Dia...

Edgar Pov

Sebelum nya aku sangat membenci hari, aku ingin tak ada lagi hari dan besok kiamat akan tiba.

Ku rasa itu lebih bagus, karna aku tidak suka tawa orang lain. Aku membenci setiap pergerakan ataupun perbuatan yang membuat orang lain bahagia.

Karna aku berpikir 'Kenapa cuma aku yang tidak bahagia?'

Sampai dia datang, gadis yang sering berbahasa dengan bahasa yang tidak ku ketahui.

Dia aneh!

Dia banyak bicara dan banyak banyak tertawa.

Aku semakin membenci nya, aku terus mengatakan semua kata yang buruk dan mencoba membuat nya pergi karna dia membuat ku merasa kesal.

Dia terus datang pada ku dengan tawa dan wajah yang terlihat bahagia sedangkan aku sangat menbenci hal itu!

Aku sangat ingin melihat nya menangis!

Dengan begitu aku merasa tidak sendirian, aku akan merasa jika dunia itu adil! Karna mereka tidak hanya menyiksa ku.

Sampai malam itu, dia tidak datang lagi.

Tidak ada gadis dengan senyuman lebar yang datang pada ku dengan mengatakan 'Kucing manis, sini sama kakak' sembari mengelus kepala ku.

Aku tidak tau artinya tapi dia sering mengatakan nya.

Tidak es krim atau pun coklat yang biasa dia berikan, tidak ada makanan dengan bentuk aneh beserta penjelasan nya yang akan begitu panjang.

Dia selalu memberikan ku makanan dan memperlakukan ku seperti bayi, padahal bagi ku dia yang tampak kekanakan.

Aku senang tapi rasa nya sedikit kosong, jadi aku tanpa sadar aku menunggu.

Hari yang sangat ku benci akhirnya menjadi sesuatu yang ku tunggu dan ku inginkan.

Aku penasaran dengan hari esok, aku ingin waktu cepat berlalu hingga kembali berhenti ketika dia datang.

Tapi...

Seperti sesuatu yang sia-sia ketika dia tidak lagi datang.

Lalu aku berpikir, apa seharusnya aku tidak berkata terlalu kasar atau setidak nya menuruti perkataan nya yang cerewet itu sekali saja?

Aku mulai memikirkan hal yang rumit, sampai malam itu tiba.

Salju yang dingin, lampu yang menyala dan bangku di penuhi dengan es yang turun dari langit.

Tubuh kecil yang tampak gemetar dengan jaket tipis tapi bukan dingin yang menjadi alasan.

Wajah yang memiliki kulit putih itu terlihat memerah, suara tangisan terdengar samar dan ekpresi yang bahkan tak pernah ku lihat.

Aku terdiam, berdiri di tempat yang sama tanpa menimbulkan suara atau apapun yang akan membuat orang lain sadar keberadaan ku.

Dia menangis?

Aku telah membaca ratusan buku bahkan mungkin ribuan buku karna hanya itu satu-satu nya yang bisa ku lakukan di dalam kamar ku.

Tapi di antara ribuan buku itu aku tidak mengerti apa yang terjadi pada ku, tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana perasaan ku yang terasa aneh.

Aku puas dan aku senang melihat nya menangis, tapi tidak lega dan merasa marah serta iba sekaligus.

Tapi aku tidak mengatakan apapun, aku tetap berada di tempat yang sama sampai dia lelah dengan tangis nya dan pergi dengan sendiri nya.

Lagi pula siapa yang akan mendengarkan ku ataupun menganggap penhiburan ku sebagai hal yang bisa di dengarkan.

Karna semua orang hanya akan menganggap anak berumur 11 tahun tak akan tau apapun.

Tapi malam itu adalah malam yang paling ku sesali.

Jika saja aku dulu bertanya dan menghampiri nya sekali mungkin aku akan tau alasan dia menangis dan mungkin aku akan tetap melihat nya.

Karna semenjak hari itu dia menghilang, seperti asap yang masuk ke dalam lautan.

Aku mencoba melupakan nya tapi itu semakin mengganggu ku, buku yang berada di depan ku tidak lagi menjadi fokus ku.

Dan orang-orang brengs*k ku benci selalu mencoba membuat ku merasa kesal.

Tidak ada seseorang yang bisa mirip dengan nya lagi.

Tanpa sadar aku mulai bergantung, gadis itu seperti memberikan ekstasi yang akan membuat ku gila jika aku tidak meminum nya.

Semakin hari semakin besar, aku mencoba mencari tau tentang nya namun semua itu terbatas.

Karna aku hanya seperti kotoran yang tanpa sengaja di pungut di tempat ini.

Kalau aku menyingkirkan mereka semua apa aku bisa mencari tau dengan dia?

Dia yang bahkan nama nya saja tidak aku ketahui.

Rumit untuk sampai di tempat ini, dan aku merasa puas untuk pertama kali nya ketika melihat mereka semua melihat ku dengan takut.

Untuk pertama kali nya mereka memanggil ku monster tapi aku malah merasa senang.

Tentu semua ini karna dia, karna dia aku sampai sejauh ini.

Karna dia membuat ku terus merasa haus, rasa haus yang tidak akan bisa di penuhi dengan apapun selain dia dan aku akan melakukan apapun untuk memenuhi rasa haus ku.

Lalu sekarang?!

Pencarian ku setelah bertahun-tahun terbayar, walaupun tidak sengaja tapi kali ini aku merasa langit pun bahkan menyetujui pertemuan kami lagi.

Dia ada di depan mata ku, terlihat terlelap dan tampak begitu tenang.

Dia masih tampak cantik seperti ingatan ku, bulu mata nya lentik, hidung nya kecil dan mancung lalu bibir nya yang bulat.

Aku merasa akan gila, tangan ku tanpa sadar bergerak dan mengusap pipi nya yang terasa begitu lembut.

Aku merasa gemetar, sebelum nya aku selalu membayangkan fantasi terliar dan terkotor yang ada di pikiran ku ketika bersama nya.

Dan kini?

Aliran darah ku mengalir lebih cepat, detak jantung ku berdegup seperti getaran rel kereta api.

Naluri buas ku berjalan lebih dulu dari pada logika ku.

Aku mencium nya, bibir nya terasa begitu lembut dan aroma tubuh nya yang begitu harum.

Bagian dari setiap inci yang tubuh seseorang kini terlihat di depan ku, tapi setidaknya masih ingat jika aku tidak boleh meninggalkan jejak atau pun melakukan sesuatu yang lebih jauh dari ini.

Karna ketika dia sadar dia akan tau dan aku takut dia akan pergi ke tempat yang akan membuat ku terpisah lagi dengan nya.

Drrtt...

Drrtt...

Drrtt...

Suara getaran ponsel ku membuat ku terkejut dan aku harus melepaskan kecupan ku.

Mata ku melirik ke arah panggilan dengan profil anak kecil yang tampak tertawa.

Yah!

Aku lupa sesuatu jika dia memiliki anak dengan orang lain.

Tapi tidak apa, akan ku tangani itu nanti, anggap saja panggilan itu sebagai penanda jika aku harus berhenti agar aku tidak semakin melakukan hal gila pada nya.

Aku mencoba merapikan kemeja nya lagi seperti semula sebelum keluar dari tempat itu.

"Sampai jumpa nanti,"

Bisik ku walau dia tidak akan mendengar nya.

...

Pukul 07.34 pm

Wanita itu berlari cepat, ia terlihat malu karna tertidur di tempat orang lain dengan waktu yang cukup lama.

"Astaga Liv! Kenapa bisa ketiduran sih? Kalaupun kontrak nya banyak juga jangan sampai tidur Liv!"

Runtuk wanita itu pada diri nya sendiri saat sudah sampai di mobil nya.

"Bibir ku kok rasa nya aneh ya?" tanya Livanya yang menatap warna lipstik nya yang sudah memudar.

Wanita itu pun pulang kembali ke rumah sang ayah, tanpa tau apa yang terjadi dan tanpa menyadari jika salah satu kancing kemeja nya bahkan sudah menghilang.

Terpopuler

Comments

Yus Nita

Yus Nita

dasar cowok stress, di ksh obat tidur
anak orang di kerjain ny.

2025-04-11

0

A Yani

A Yani

Edgar nakal 🤣

2023-07-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!