memungkinkan karena ada Dio antara kami, dengan lembut aku mebangunkannya.
"Sayang sudah sampai" ucapku sambil menepuk-meluk bahunya dan tidak butuh waktu lama Sella terbangun.
Dio yang terlelap di pangkuan Sella kuangkat ke dalam gendongan ku.
"Oh, maaf aku ketiduran"
"Tidak apa-apa, sebaiknya kau masuk ke kamar dan istirahat aku akan mengantarkan Dio ke kamar Alin" lanjutku seraya membantu ia keluar dari mobil.
Sella mengangguk dan mulai berjalan masuk ke dalam Hotel, aku mengikuti dari belakang serambi mengendong Dio dan membawa tas peralatan Dio.
***
Ku tekan bel berapa kali pada pintu kamar Allin, tetapi tidak ada sahutan dari dalam mungkin dia sedang di dalam kamar mandi pikirku. Saat aku ingin berlalu pergi, aku baru menyadari pintu itu tidak tertutup dengan baik, ada rasa khawatir dalam benakku.
"Pintu tidak tertutup, kemana dia? Apa terjadi sesuatu dengan dia?" gumanku sembari bertanya-tanya.
Aku mencoba memutar handle pintunya, melebarkan cela yang terbuka, suara lengkingan televisi menyambut pendengaranku.
"Seberapa tinggi volume yang ia gunakan sehingga kamar ini begitu bising." gumanku sembari mengumpat dalam hati "Dia begitu sembrono."
Aku langkahkan kaki ku lebih masuk ke dalam, "Astaga, orang yang aku khawatir sedang asyik bergoyang ria sambil berkaroke," lirihku menggeleng-geleng kepala.
"Jelaslah, dia tidak menyahuti ternyata gadis itu sedang asyik bergoyang dangdut"
Dia berdendang dan mengikuti gerakan penyanyi dari layar televisi, tubuhnya melenggak-lenggok mengikuti irama tetapi sepertinya dia terlalu berlebihan mengikuti goyangan si pedangdut. Suara cemprengnya begitu tidak mengenakkan di telingaku.
Tubuhku kusandarkan ke dinding, Dio masih terlelap dalam gendonganku dan aku masih diam tanpa suara memandangi kelakuan konyol gadis itu.
Ya bagiku Dia adalah seorang gadis meski ia sudah memiliki anak, umurnya masih 20 tahun, tingkahnya masih ceroboh, konyol, dan kekanak-kanakan. Kewaspadaannya kurang dan sering membantah tanpa peduli dengan statusnya sebagai pekerja dengan majikan.
Aku memakluminya sikapnya itu, yang terpenting semua pekerjaannya di lakukan dengan benar.
Kadang dia juga begitu dingin, entah bagaimana kehidupannya dulu. Aku tidak berani mengusiknya lagi sejak kejadian di bandara, dia menangis tersedu-sedu, matanya begitu pilu, ada luka, ada rindu dan ada kepasrahan
"Hmmm..." ujarku dia masih saja terbuai dan tidak menyadari kehadiranku, lalu aku melewatinya menuju sofa yang ada di sampingnya. Dio sudah aku letakkan di ranjang. Saat menyadari kehadiramku dia seketika berhenti, matanya membola, mulutnya ia tutupi denga kedua tangannya.
"Tu-tuan" gagapnya.
"Sejak kapan anda berada sini" tanyanya
"Dari tadi" jawab aku acuh seraya melipat tanganku ke dada dan menatapnya tajam.
"Mengapa anda bisa masuk ke sini?"
"Salahkan dirimu, tidak menutup pintu dengan baik. Kau begitu ceroboh! Bagaimana kalau orang jahat masuk? Kau memberikan kesempatan orang lain untuk melecehkan dirimu" ungkapku beruntun.
"Maaf, tadi aku buru-buru masuk sehabis dari Taman"
"Hanya Anda, orang jahat yang ada di sini" gumannya pelan tetapi masih terdengar.
"Kau ini! Kenapa kau bilang aku yang jahat?"
"Iya, karena Anda yang hanya berani masuk ke sini tanpa permisi"
"Aku sudah dari tadi menekan tombol bel pintumu, tetapi kau tidak menyautinya dan pintumu tidak tertutup rapat. Aku malah berpikir, terjadi sesuatu padamu karena itu aku masuk, nyatanya kau sedang asyik bergoyang tidak jelas"
"Ya, maafin aku. Aku yang salah Tuan!"
"Aku tidak menyuruhmu meminta maaf, aku menyuruhmu lebih hati-hati dan tidak ceroboh. Jelas!"
"Iya Tuan"
"Apa setiap hari kau selalu begini, bergoyang tidak jelas?"
"Ini bukan tidak jelas Tuan, tetapi ini menghibur dan mengasyikkan." ucapnya menggebu.
"Apa Anda mau mencoba Tuan" godanya
"Tidak" jawabku tegas.
"Padahal Anda yang membuat saya begini mengajak liburan tiba-tiba dan saya tidak membawa pakaian lain kecuali seragam. Setiap hari saya hanya berada di kamar dan Taman Hotel, selain tempat itu orang-orang akan melihat saya penuh curiga. Mereka melihat ke seragam yang saya pakai dan mungkin mereka bertanya-tanya mengapa saya berkeliaran di dalam Hotel ini. Membuat saya merasa tidak nyaman, mungkin mereka curiga akan keberadaan saya yang berkeliaran tanpa majikannya. Coba saya membawa pakaian selain dari seragam ini. Saya pasti, bisa lebih menikmati liburan ini atau saya bisa mencuri perhatian seseorang. Siapa tahu seperti di novel-novel, seorang pelayan bertemu CEO lalu berlanjut hingga saling jatuh cinta dan lalu..." ucapnya beruntun seperti gerbong rel kereta yang saling bertautan satu sama lain.
"Cukup khayalanmu itu! Dan mana mungkin ada CEO menyukai babysitter seperti kamu."
"Memangnya kenapa dengan saya Tuan?" ucapnya sambil memperhatikan diri sendiri dari atas kebawah, dan dari kiri ke kanan.
"Seorang CEO butuh sosok yang pantas bagi mereka, baik dari segi fisik dan perilaku. Mungkin dari fisik kamu sudah memenuhi kriteria tetapi prilakumu..." jawabku seraya menggeleng-geleng meremehkannya. Dia mengerecutkan bibirnya, wajahnya tampak begitu kesal, tetapi terlihat lucu dan menggemaskan.
"Apa Anda juga begitu Tuan?"
"Aku..?" mataku tertarik kesalah satu alis
seraya menanyakan kepada diriku sendiri dan memikirkannya.
"Aku tidak pernah berpikir begitu tetapi keluargaku mempunyai pilihan sendiri sehingga menjodohkan aku dengan Sella. Ia cantik dan sempurna, siapa yang mampu menolaknya."
"Oh begitu! Tetapi siapa tahu ada CEO yang mau dengan saya apa adanya. Hehehe.." kekehnya seraya mengangkat dagunya dengan yakin.
"Kan tidak ada yang tidak mungkin didunia ini! Jalan takdir siapa yang tau? Akan membawa kita ke mana dan berjodoh dengan siapa"
"Mulai lagi sok dewasa"
"Aku memang sudah dewasa Tuan! Kau tidak lihat apa? Tubuhku sudah sebesar ini dan aku juga sudah mempunyai anak. Mana ada anak kecil yang melahirkan anak, apalagi anak kecil menyusui seorang bayi" sindirnya.
"Ya, kau sudah dewasa, puas! Dan mulai sekarang berhenti menangis diam-diam, sopanlah ke majikanmu, apalagi membantah kata-kata ku, dan kau harus tahu aturan dan tidak berbuat konyol seperti bergoyang-goyang ala anak-anak remaja.
"Apa hubungannya Tuan, dengan semua itu." dia mendengus tidak suka aku hanya diam memperhatikan.
"Sebaiknya anda kembali lagi ke kamar Anda Tuan, saya mau istirahat" usirnya tanpa rasa bersalah.
"Kau ini!" geramku. "Siapa juga yang betah lama-lama di sini, lihat saja kelakuanmu bergoyang seperti orang gila. Sebaiknya mulai sekarang kau hentikan, aku tak mau Dio mengikuti kelakuan itu"
"Ya saya gila! Jadi sebaiknya Anda jangan bicara dengan orang gila" ucapnya sambil mendorong ku ke arah pintu.
"Jangan sentuh aku"
"Aku tidak menyentuh, aku hanya mendorong" elaknya seraya mengangkat tangan.
Aku menghela napas dalam-dalam, berguman sendiri dalam hati. "Lama-lama dekat dengan gadis tengik ini bisa-bisa aku penyakitan, darah tinggi dan klosterol ku naik."
***
Ketika ku melangkah masuk ke kamar, Sella terlihat sedang mengangkat panggilan. Entah dari siapa, sepertinya pembicaraannya sangat serius raut wajahnya cemas. Iya hanya menyauti panggilan itu dengan "ya dan ya", setelah panggilan itu ia selesaikan aku menghampirinya dan bertanya, "Sayang panggilan dari siapa?"
"Bukan dari siapa-siapa"
"Tetapi kenapa raut wajahmu tampak begitu cemas"
"Ini hanya soal berapa pekerjaan yang belum terselesai kan"
"Oh begitu! Sebaiknya kamu membersihkan diri, setelah itu kita makan malam di luar atau kita makan di dalam kamar saja"
"Ya kita makan si kamar saja, aku begitu lelah dan secepatnya ingin istirahat"
"Baiklah sayang"
"Apakah Alin sudah makan malam?"
"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli. Mengapa kau bertanya tentang dia?"
"Tidak aku hanya ingin kita makan malam bersama. Tolong tanyakan pada Alin, apa dia sudah makan! Apa belum? Kalau belum, kita makan malam bersama di kamar Alin saja."
"Baiklah, kalau itu maumu, aku akan menghubungin Alin"
Sella segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, aku mencoba menghubungi Alin dan bertanya apakah dia sudah makan malam. Gadis itu menjawab kalau dia sudah makan malam. Aku segera memesan makanan untuk kami.
"Sayang makanan sudah aku pesan, sebentar lagi pelayan akan membawa ke sini. Alin, katanya sudah makan malam, jadi kita makan di sini saja. Aku mau membersihkan tubuhku dulu."
"Ya baiklah"
Setelah membersihkan diri dan makan malam Sella membuka pembicaraan.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan"
"Tentang apa?"
"Aku ingin kau mengabulkan permintaanku"
"Ya baiklah. Apa yang kau inginkan?"
"........."
"Permintaan macam apa itu Sella! Aku tidak akan mengabulkannya. Aku akan bicara kepada ayah dan bunda. Kau jangan coba lagi-lagi mengungkit tentang pembicaraan hal bodoh ini."
"Aku akan mencarikan seseorang untukmu ..."
jawabnya tanpa peduli dengan kemarahanku.
Aku begitu kesal dan pergi meninggalkan Sella dari kamar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ariska Putri
paling gk suka sama wanita yang gk bisa jaga harga diri nya,kyk wanita gk punya akhlak
2020-11-17
0
Ariska Putri
kurang suka ceritanya Thor, harus nya alin it masih perawan tingting,jgn punya ank di luar nikah ihhh 🔨
2020-11-17
2
Isqiem
Thorr kau buatku candu
2020-08-31
1