Kediaman keluarga Maureer.
Maureer grup adalah salah satu grup terbesar di negara itu dengan berbagai cabang bisnis yang sukses di bawah kepemimpinan tuan besar Maureer beserta keempat putranya yang tak kalah hebat.
Tuan besar Maureer dijuluki sebagai raja bisnis. Bakat itu turun pada anak-anaknya yang menawan.
Bagaikan sebuah kerajaan, anggota Keluarga Maureer memiliki istana mereka masing-masing. Tuan dan nyonya besar Maureer serta Ibu tuan Maureer tinggal di mansion utama, yang dijadikan sebagai tempat berkumpul keluarga.
Keempat putranya memiliki tempat tinggal masing-masing dan terpisah dari kediaman utama keluarga Maureer.
...#...
"Sagara akhirnya kau menikah seperti keinginanmu, Papa harap pernikahan ini untuk waktu yang lama," ucap tuan besar Maureer pada putra bungsunya yang sudah menyelesaikan upacara pernikahan nya.
Sagara Maureer, pria berwajah dingin dengan tatapan tajam seperti ular berbisa. Anak bungsu di keluarga Maureer, memiliki karakter dingin dan tidak bisa ditebak.
Dia adalah yang teratas dari semua saudaranya, tetapi dia juga yang terburuk diantara mereka semua.
"Terimakasih tuan besar," ucapnya dengan nada dingin.
Hubungannya tidak terjalin baik dengan keluarganya. Pria tampan berambut ikal, tubuh tinggi dengan dada bidang, garis tubuhnya sangat sempurna, bak panglima perang yang menjaga kedamaian negara.
Alisnya tebal, bibirnya tipis, tampak sangat memikat ditambah dengan bintik hitam di bawah mata kirinya.
Nyonya Maureer menatap putra bungsunya dengan tatapan sendu. Semua berubah sejak pria itu kehilangan sahabat masa kecilnya.
Wanita itu berjalan mendekati Sagara yang masih berdiri tegap di hadapan mereka dengan balutan pakaian pengantin pria. Dia mendekati putranya, hendak memeluknya sekali saja.
"Nak.." panggilnya sambil mengulurkan tangannya ke bahu Sagara. Tetapi pria itu menghindar, melangkah mundur, menjauh dari lbunya.
"Istri saya sudah tiba di kediaman saya, mohon pengertiannya, saya undur diri dari hadapan tuan dan nyonya besar," ucapnya sambil membungkuk hormat.
Nyonya Maureer terdiam, air matanya tertahan di kedua pelupuk matanya. Tidak pernah dia sangka kalau putra yang dia sayangi justru menghindar dari dirinya
"Sagara, apa kau bahkan harus menghindari Ibumu sendiri!!" Suara teriakan menggelegar dari putra sulung keluarga itu membuat semua orang menatap ke arahnya.
Mike Maureer, wajahnya sangat mirip dengan sang Ibu. Dia menatap Sagara dengan tatapan kesal.
"Kenapa kau menghindari Mama!?" Teriak pria itu. Dia tak tahan dengan sikap Sagara yang berubah drastis ini.
"Tenanglah kak, kau tahu bagaimana dia kan!?" Ucap saudara yang lainnya.
Sagara tidak peduli, dia hanya melirik dari ekor matanya lalu melangkah pergi dari hadapan mereka semua tanpa menoleh sedikit pun.
"Sagara kau dengar tidak!!" Pekik Mike yang sudah habis kesabarannya.
"Mike, sudahlah nak, ini salah kami, " ucap tuan Maureer menatap punggung putranya yang kian menjauh dari kehidupan keluarga mereka.
"Sudahlah kak, biarkan dia tenang," ucap yang lain.
"Tetap saja, dia tidak seharusnya bersikap demikian pada Mama, apa kematian mereka itu bahkan lebih berharga dari Ibunya sendiri!!!" Teriaknya lagi.
Sagara yang mendengar itu mengeraskan rahangnya. Kedua tangannya mengepal kuat, dia pergi menjauh dari keluarganya.
"Nak... Sudahlah, " ucap nyonya Maureer sambil menepuk punggung putra sulungnya. Mereka semua hanya bisa pasrah, menatap Sagara yang berubah total setelah dua sosok yang sangat penting baginya meninggal dunia.
Enam belas tahun yang lalu, terjadi kebakaran di gedung perusahaan grup Maureer yang dikelola oleh tuan besar Maureer. Saat itu, usia Sagara masih berusia 14 tahun.
Kebakaran besar terjadi di gedung itu dan melalap habis seperempat bagian bangunan pencakar langit grup besar itu.
Sagara dan kedua sahabatnya terjebak di dalam lift ketika hendak pulang dari perusahaan. Mereka terjebak di ruangan kecil itu, sedangkan api sudah melalap separuh ruangan di mana mereka berada.
Hingga lift itu tidak berfungsi dan ketiganya terjebak di dalam lift dengan asap yang sudah mulai memenuhi ruangan kecil itu.
Sagara dan kedua sahabatnya berteriak meminta tolong, hanya ada celah kecil di bagian atas lifts yang berhenti bekerja itu. Namun sialnya salah satu dari mereka mengalami sesak nafas karena penyakit asmanya kambuh.
Mereka meminta tolong, berteriak histeris dengan kobaran api yang semakin panas bahkan asap sudah memasuki ruangan kecil itu membuat mereka kesulitan bernafas.
Tuan dan Nyonya Maureer yang mendengar teriakan putra mereka berlari ke lift yang akan segera terjatuh. Di tengah kobaran api yang semakin besar, mereka memerintahkan pengawal yang mendampingi mereka untuk menolong Sagara.
Sagara berhasil ditarik keluar dari dalam lift itu. Masih ada waktu untuk menyelamatkan kedua sahabatnya, tapi orangtua Sagara memerintahkan untuk meninggalkan mereka berdua di sana karena melihat situasi tak lagi aman.
Alhasil, Sagara ditarik pergi dari sana sambil menangis dan meronta-ronta ingin menolong kedua sahabatnya. Namun, orangtua Sagara memerintahkan untuk segera keluar dari gedung padahal banyak pengawal di tempat itu, dan masih ada waktu menyelamatkan mereka.
Menyedihkannya, lift itu akhirnya terjatuh ke lantai paling dasar dengan kedua anak itu di dalam lift kecil itu. Keesokan harinya seluruh korban dievakuasi, dan tubuh keduanya dikonfirmasi ditemukan telah hangus dalam kobaran api.
Kejadian itu menjadi luka paling dalam bagi Sagara, berhasil mengubah kepribadiannya dan mengubah seluruh hidupnya. Sejak saat itu, dia selalu menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada kedua sahabatnya.
Dia yang membawa kedua sahabatnya ke perusahaan ayahnya, membawa mereka bermain di sana, tetapi di saat pertama kali dia membawa sahabatnya justru menjadi pertemuan terakhir dia dengan sahabatnya.
Dia menyalahkan dirinya yang tidak bersikeras menolong mereka. Dia membenci orangtua bahkan saudara-saudara nya.
Sagara hidup dengan luka itu bertahun tahun lamanya. Semuanya dia lakukan sendiri, hidupnya sangat kering, bak ladang tandus yang tak dijamah lagi. Yang dia lakukan hanya kerja, kerja dan kerja bahkan tak peduli dengan kesehatannya.
Sagara sedang menghukum dirinya sendiri, atas apa yang terjadi pada kedua sahabatnya. Dan juga menghukum orang tuanya dengan menyiksa dirinya sendiri.Karena dia tahu, orangtuanya menyayanginya. Cara terbaik baginya untuk membalas dendam adalah dengan membuat sakit hati mereka.
...#...
Sementara itu, Dea mengikuti sekretaris Lin memasuki mansion Tulip, kediaman putra bungsu keluarga Maureer.
Langkah demi langkah penasaran gadis cantik itu mengikuti langkah besar sekretaris Lin yang berjalan di depannya.
Kepalanya menoleh ke sana kemari, menatap tempat yang begitu gersang dan suram tak sesuai dengan namanya, Mansion Tulip.
Dea melirik ke sana kemari, yang dia lihat hanya tanaman hias seperti semak-semak yang sedang dirawat oleh para pekerja taman.
Semuanya berwarna hijau seperti lapangan bola, sejuk tetapi lebih mirip dengan hutan belantara.
"Ini mansion atau hutan? " Gumam gadis itu. Semuanya hijau, tak ada hiasan lain di tempat itu.
"Silahkan ikut saya nona," ucap sekretaris Lin menunjuk sebuah bangsal di sayap kiri yang berhadapan langsung dengan bangsal milik Sagara di sebelah kanan.
Terdapat banyak pelayan di sana, tak ada yang memakai pakaian cerah, tak ada yang memakai riasan, tak ada yang tertawa, tempat itu seperti rumah perkabungan.
"Apa kita sedang berkabung? Kenapa semua orang memakai pakaian gelap?" Bisik gadis itu penasaran.
Sekretaris Lin sama sekali tidak menggubris, gadis itu mengikutinya dengan patuh sambil celingak-celinguk ke sana ke mari memperhatikan kediaman itu.
.
.
.
HEY HEY HEY!!!
JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR YA🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹
astaga sedih lah ksian shabatny
2023-06-06
0