Sudah 3 hari berlalu dan hubungan Vano sama Cintya pun semakin renggang, pasalnya Vano jarang pulang ke Rumah karena Cintya yang selalu mencari gara-gara.
Namun, kali ini ia tak bisa mengelak kala Cintya datang ke perusahaannya dengan membawa makan siang.
Tetapi, Vano tak langsung menghadapi nya karena ia ada meeting bersama perusahaan Kanaya yang di wakilkan oleh Fani, Asistennya.
Ceklek.
Vano keluar dari ruangan meeting bersama Fani, John dan yang lainnya.
Di luar sudah terlihat wajah tak bersahabat dari Cintya dan hal itu membuat mereka menghela nafas kasar.
"Kalau begitu saya permisi dulu Tuan" ucap Fani yang langsung saja pergi di antar oleh John sampai lobi perusahaan.
Setelah melihat kepergian Fani dan yang lainnya, Cintya pun mendekati Vano dengan tatapan tajam.
"Apa? Mau marah-marah karena aku meeting dengan perusahaan Kanaya?" sarkas Vano dengan tajam.
"Kamu kemana saja Mas, jarang pulang ke rumah?" tanya Cintya dengan sinis.
Heh.
Vano melenggang masuk ke dalam ruangannya, dia lalu duduk di sofa yang ada di ruangannya.
"Mas, jawab dong! Apa kamu pergi dengan wanita lain?" ucap Cintya kembali dengan ikut duduk di hadapan Vano.
Ck,
"Aku tidur di Apartemen John, banyak pekerjaan dan masalah perusahaan yang harus aku tuntas kan. Jika aku pulang maka akan nambah masalah saja dan semua itu bersumber dari mu" balas Vano berdecak kesal.
Cih,
Cintya berdecih, dia lalu memalingkan wajah nya yang berarti bahwa ia tak percaya pada Suami nya.
"Aku gak percaya sama sekali, kamu pasti-"
Brak.
"Kamu ini kenapa sih hah, makin hari makin ngelantur saja! Perusahaan belum stabil jadi wajar jika aku berjuang untuk membangkitkan nya lagi. Punya pikiran itu yang bagus ke sekali-kali, ini Suami berjuang demi masa depan malah di tuduh yang enggak-enggak" bentak Vano sambil mengebrak meja di hadapannya.
Vano lalu melangkah untuk pergi dari ruangannya, dia merasa muak dan malas dengan Cintya.
"Kamu mau kemana Mas?" tanya Cintya.
"Mau cari wanita lain, puas kamu" teriak Vano frustasi.
*
Vano melajukan mobil nya entah kemana tujuan, dia sudah mengabari John bahwa ia tak akan kembali lagi ke perusahaan karena sedang dalam mood jelek.
Namun, mobil yang ia lajukan malah berhenti tepat di depan perusahaan Kanaya.
Ia terdiam cukup lama disana dan dari dalam perusahaan keluarlah mobil milik Kanaya.
Dengan cepat Vano pun mengikuti mobil Kanaya, dia ingin sekali berbincang sebentar setelah kemarin mencoba nya selalu gagal.
"Restoran" gumam Vano.
Dia ikut keluar dan mengikuti Kanaya masuk ke dalam Restoran tersebut.
Langkah kaki nya menuju ke meja yang tak terlalu jauh dari posisi Kanaya saat ini.
Hingga netra mata nya melihat Kanaya yang melambai ke arah pintu masuk Restoran.
"Maaf aku telat sayang"
"Its okey, Mas"
Deg.
Deg.
Jantung Vano berdetak kencang kala mendengar sapaan pria tersebut pada Kanaya, apalagi Kanaya membalas nya dengan sangat manis dan pelukan hangat.
"Bukankah dia pria yang sama, apakah dia ada hubungan spesial dengan Kanaya" gumam Vano lirih.
Vano terus saja memperhatikan mereka, hingga mereka pergi dari sana pun masih Vano ikuti.
Dan tujuan kali ini mobil yang Vano ikuti berhenti di Hotel yang sangat mewah dan berkelas.
"Apa apaan ini, kenapa Kanaya mau mau saja di bawa kesini" gerutu Vano dengab memukul stir mobil.
Hampir 1 jam lama nya Vano menunggu tetapi mereka tak kunjung keluar juga, hingga Vano memutuskan untuk kembali ke Apartemen John.
...****************...
1 minggu berlalu,
Setelah hari dimana Vano mengikuti Kanaya, dia tidak pernah kembali melihat Kanaya ataupun pria tersebut.
Bahkan Vano sendiri pernah menunggu Kanaya di depan perusahaan nya , namun semua nya nihil.
Tok.
Tok.
"Masuk"
Ceklek.
Sekertaris Vano pun masuk dengan membawa sesuatu di tangannya yang entah apa.
"Tuan, ada undangan untuk anda" ucap nya seraya memberikan undangan di tangannya.
"Dari siapa?" tanya Vano.
Sekertaris tersebut menggelengkan kepala nya tanda tak tau.
Vano menerima nya dan menyuruh sang sekertaris kembali ke pekerjaannya.
Setelah nya, Vano membuka undangan mewah dan indah itu untuk ia baca.
Deg.
"Apa-apaan ini, kenapa harus begini"
"Aarrgghhhh"
Vano berteriak dengan meremas undangan di tangannya, dia merasa marah dan juga kesal menjadi satu.
Ceklek.
"Kenapa bro?" tanya Bram yang baru masuk bersama John.
Hah
Hah
Vano mengatur nafas nya yang memburu, lalu ia duduk dengan mata yang ia pejamkan sebentar.
John mengambil undangan yang ada di lantai, dia dan Bram saling pandang satu sama lainnya.
"Kanaya dan Axel" lirih John melirik Bram.
"Oh undangan dari Kanaya, gue juga dapet tuh dan acara nya besok" celetuk Bram dengan santai
Bram lalu duduk di kursi yang ada di hadapan Vano yang terhalang oleh meja kerja saja.
"Kenapa lu kesal dan marah? Kanaya kan bukan siapa-siapa elu bahkan elu juga gak cinta sama dia" celetuk Bram kembali.
"Harus nya elu bahagia karena Kanaya sudah bisa membuka hati nya kembali setelah elu sakiti" lanjut Bram.
Vano hanya diam, dia mengacuhkan ucapan Bram yang seakan mengejek nya.
Begitupun dengan John, dia juga hanya diam saja tak mau ikut berbicara karena percuma.
"Lihat saja gue akan rebut kembali Kanaya dari pria itu" tekad Vano dengan sangat yakin.
"Hahaha jangan ngelantur lu, kagak tau aja siapa Axel sebenarnya" ejek Bram dengan tawa yang masih terdengar.
"Gue gak peduli" ucap Vano.
Huh.
"Terserah lu saja, asal jangan sampai gila saja jika gak kesampaian"
"Lagian lu itu kenapa? Bini di rumah tuh urusin, bukan malah mau merebut calon bini oranglain" balas Bram dengan kekehan geli
Vano hanya mengedikan bahu nya saja, dia sudah tak peduli lagi dengan Cintya.
John dan Bram menggelengkan kepala nya, mereka tak habis pikir dengan jalan pikiran Vano sekarang.
Dulu aja dia nyakitin Kanaya, setelah semua ini berlalu dan ia malah menginginkan Kanaya kembali.
*
Sedangkan di Rumah, Cintya juga mendapatkan undangan pernikahan Kanaya.
Dia tersenyum puas karena tak punya saingan untuk berebut Vano kembali.
"Kau sudah tak bisa apa-apa Mas Vano" gumam Cintya tersenyum sambil menatap undangan mewah di tangannya.
Hah
"Aku lega karena Kanaya sudah akan menikah dengan pria lain, jadi Mas Vano hanya milikku saja" gumam nya kembali dengan nafas lega
Tidak tau saja kalau sang Suami sudah merencanakan sesuatu untuk membuat Kanaya kembali ke pelukannya lagi.
Namun, semua itu hanya akan sia-sia saja karena Kanaya tak akan pernah dapat Vano sentuh.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
nadira ST
lama2 ksel juga ama vano pgen gue pites dulu dselingkuhin sekarang dkejar2 mau lawan axel siap2 tidur pencoran
2023-12-05
1
Yunerty Blessa
𝗱𝗮𝗵 𝘁𝗮𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗴𝘂𝗻𝗮 𝗿𝗲𝗻𝗰𝗮𝗻𝗮 𝗺𝘂 𝗩𝗮𝗻𝗼..
2023-10-30
0
Andi Fitri
Kasian Dhe lho varno emang enak buang berlian dapat debu busuk...
2023-07-01
1