...New Life Begin With Trouble...
...##...
Pria tampan berbalut pakaian tradisional negeri bambu dengan wajah tampan keturunan Tionghoa itu berjalan dengan langkah besar melewati ruangan-ruangan di kediaman Eldrich yang sangat luas dan megah.
"Tuan, apa anda yakin menikah dengan putri bungsu keluarga ini? Posisinya sama sekali tidak akan membantu anda," terang pria tampan yang keram disapa Sekretaris Lin itu.
"...."
"Tapi tuan!?"
"...."
"Baiklah!"
Dia mengakhiri panggilan telepon kepada tuan yang dia layani.
Menghela nafas berat setelah mendengar seluruh cerita tentang nona kelima kediaman Eldrich yang keberadaannya tidak dianggap bahkan disebut naif dan bodoh karena mau ditindas oleh seisi rumah itu.
Pria itu berjalan dengan tegap, wajahnya yang dingin, tatapan matanya yang tajam membuatnya auranya sangat mencekam bahkan terasa menusuk sampai ke tulang tulang.
"Reputasi gadis itu sangat buruk, apa yang membuat tuan muda keempat menerima penukaran pengantin ini? Bahkan dia jauh berbeda dengan nona keempat yang seharusnya dinikahkan dengan tuan muda, sesuai dengan kesepakatan bisnis!? ini aneh!" pikir sekretaris Lin heran.
Sementara itu, Dea telah tiba di halaman utama. Rumah keluarga Eldrich. Pernikahannya telah didaftarkan, gadis itu kini akan dihantarkan ke kediaman keluarga suami yang telah meminangnya tanpa tahu siapa suaminya.
Pernikahan dilakukan dengan memberi penghormatan secara terpisah. Sungguh keji dan kejam, bahkan Dea harus melakukan semuanya sendirian. Ayah dan saudara-saudara nya sama sekali tidak peduli dengannya.
"Kau akan pergi dari rumah ini, menikahi seseorang yang harus kunikahi, tapi kau adalah adik yang berbakti Dea, " ucap Gita Eldrich kakak perempuan seibu Dea yang juga sangat membenci gadis itu.
Dia tersenyum sinis ke arah Dea, betapa senang hatinya saat sang ayah setuju dengan keinginannya menolak pernikahan dengan pria yang tidak dia kenali itu.
"Sudahlah adik keempat, dia tidak pantas menerima rasa terima kasihmu, gadis ini hanya seorang pembawa sial," ucap Pria tampan yang merupakan anak tertua di rumah itu, Alexander Eldrich.
Gita tersenyum sinis sambil tertawa kecil di depan Dea yang baru selesai memberikan penghormatan di hadapan pemimpin pernikahan terpisahnya.
"Kak, jangan terlalu membencinya, dia bisa mati nanti!!" Ucap Gita sambil tertawa.
" Kalian berdua sangat menikmati hiburan ini ya, hahaha... Bagaimana tidak? Adik kita si pembawa sial ini ternyata ada juga yang mau menikah dengannya! " Ucap Clara Eldrich, anak kedua tuan Eldrich.
Mereka semua merendahkan gadis itu. Dea hanya terdiam, rasanya sangat sakit terutama ketika melihat sang ayah yang hanya diam saja ketika melihatnya dihina dan direndahkan saudara-saudara yang lain.
"Mohon berikat berkat kakak kakak sekalian, Dea tidak akan kembali ke rumah ini kecuali seijin suami Dea, terimakasih untuk semua waktu yang telah dilalui bersama," ucap gadis itu sambil membungkuk hormat penuh keanggunan.
Dia menunjukkan sifat bangsawan yang sebenarnya. Dirinya begitu elegan tetapi semua itu hanya dipandang sebelah mata oleh keluarganya.
"Tcihh... Baiklah baik," Clara berdiri di depan gadis itu.
"Semoga pernikahanmu dipenuhi air mata, dan semoga suamimu tidak cepat mati di samping pembawa sial seperti dirimu hahahahhaha....." Ucapnya sambil tertawa cekikikan di depan mereka semua.
" hahahhaha... Kak Clara, apa itu benar benar sebuah berkat atau kutuk!? Hahahah kau tegas sekali!!!" Ucap Gita sambil tertawa cekikikan.
Sama halnya dengan Alexander, dia juga menertawakan Dea bahkan seluruh pelayan dan semua orang yang ada di kediaman itu. Paman Bibi, sepupu hanya datang ke acara itu untuk mempermalukan dan merendahkan Dea.
" Nona...." Bisik Amira sambil menggenggam tangan gadis itu.
Dea hanya tersenyum getir.
"Terimakasih atas berkatnya kakak kakak sekalian!" Ucap Dea sambil membungkuk hormat seperti orang bodoh di depan mereka semua.
Gadis itu direndahkan, dijadikan bahan tertawaan, bahkan pernikahan yang seharusnya disaksikan dua keluarga malah dilakukan secara terpisah. Dia bahkan tidak mengenal pria yang kini me jadi suaminya, sungguh miris nasib gadis itu.
Dea berjalan menghadap sang ayah yang duduk di kursi utama, hanya memandangnya sinis sambil menggendong cucu dari anak pertamanya.
"Pa.. Dea meminta ber.." belum selesai gadis itu berbicara, tuan besar Eldrich langsung berdiri dan mengangkat tangannya pertanda Dea harus diam.
Semua yang ada di sana juga terdiam melihat apa yang dilakukan tuan Eldrich.
"Kenapa kalian belum juga membawanya!?" Teriak tuan Eldrich dengan angkuh.
Pria bertubuh tegap, dengan kumis tebal di atas bibirnya, matanya tajam seperti elang, rambutnya berwarna abu-abu,mungkin usianya sudah tua tetapi kharismanya tak ada yang bisa mengalahkan.
Dea terdiam, dia mengepalkan kedua tangannya sambil tertunduk. Apa yang dia harapkan dari sang ayah hanyalah sebuah kalimat nasihat maka dia akan dengan senang hati keluar dari rumah itu, melupakan semua perbuatan mereka pada dirinya.
"Bahkan sampai akhir pun, Papa tidak mau berbicara padaku, baiklah, kalian yang memilih jalan ini, jangan salahkan aku tidak peduli dengan kalian," batin gadis itu.
"Cepat bawa dia!! Merepotkan!!" Teriak tuan Eldrich dengan wajah murka.
"nyonya Muda, silahkan ikut saya!" Suara Sekretaris Lin terdengar. Melihat perawakannya yang tegap dan berkharisma, semua orang seolah menahan nafas mereka dan berdiri tegap menatap pria berpakaian tradisional China itu
"Tuan Lin, maaf atas ketidaknyamanan ini!" Ucap Alexander sambil memberi hormat.
Sekretaris Lin termasuk orang yang ditakuti. Pria itu sangat aneh dan tidak bisa ditebak.
"Silahkan ikut saya nyonya," ucap Sekretaris Lin pada Dea tanpa peduli dengan sambutan Alexander.
Gadis itu menatap keluarga nya sejenak, hanya menatap mereka sambil menahan air mata nya yang akan segera keluar.
Tak seorang pun dari mereka yang menyayangkan kepergian Dea. Yang dia terima di hari pernikahannya bukanlah berkat melainkan kutukan dan umpatan.
"Nona muda... Hiks hiks hiks... Saya akan merindukan anda!!" Amira memeluk Dea dengan erat sambil menangis sesenggukan.
Dea membalas pelukannya dan menepuk punggung Amira, satu satunya yang menghargai dan memperhatikannya di rumah itu.
"Sudah, jangan menangis lagi," ucap Dea sambil mengusap air mata Amira.
Dia tersenyum, berusaha menunjukkan bahwa dirinya baik baik saja di depan Amira," tunggu saatnya Amira, aku akan menjemputmu dari tempat ini," batin Dea.
"Aku pergi ya," ucap Dea.
Gadis itu memberikan penghormatan terakhirnya pada keluarga yang hanya tertulis di kertas.
"Cepat sana pergi, dan jangan pernah kembali!!" Ketus Clara.
Tuan besar Eldrich bahkan tak menatap gadis itu. Selama urusan bisnisnya lancar dengan keluarga Maureer, dia akan melakukan apa pun termasuk mengorbankan masa muda Dea.
Baginya Dea bukanlah anaknya, karena gadis itu telah membawa pergi istrinya.
Sekretaris Lin menuntun langkah gadis itu, memasuki mobil sedan hitam yang menunggu mereka di halaman rumah. Hari ini, hidup baru gadis itu akan dimulai kembali.
Setelah puluh tahun, Akhirnya dia keluar dari neraka yang disebut rumah itu.
Paman, Bibi, keluarga Jauh bahkan keluarga pihak Ibunya tak mempedulikan dia. Hanya hidup sebatang kara dan berjuang sendirian.
Dea menatap rumah itu sejenak dari balik jendela mobil " apa aku akan kembali ke rumah ini?" Batin gadis itu.
"Bolehkah kita berangkat nyonya?" Tanya Sekretaris Lin yang sudah duduk di depan di samping supir.
Dea hanya mengangguk, air matanya menetes.
Sama seperti ketika dia lahir, dia tidak membawa apa pun dari rumah itu, dia juga pergi dengan dirinya sendiri. Hanya sebuah tas kecil berisi barang peninggalan sang Ibu juga beberapa potong pakaian miliknya. Bahkan ponselnya tinggal di sana.
Mereka berangkat, keluar dari kediaman bangsawan Eldrich yang penuh kontroversi.
...##...
Sementara itu, di kediaman keluarga besar Maureer.
Sagara Maureer, berdiri menatap ke arah luar jendela kamarnya yang bernuansa hitam. Menatap hamparan bangunan dan hiruk pikuk kota besar sambil menggenggam foto gadis kecil dikepang dua, memeluk boneka besar di depan sebuah Komidi putar.
Foto usang yang dia simpan selama bertahun-tahun adalah foto sosok perempuan yang dia cari selama bertahun-tahun, " akhirnya, saat yang kunantikan tiba!" ucapnya pelan dengan raut wajah dingin dan tatapan datar yang mengerikan.
"Tuan muda, saatnya melakukan upacara pernikahan," suara pelayan terdengar dari luar kamarnya.
Sagara hanya melirik ke belakang tanpa merespon pelayan itu.
Dia berbalik, masih dengan earphone di telinganya, disimpannya foto itu di balik jasnya lalu berjalan dengan gagah menuju pintu keluar.
"Lin, antarkan dia ke mansion Tulip!" ucapnya pada sekretarisnya melalui sambungan telepon.
Sagara berjalan keluar dengan gagah untuk melaksanakan acara pernikahan terpisah yang dia rancang sendiri.
.
.
.
Like, vote dan komen 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹
semangat kk thorr
2023-06-06
1
Shusyi Ae
kurang thor Uda aq kasih vote sama kopi y thor
2023-05-05
2