"Allin, tolong ambilkan printer portable saya di kamar! Dio letakkan saja di Baby Bouncer ya!" perintah bu Sella yang masih berkutat di layar laptopnya, dia hanya melirikku sebentar untuk memastikan Dio sudah berada ditempat yang tepat.
Aku mengikuti perintah bu Sella untuk meletakkan Dio di Baby Bouncer yang berupa tempat duduk yang bisa di atur posisi sandarannya serta dapat di ayun-ayun. Setelah itu aku berlalu pergi menuju kamar mengambil barang yang bu Sella perintahkan.
Aku ketuk pintu kamar, tetapi tidak ada sahutan dari dalam.
Ini sabtu sore, biasanya tuan Vano berolahraga di halaman belakang, batinku.
Lalu aku beranikan diri membuka pintu dan mengintai sekitar ruangan sebelum melangkah masuk.
Sesampai di dalam kamar dengan segera aku mengambil printer portable yang tergeletak di atas meja kerja bu Sella. Belum sampai tanganku meraih alat itu, terdengar suara pintu terbuka degan cepat aku raih alat itu dan berbalik badan.
Mataku membola melihat sosok jangkung yang keluar dari pintu kamar mandi, hanya berbalut selembar handuk menutupi tubuh bawahnya. Jantungku seketika berdetak dengan kencang karena ketakutan. Matanya di seberang sana juga ikut membola melihat kehadiranku.
"Ma-maaf Tuan, a-aku hanya ingin mengambil printer portable perintah Bu Sella" jawab ku gagap sambil berlari kecil menyebrangi ruangan itu menuju pintu keluar.
Sebelum sampai di depan pintu, tubuhku di tarik dengan kuat menubruk sesuatu yang keras dan hangat. Beberapa saat kami terpaku sejenak. Wajahku yang tetap menempel di dadanya menghantarkan aliran asing yang tak aku kenal, seketika menyadarkan diriku tentang posisi kami yang terlalu dekat.
Aku mencoba mundur ke belakang tetapi tanganku masih ia pegang dengan erat. Lalu aku dorong tubuhnya dengan kuat. Dorongan tanganku hanya mampu membuat dia bergerak sedikit.
"Jangan sentuh tubuhku dengan tanganmu" sentaknya.
Belum selesai dengan keterkejutan diriku melihat sosoknya, dia sudah berujar dingin. Wajahku menengadah dengan mata membola menantangnya dengan tajam. Sebaliknya dia juga menatap mataku dengan tajam, dengan wajah sedikit menunduk.
"Jangan sentuh tubuhku dengan tanganmu, jika dengan yang lain boleh begitu, dasar pria tua mesum," batinku kesal.
"Anda tidak salah, Tuan. Lihat tangan Anda yang menyentuhku," elakku seraya mencibir kata-katanya. Dengan cepat pula ia melepaskan pergelangan tanganku.
"Apa yang kau ambil?" tanyanya sambil memandang ke arah tanganku.
"Aku tidak mengambil apa-apa. Aku hanya mengambil printer portable yang di perintah Bu Sella," jawabku dengan yakin.
"Kau mengambil barangku," cecarnya.
Seketika aku lansung memperhatikan benda yang berada di tanganku, baru aku sadari ternyata sebuah powerbank yang sedari tadi aku raih dari atas meja.
Ukuran printer portable dengan powerbank yang sama membuat aku sedaritadi mengganggap yang kuraih adalah printer portable.
"Maaf, Tuan," sembari tersenyum malu.
"Kau begitu ceroboh, mengambil barang saja kau bisa salah. Bagaimana selama ini kau bisa mengurus Dio," ucapnya begitu meremehkanku.
"A-aku benar tidak sengaja mengambil barangmu, Tuan. Itu juga salahmu yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi."
"Hmm, kau menyalahkanku?" tanyanya sambil memperpendek jarak antara kami. "Apa kau sengaja ingin menggodaku mengingat kau masuk ke kamar ini tanpa permisi?" selidiknya.
Percaya diri sekali pria tua ini, dia mungkin seumuran dengan ayahku, batinku.
"Aku tidak tertarik dengan pria tua, Tuan."
"Kau ini ...." Geramnya, belum sempat ia melanjuti kalimat, dengan cepat aku menyela.
"Aku tadi sudah mengetuk pintu tetapi Anda tidak menyauti Tuan. Dan aku pikir Anda sedang berolahraga di luar, Bu Sella juga tidak mengingatkan aku tentang Anda yang berada disini ," ucapku sambil berlalu melewatinya dan menukar benda elektronik itu.
"Ini saya kembalikan barang milik Anda, Tuan" tekanku.
***
Vano
Pria tua? Aku tercenung mengingat ucapannya, sedari tadi aku memperhatikan sosok diriku di balik cermin, mencari-cari garis wajah keriput tetapi tidak aku temukan.
Dibalik cermin tubuhku terlihat begitu kekar, tak jauh kalah bagusnya dengan artis-artis korea apalagi ketampanan diriku
Mereka kalah jauh! batinku sembari menyeringai percaya diri.
Bagaimana dia bisa bekerja mengasuh Dio? Jika dia seceroboh itu! Dan mulutnya begitu lancang membalas ucapanku. Jika bukan karena Dio, aku pasti akan memberhentikan gadis bar-bar itu.
Sebenarnya aku sudah pernah mengutarakan keinginanku untuk memberhentikan gadis ini kepada Sella. Akan tetapi penjelasan Sella tentang bagaimana susahnya mencari Ibu susu sekaligus menjaga Dio itu sangat sulit, ini seperti jodoh-jodohan, jelasnya.
Membuat aku berhenti mempermasalahkan tentang sikap nanny-nya Dio.
Kata jodoh, mengingatkan diriku dengan ibu panti.
"Sekarang, bayi ini berjodoh dengan kalian. Perlakukanlah dia kelak dengan baik, meski bayi ini bukan anak kandung kalian, dan semoga kalian juga cepat diberikan keturunan." Nasihat ibu panti saat kami hendak pergi meninggalkan panti.
Flasback
Panti Asuhan
Hari di mana kami putuskan untuk mengadopsi seorang bayi mungil dari panti asuhan. Padahal tidak ada rencana kami untuk mengadopsi bayi, tetapi istriku tiba tiba tertarik melihat bayi mungil itu.
Sorot mata istriku, Sella.
Begitu berbinar melihat sosok bayi mungil menggapai-gapai pipinya, mulutnya dengan gemas menggigit lembut tangan kecil itu.
Dengan senang hati, aku mengurus semua berkas-berkas untuk mengambil ahli menjadi orangtua angkat.
Sudah lima tahun pernikahan kami yang belum juga mendatangkan keturunan, meski begitu rasa sayangku tidak berkurang sama sekali buat Sella.
Kami sudah saling mengenal semenjak SMA, dia adalah teman sekelasku. Dari dulu aku yang selalu mengagumi sosok Sella yang pintar, sopan dan lemah lembut. Bagiku tidak ada kekurangan sosok Sella, ia baik dan sempurna. Aku merasa bersalah karena tidak mampu menghadirkan benih cinta kami dalam rahim Sella. Meski Dokter sudah mengatakan kami berdua dalam keadaan subur tidak ada yang bermasalah.
Aku sudah beberapa kali mencoba mengusulkan kepada Sella untuk kami melakukan proses bayi tabung, tetapi Sella belum tertarik untuk mencoba cara itu.
"Sayang, menurutmu siapa nama yang cocok untuk anak kita?" pertanyaan Sella membuyarkan lamunanku.
Anak kita, ada rasa haru dalam hatiku mendengarnya. Tetapi dengan cepat pula rasa itu menjadi rasa kecewa karena pada kenyataan bayi mungil itu bukanlah anak kandung kami. Ya, setidaknya anak itu sekarang sudah menjadi anak kami.
"Aku tidak pandai memberi nama, sebaiknya kamu yang memberi namanya" jawabku sambil menggaruk tengkukku.
Niat kami awalnya akan mengadopsi anak di atas lima tahun, jadi aku tidak pernah untuk menyiapkan nama bagi calon anak kami. Biasanya anak panti sudah memiliki nama yang diberikan orang tuanya atau oleh pihak panti, mungkin karena anak ini baru berada di panti, jadi pihak panti belum menyiapkan nama untuk anak ini.
Sebenarnya aku agak keberatan saat Sella menginginkan bayi itu, karena aku tidak mau Sella kerepotan untuk mengurusnya.
Meski aku sudah menyediakan Babysitter untuk calon anak kami.
"Gimana kalo Dio Pamungkas?"
Warna matanya mengingatkan Sella pada seseorang, tidak semestinya dia memberikan nama itu. Nama itu meluncur begitu saja saat Sella melihat bola mata bayi ini.
"Boleh" jawabku sambil mengangguk, mungkin Sella sudah jauh hari telah menyiapkan calon nama anak kami, tapi nama itu seperti tidak ada keterikatan dengan nama kami atau makna dari sebuah nama.
Nama Dio Pamungkas begitu familiar ditelingaku, ia aku ingat Ardio Pamungkas artis terkenal yang sering tampil di layar kaca. Pria berwajah badboy, sungguh aku tidak suka dengan sosoknya. Aku sedikit heran, mengapa begitu banyaknya yang memujanya. Sikapnya yang kasar, dan apalagi kata-kata yang keluar dari rongga mulutnya, seperti orang tidak berpendidikan. Fisik yang sempurna sudah cukup menjadi modal untuk menjadi seorang Artis/Aktor di negeri ini. Sangat disayangkan jika merekalah yang menjadi contoh dan pujaan remaja putra-putri sekarang.
.
"Ah, itu cuma nama buat seorang anak angkat yang tak perlu terlalu dipikirkan," gumanku.
"Semoga awal yang baik buat keluarga kalian, katanya, jika kita mengangkat anak akan memudahkan kita untuk memiliki anak, kata orang dulu namanya, pancingan," timpa Ibu panti kepada kami.
Aku lansung tertawa mendengarnya.
"Ikan kali di pancing," jawabku.
Sella hanya mengaminkan ucapan si Ibu panti sambil melototkan matanya padaku.
Aku membalas pelototan dengan menggaruk-garuk kepala, "salah lagi" batinku.
"Mungkin menurut logika anda hal ini terdengar tak masuk akal dan terdengar lucu. Rahasia tuhan memang tidak dapat kita tebak, tetapi dengan berbuat baik seperti yang anda lakukan saat ini. Mengangkat anak-anak tidak beruntung ini ke dalam keluarga anda, memberikan kasih sayang, perhatian dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan baik yang terlihat kecil atau pun besar. Tanpa sengaja kita sudah mengetuk pintu pintu dari doa kita agar cepat terkabul," jawab ibu panti dengan bijak.
"Bayi mungil ini, ditinggalkan begitu saja di depan pintu. Tanpa satu pesan untuk kami, tetapi sesungguhnya setiap kejadian di bumi ini pasti mengandung pesan baik yang tersirat ataupun tidak, bagaimana kita menanggapinya. Kadang takdir menarik kita satu sama lain, menemukan jodoh masing-masing, atau membawa kita pada jalan yang asing dalam hidup untuk kita temukan jawabannya."
Dia menambahkan lagi dengan nada lembut.
Aku sadar ada kehati-hatian dalam kalimatnya, agar aku tidak salah menangkap maksudnya.
"Jodoh." senyum Sella memandangi bayi mungil itu.
"Seperti kita, dulu kita orang asing satu sama lain dan kini menjadi sepasang suami-istri." Sambil memandangku dengan teduh
"Iya!" Anggukku. Kami menikah atas perjodohan orang tua kami, yang awalnya aku menolak. Siapa sangka wanita yang di jodohkan padaku adalah sosok yang selama ini aku kagumi sejak sekolah menengah atas.
"Sekarang, bayi ini berjodoh dengan kalian. Perlakukanlah dia kelak dengan baik, meski bayi ini bukan anak kandung kalian. Dan semoga kalian juga cepat diberikan keturunan," nasihat Ibu panti saat kami hendak pergi meninggalkan panti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Dewie👓
kayaknya bayinya nanny baru deh... dn anak dr ardio pamungkas. ardio yg merkosa sang nanny😁 hehe bikin cerita sendiri
2022-06-25
0
Khanza Nur Aila
si dio anakny alin ni bau baunya
2020-10-21
10
Setiya
hemmm nggak jadi mantab2 ya
2020-10-20
0