kepala sekolah

"Kalian ke aula aja, gue gak bisa bawa adek gue dengan keadaan dia tertidur," ucap Bryan menyuruh teman-teman ke aula sekolah untuk menyambut kepala sekolah baru itu. Ara tertidur dipangkuan Bryan dengan wajah yang dibenamkan di leher Bryan.

"Gak ikut nyambut gak apa-apa kan? Gue malas, " cibir Juna.

"Gue lebih malas. " timpal Lian.

"Kalian emang pemalas, " hardik Brian.

Lian dan Juna menatap kearah Brian yang ditatap hanya sibuk dengan ponselnya.

"HP mulu, gak ke aula nih? " Lian menyindir Brian.

"Gue jagain adekk gue yang sedang tidur. " sahut Brian.

"Ada Bryan yang jagain, egee. " sinis Hendra.

Panglima yang sedari diam sekarang berdiri karena mulai jengah dengan perdebatan teman-teman nya itu.

"Aula." titah Lima datar dan membuat teman-teman mencebik kesal, tapi mereka tidak berani membantah Lima karena Lima itu merupakan ketua dari geng mereka itu.

"Gue gak, " ucap Bryan.

"Ck, enak banget lo. " cibir Brian pada kembarannya itu.

"Enghhh abang berisikk, " lenguh Ara disela tidur nya karena mendengar keributan.

"Nahh si bocil udah bangun? Jadi semua ke aula biar semua tau siapa kepala sekolah yang baru. " ucap Hendra dan diangguki yang lain kecuali Bryan dan Lima mereka hanya menampilkan wajah datar nya.

"Dek! " panggil Brian dan dibalas deheman oleh Ara.

"Le aula Cil, itu noh udah disuruh ngumpul buat nyambut kepala sekolah. " beritahu Lian.

Perlahan Ara mengangkat kepalanya dan terlihat lah wajah menggemaskan Ara, apalagi baru bangun tidur wajahnya tambah menggemaskan. Beruntung teman-teman sekelas Bryan udah pada ke aula kalau belum mereka akan heboh melihat wajah Ara itu.

Bryan terkekeh karena melihat adeknya baru bangun tidur itu dengan mata sedikit terbuka.

Cup

Cup

Cup

Cup

Bryan menghujani wajah Ara dengan kecupan-kecupan singkat sehingga mata Ara terbuka lebar dan dia tertawa.

"Abang udah, geli haha. " tawa Ara renyah hingga membuat teman-teman abangnya itu gemes.

Brian memandang saudara kembarnya itu malas, kenapa selalu Bryan yang gitu dia kan juga mau momen manis bersama sang adek tapi sialnya Bryan terus yang duluan.

Sedangkan teman-teman Bryan yang lain cengo melihat simuka datar mereka bisa semanis itu dengan perempuan.

"Sudah tidak mengantuk hm? " tanya Bryan lembut.

Ara mengangguk lucu lalu mengecup singkat pipi Bryan. Brian yang melihat itu tentu iri.

"Dek abang mau kiss juga, " pinta Brian menepuk-nepuk pipi nya. Ara menoleh lalu turun dari pangkuan Bryan dan mendekati Brian.

Cup

Ara mencium pipi kanan Brian, "udah abang. " ucapnya dan Brian tersenyum lalu mencium pipi kanan dan kiri Ara, uhhh sungguh momen manis antara tiga bersaudara itu ga guyss.

"Gue juga Cil. " ucap Juna, Lian, dan Hendra berbarengan.

"Kiss juga? " tanya Ara polos dan ketiganya mengangguk bersamaan. Bryan dan Brian berdecak karena teman-teman nya itu juga meminta kiss kepada adek mereka dan yang lebih parahnya lagi Ara berjalan kearah mereka dan mencium mereka satu-satu.

Ara sekarang sudah berada didepan Lima setelah mencium singkat pipi Juna, Lian, dan Hendra.

Cup

Ara mencium pipi Lima juga dan membuat jantung Lima seketika berdegup kencang, Lima menahan Ara yang hendak menjauh itu dan membisikkan sesuatu, "jangan cium orang sembarangan lagi,gue gak suka. " bisik Lima dengan suara berat sexy dan membuat Ara ikut berdebar.

"Bang, Ara sick. " ucap Ara memegangi dadanya.

Bryan dan Brian otomatis mendekat kearah Ara dan Lima.

"Sakit apa dek? " tanya Brian khawatir.

"Huhu jantung Ara berdetak cepat.. " ucap Ara lucu dan Lima yang mendengar perkataan Ara tanpa sadar dia menaikkan sudut bibirnya.

Juna, Lian, dan Hendra yang tadinya khawatir menjadi tersenyum mendengar perkataan Ara.

Brian menatap malas adeknya itu, "itu bukan sakit dek. " sewot Brian.

"No no no, ini sakit abang, Ara belum pernah kek gini sebelum nya. " ucap Ara yang masih memegangi dada nya.

Bryan membawa Ara agak jauhan dari Lima, "udah gak berdebar lagikan? " tanya Bryan saat sudah berada beberapa meter dari Lima.

Ara mengangguk, "wahhh abang hebat bisa sembuhin orang sakit tanpa obat. " seru Ara polos sambil bertepuk tangan kecil.

"Dasar bocil, mana tau dia istilah jatuh cinta. " cibir Brian.

Bryan menatap ke arah Lima yang sedari tadi diam saja. "Lo bisikin apa ke Ara sampai dia berdebar deket lo? " tanya Bryan yang tadi melihat Lima membisikkan sesuatu ke Ara.

Lima mengedikkan bahunya lalu tersenyum tipis, Ara yang membuat nya lebih dulu berdebar saat pertama kali melihat Ara, dan sekarang dia bisa berhasil membuat Ara berdebar juga, berarti ada kemungkinan Ara menyukai dirinya kan? Pikir Lima.

Bryan memutar bola matanya malas saat tidak mendapat jawaban dari Lima. "Lima bisikin apa ke adek? " tanya Bryan pada Ara.

Ara diam nampak sedang mengingat-ingat apa yang dibisikkan Lima tadi padanya. "Kata bang Lima jangan cium orang sembarangan, bang Lima gak suka. " sahut Ara polos.

Dan membuat Juna, Lian dan Hendra menatap tidak suka pada bos mereka itu.

Brian tersenyum, "bener dek, kamu hanya boleh cium keluarga kamuu aja. " jelas Brian dengan senyum sumringah.

"Gak boleh cium teman abang? " tanya Ara polos.

"Iya gak boleh, " sahut Bryan.

"Bang Lima gak boleh juga? " tanya Ara spontan dia pun tidak tau kenapa dirinya bertanya demikian.

"Iya adekkk.. " sahut Brian gemes.

"Gue boleh, " suara berat dari Lima mengalihkan semua pasang mata kepadanya.

"Siapa lo? Sampai boleh dicium adek gue," ujar Brian tersenyum sinis.

"She's mine, " setelah mengatakan itu Lima keluar dari kelasnya.

"Itu bos kita? " tanya Juna tidak percaya akan sikap Lima itu, pasalnya Lima paling anti sama perempuan dan berbicara dengan perempuan selain ibu nya pun Lima enggan.

"Wahh pesona bocil luar biasa, bisa lelehen gunung es donggg.. " seru Lian dan diangguki oleh Hendra.

"Ck, bajingan itu. " desis Brian.

"Kenapa? Lo gak setuju adek lo sama Lima? " tanya Hendra.

"Adek gue masih kecil. " ketus Bryan.

"Ara besar abangg. " protes Ara yang tadi diam dan setelah mendengar ucapan Bryan dia langsung menimpali.

Mereka terkekeh mendengar protesan Ara, "lo masih kecil Cil. " ledek Juna.

Ara mencebikkan bibirnya, "Ara besar huhu.. " rajuknya.

Bryan mencium gemes adeknya itu, "bibir nya jangan gini kalau didepan orang-orang dek. " peringat Bryan, dia tidak ingin orang-orang ingin mencium bibir adeknya.

"Why? " tanya Ara polos.

"Gak apa-apa intinya jangan aja, yaudah sekarang kita ke aula yahh, pasti kepala sekolah nya sudah disana. " ucap Bryan lembut lalu menggenggam tangan mungil Ara.

Mereka keluar kelas dan berjalan menuju tangga untuk ke aula.

****

Sesampainya mereka di aula semua orang sudah berkumpul dan mendengar kan pidato singkat dari kepala sekolah yang baru.

Ara melihat kearah panggung untuk melihat siapa kepala sekolah baru mereka yang gantiin pak Tono. Ara melompat-lompat kecil karena dia tidak bisa melihat kearah panggung dan membuat Ara kesal sendiri karena memiliki tubuh pendek.

Bryan, Brian, serta teman-teman mereka terkekeh melihat Ara yang melompat-lompat untuk melihat ke panggung.

Bryan mengangkat Ara dan membuat Ara terpekik. "Aaaa Ara terbangg.. " serunya sambil cekikikan dan membuat semua orang di aula menoleh kearah nya. Mereka gemes dengan wajah Ara yang chubby dan cantik itu.

Kepala sekolah baru itu ikut menoleh kearah Ara seketika dia mengingat adeknya yang meninggal sebulan yang lalu.

'Dek abang rindu. 'Batin kepala sekolah_Bagaskara Bethany kakak dari Arawinda Bethany.

Yaaa sesuai yang dikatakan Bram pada Bima bahwa anaknya Bagas akan menjadi kepala sekolah di BIHS_sekolah milik keluarga Bethany.

Bryan serta teman-teman nya terkekeh mendengar kalimat Ara itu.

Ara yang masih cekikikan dan senang karena diangkat oleh abang menoleh kearah panggung untuk melihat kepala sekolah baru itu.

Ara memperhatikan pria yang ada di depan itu, "bang Agas. " lirih Ara seketika dia sedih karena kangen dengan abang nya itu.

"Abang Ara mau turun. " ucap Ara pada Bryan dan Bryan segera menurunkan adeknya itu.

"Sudah liat kepala sekolah nya hm? " tanya Bryan lembut dan diangguki oleh Ara.

Ara ingin memeluk Bagas karena dia benar-benar kangen dengan abangnya yang satu itu tapi Ara masih punya malu untuk tidak heboh dilautan manusia seperti ini.

"Ck, lama banget sih penyambutan nya. " gerutu Lian.

"Baru juga beberapa menit kesini udah ngeluh aja lo. " ucap Hendra.

"Pegel gue berdiri. " sahut Lian.

"Dasar lemah. " cibir Juna.

"Gue gak lemah ya bangsat, cuma males aja berdiri diam disini. " kesal Lian pada Juna yang sedang menatap remeh kearah Lian.

"Bangsat.. "Ucap Ara.

"Heh, " tegur Bryan dan teman-temannya serempak.

Bryan menatap tajam kearah Lian dan membuat Lian meneguk ludahnya kasar.

'Mampus, gue lupa kalau lagi ada bocil disini.. 'Lian merutuki dirinya sendiri karena berbicara kasar didepan bocil kesayangan nya sikembar BIHS itu.

"Why? " tanya Ara saat mendengar nada protes dari Abang-abang nya karena dia menyebut kata 'bangsat'.

"Gak boleh ngomong gitu dek. " peringat Brian.

"Hu'um tapi-tapi abang Lian ngomong gitu kok. " sahut Ara polos.

"Kan sudah abang bilang kalau ngomong gitu sesadd.. " ucap Brian lagi.

"Bang Lian setan hihi.. " Ara cekikikan saat dia ingat kejadian dikantin waktu Lian juga bilang 'bangsat' dan abangnya bilang itu sesad.

Lian menatap malas pada Ara, 'sial gue terus yang dinistain ni bocil. 'Batin Lian kesal karena setiap apa-apa pasti dia yang dinistain.

Sedang kan Brian, Juna, dan Hendra tertawa karena mendengar ucapan polos Ara. Kalau Bryan hanya terkekeh gemes dengan ucapan sang adek.

"Suka banget nistain gue lo pada. " sungut Lian yang melihat malas kearah teman-teman nya yang sedang menertawakan dirinya itu.

"Lo sih bodohhh haha.. " tawa Juna.

"Abang Lian bodohh.. " seru Ara lagi saat dia mendengar ucapan Juna.

"Heh, " tegur mereka lagi tapi tak urung mereka kembali terbahak mendengar perkataan Ara tadi.. Uhh bocil polos itu suka ngikutin bicara kita yang aneh-aneh mulai sekarang mereka harus berhati-hati jika berbicara didepan bocil ini. Sedangkan Lian? Dia kembali bersungut dan menatap malas teman-teman nya yang tertawa itu.

***

Di rooftop sekolah seorang laki-laki remaja tampan sedang duduk disofa rooftop itu. Dia tersenyum mengingat gadis kecilnya yang polos tapi gemesin itu. Panglima Dirgantara atau yang kerap disapa dengan Lima itu sedang berada di rooftop sekolah setelah kejadian dia mengklaim Ara. Dia malas untuk berdiam mendengar kan pidato para guru-guru untuk menyambut kepala sekolah baru itu dia lebih memilih bersantai di rooftop sendirian.

"You're mine little girl, " senyum tipis menghiasi wajah tampan Lima saat mengingat gadis kecil imutnya itu.

Panglima Dirgantara anak dari seorang konglomerat dan mafia yang terkenal didunia bawah. Panglima kelak akan mewarisi semua harta orang tuanya yang tidak akan habis sampai 10 turunan itu. Walau pun Panglima anak mafia tapi dia didik oleh orang tuanya untuk menghargai perempuan, tapi beda lagi dengan perempuan gatal atau pengganggu harus dituntaskan.

Panglima memang tidak pernah dekat dengan perempuan karena menghargai perempuan, lagian dia juga tidak tertarik sama sekali, beda hal nya dengan Ara! Adek dari sahabat nya itu mampu membuat nya berdebar saat pertama kali Panglima melihat Ara waktu dia pernah berkunjung kerumah sikembar itu. Waktu itu Ara pendiam dan cupu saja mampu membuat Panglima berdebar apalagi sekarang Ara sudah tidak pendiam dan cupu lagi, malah semakin membuat nya gemes maka dari itu dia mengklaim sekarang jika tidak gadisnya itu akan diklaim orang lain.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

limaaa... ternyata oh ternyata

2023-06-13

0

Shai'er

Shai'er

wuah, ternyata, cinta terpendam 🤭🤭🤭💕💕💕

2023-06-10

0

Shai'er

Shai'er

wuah, gak kaleng kaleng 😱😱😱😍

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!