Sandaran

Apart

Pria itu menarik napas nya dan menatap ke arah sang istri yang memberikan lirikan mata yang begitu tajam sesaat ketika mereka sampai ke tempat tinggal yang terbilang cukup mewah itu.

"Mau ke mana?" tanya Rayvan yang menarik lengan kecil itu agar sang istri melihat ke arah nya.

Livanya tak menjawab, ketika kembali ia langsung menuju kamar nya dan mengambil koper yang ia miliki untuk memasukkan barang-barang dan pakaian yang ia miliki.

"Bukan urusan kamu kan? Lagi pula kita juga mau cerai kok," jawab Livanya dengan singkat dan ketus pada sang suami dan mungkin sebentar lagi tidak akan menjadi siapa-siapa dalam hidup nya.

Rayvan diam sejenak, ia menatap dengan tajam dan tentu tak menyetujui ucapan tersebut.

"Kamu kenapa sih? Kita bisa bicara baik-baik! Ga perlu sampai mau pergi atau bersikap kekanakan kayak gini?!" ucap Rayvan yang membuat sang istri menghentikan pekerjaan nya sejenak.

Livanya mengernyit, "Baik-baik? Udah kayak gini kamu masih bisa bilang bicara baik-baik?" tanya Livanya dengan heran.

"Kamu bawa selingkuhan kamu ke sini aja itu udah ga baik! Kamu bawa dia yang lagi hamil anak kamu itu aja udah ga baik! Gila kamu ya?! Mana ada istri yang bisa baik-baik aja kalau punya suami kayak kamu!" ucap Livanya yang tak habis pikir.

"Ada! Banyak kok yang punya pernikahan pologami tapi baik-baik aja! Karna apa?" tanya pria itu kemggantung.

"Karna dia ga punya istri yang egois dan berpikiran sempit," sambung Rayvan seperti menyindir seseorang.

"Salah kamu Rey, mereka baik-baik aja karna suami nya ga selingkuh, dia bawa wanita lain atas minta persetujuan istri nya dan bukan bawa selingkuhan untuk di kenali sama istri nya," jawab Livanya dengan nada yang rendah namun menekan.

"Tapi, apapun itu aku ga mau di madu dan aku cuma mau punya pernikahan monogami. Kalau kamu mau menikah lagi silahkan tapi ceraikan aku dulu." ucap Livanya yang mengambil gaun nya yang terakhir dan memindahkan ke dalam koper.

Rayvan diam tak menjawabmenjawab, jujur saja ia sangat tak ingin menceraikan sang istri. Ia masih mencintai nya namun ia juga mencintai kekasih nya.

Tak bisa memilih salah satu dan itu lah yang sedang terjadi saat ini.

"Kei,"

Livanya menghentikan langkah nya sejenak saat pria itu menyebutkan nama putra nya.

"Hak asuh dia akan dengan ku, aku pastikan itu." ucap Reyvan saat melihat istri nya memuentikan langkah namun tak menoleh sama sekali ke arah nya.

Livanya tak mengatakan apapun, namun ia tetap melanjutkan langkah nya seperti tak mendengar apapun.

Kepergian nya hari ini memang begitu mendadak, ia memang sebenarnya tak berniat untuk pergi namun ia butuh waktu untuk diri nya sendiri.

Dan tentu nanti ia akan datang lagi untuk putra nya, karna ia tak akan benar-benar keluar sebelum makhluk mungil yang ia lahirkan itu ia bawa keluar.

Rayvan masih terdiam di tempat yang sama, mata hitam itu menatap lekat ke arah sang istri yang sudah menghilang di balik pintu.

"Aku ga akan ceraikan kamu Liv, ga akan pernah..." gumam pria itu yang tak ingin melepaskan wanita cantik yang biasa selalu manja dengan nya itu.

...****************...

Ting!

Ting!

Ting!

Bell yang terdengar tak sabar itu terus berbunyi berulang kali membuat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik walaupun sudah tua itu segera bergegas.

"Siapa sih? Ga sabaran banget pencet bell nya?!" decak Lani.

Wanita pun membuka pintu nya, sesaat ia terdiam begitu melihat putri cantik nya kembali dengan koper yang di bawa di tangan nya dan wajah yang sembab.

"Livanya? Kenapa nak?" tanya Lani yang menatap manik putri yang masih berkaca.

Livanya tak menjawab, ia menatap ke arah sang ibu dan masih terdiam sebelum pelukan erat nya datang.

Greb!

Lani terdiam, pelukan putri nya begitu erat hingga membuat nya sesak namun ia tak melepaskan nya.

"Udah jangan nangis, nanti cantik nya hilang loh." ucap nya lirih sembari mengusap punggung kecil putri nya.

...

Teh yang memiliki embun di gelas bening itu karna baru es yang masih mengapung di dalam nya terlihat masih di genggam.

"Ada apa?" tanya Lani dengan lembut pada putri nya yang sudah mulai tenang dan ia pun sudah membuat kan teh manis dingin yang sangat di sukai putri cantik nya itu.

"Ma..." ucap Livanya lirih yang menggantung tak bisa melanjutkan apa yang ingin ia katakan selanjutnya.

Lani tak mengatakan apapun melainkan menunggu putri nya untuk mengatakan apa yang terlihat begitu sulit untuk di ucapkan itu.

"Aku mau cerai Ma..." sambung Livanya lirih dengan suara yang begitu pelan.

Deg!

Lani tersentak, untuk sesaat ia tak bisa mengatakan apapun dengan mulut nya dan hanya terdiam.

Manik abu-abu yang cantik itu menoleh menatap ke arah sang ibu yang tak memberikan respon apapun tentang apa yang baru ia katakan.

"Coba ulangi, kamu mau apa tadi?" tanya Lani mengulang.

"Liv mau cerai Ma..."

"Rey selingkuh..."

Suara Livanya terdengar bergetar saat mengatakan kebenaran tentang sang suami, rasa nya masih sesak hingga membuat tenggorokan nya tercekat.

Lani membatu untuk beberapa saat dan kemudian menatap ke arah putri nya lagi.

"Terus?" tanya Lani yang menarik napas nya antara percaya atau tidak.

Livanya mengernyit melihat sang ibu yang terlihat tidak ingin peduli begitu mendengar pertanyaan yang terdiri dari satu kata itu.

"Bertahan," ucap Lani sekali lagi yang membuat Livanya diam.

"Ma!" Livanya meninggikan suara nya begitu mendengar ucapan sang ibu.

Lani tersentak namun ia memegang erat bahu putri nya.

"Nak? Laki-laki selingkuh itu biasa kok, nanti dia juga sadar, juga balik sama kamu..."

"Mama mohon kamu jangan pisah ya? Bicara baik-baik dulu sama Rey..." ucap Lani dengan suara yang terdengar bergetar namun mencoba untuk tenang.

"Ma? Mama sadar? Mama nyuruh aku ngapain?" tanya Livanya yang menatap ke arah sang ibu dengan mata yang heran.

"Iya! Mama tau! Kamu yang ga tau apa yang mau kamu buat sekarang?!" balas nya pada Livanya.

"Apa? Memang nya apa Ma?" tanya Livanya yang tak menyangka akan reaksi sang ibu.

"Kamu pikir jadi janda itu mudah? Kamu pikir perceraian itu hal yang bagus? Apa kata orang nanti?"

"Liv? Kamu mau buat malu Mama? Kamu mau Mama jadi bahan cerita tetangga? Mama nya cerai anak nya juga cerai?!" tanya Lani yang menatap ke arah sang putri.

Livanya diam sejenak, air mata nya luruh tak bisa ia tahan lagi.

Jika ibu nya saja tak bisa menjadi sandaran lalu siapa lagi yang bisa ia tuju?

"Ma? Aku ga bisa Ma..."

"Aku sakit, di sini rasa nya ga bisa napas Ma..." ucap Livanya dengan suara tersekat dan gemetar sembari memegang dada nya.

Lani menggeleng, ia juga ikut menangis merasa apa sedang di rasa putri nya namun ia masih tak menyetujui nya.

"Jangan pisah Liv, jangan buat malu Mama..."

"Kamu mau? Tetangga ceritain kamu? Lagi pula..."

"Kamu yakin mau cerai dari Rey? Kamu ga kerja Liv? Kamu bisa apa?" tanya Lani sekali lagi.

Livanya terdiam, ia tak mengatakan apapun karna yang di katakan ibu nya juga ada benar nya. Namun ia tetap tak ingin melanjutkan pernikahan yang seperti ingin memperpendek umur nya.

Ma?

Kalau Mama juga begitu, aku harus ke mana?

Aku harus ke mana lagi Ma?

Aku harus punya sandaran ke siapa?

Livanya hancur Ma...

Sakit...

Liv cuma mau di dukung Mama, cuma mau di dengerin...

Terpopuler

Comments

Acih Sukarsih

Acih Sukarsih

kerja apa saja yg penting halal jadi babu ga masalah daripada sskit hati

2023-10-31

1

Rafael Dika

Rafael Dika

kok mm nya gitu...mau anaknya tersskiti gara" malu sama orang lain sih...jangan mau liv...

2023-06-15

2

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

livya punya mak juga sakit otak, ngapain mikir orang wong kita yg punya hati

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!