Cintya berdiri di lobi Rumah sakit, dia menghela nafas dan langsung saja menuju ke resepsionis untuk bertanya.
"Maaf Sus, dimana ruang perawatan atas nama Andreas Slim?" tanya nya dengan ramah.
"Sebentar saya cek dulu, Nona" jawab sang resepsionis sopan.
Cintya menunggu dengan sabar, dia juga melirik kesana kemari siapa tau aja ada Vano yang lewat.
"Maaf Nona, disini tidak ada pasien yang bernama itu" jelas suster.
Hah.
"Coba sekali lagi, di bagian khusus jantung" titah Cintya kembali
Dengan patuh sang suster pun mencari, namun sampai dua kali mengulangpun.
"Tidak ada Nona, mungkin di rumah sakit lain di rawat nya" jelas suster kembali.
Dengan raut wajah kesal, Cintya pun melangkah pergi dari Rumah sakit tersebut.
Dia masuk ke dalam mobil dan mencoba menghubungi Vano, namun nomor nya masih tetap sama tak bisa di hubungi.
"Arrgghh, kemana sih sebenarnya Mas Vano membawa Andreas" ucap Cintya dengan frustasi.
Cintya melajukan mobil nya, ia berkeliling saja untuk menghilangkan penat dan juga menunggu Vano memberi kabar.
*
Sedangkan di Rumah sakit yang berbeda, Vano sudah selesai menyiapkan barang yang akan di bawa pulang.
Ya, kondisi Andreas sudah semakin membaik apalagi saat melihat adanya sang Nenek dan Kakek. Dan hal itu juga membuat Dokter memulangkannya.
"Kita langsung saja pergi, taxi yang Ayah pesan sudah ada di depan" jelas Ayah.
"Baiklah, kalian hati-hati di jalan dan jangan lupa hubungi aku jika sudah sampai" balas Vano pasrah.
Ayah dan Ibu hanya mengangguk, kemudian mereka masuk ke dalam mobil yang ada di hadapannya dengan Ayah menggendong Andreas.
"Dadah Papa, Mis You" teriak Andreas melambaikan tangan kala mobil sudah berangkat.
Vano membalas lambaian tangan sang Putra, ia tersenyum.
Setelah mobil pergi, Vano pun masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana. Vano sendiri tidak langsung pulang, ia ke perusahaan sebentar karena ada pertemuan penting.
"Ck, baru sekarang kau mencari nya! Ibu macam apa kau Cintya" gumam Vano kala menghidupkan ponsel nya dan banyak panggilan serta pesan dari Cintya.
Ponsel kembali di letakan dan Vano fokus pada jalanan di depan, ia tidak akan memberitahu Cintya kemana Andreas di bawa pergi.
*
Setibanya di perusahaan, Vano langsung naik ke ruangan nya karena disana John sudah menunggu dirinya.
Ting.
Lift terbuka, Vano keluar dan berjalan menuju ke ruangan.
Ceklek.
"John" panggil Vano kala ia sudah masuk ke dalam.
John mengalihkan pandangannya, dia lalu bangkit dari duduk nya.
"Bagaimana keadaan Andreas?" tanya John.
"Sudah mendingan dan ia ikut bareng bokap ke kampung" jawab Vano lirih.
John mengangguk-anggukan kepala nya, dia lalu duduk kembali bersama Vano.
"Pelajarilah dulu, setelah makan siang nanti kita rapat bersama beberapa investor termasuk Nona Kanaya" jelas John dengan memberikan map pada Vano.
Vano menghela nafas kala nama Kanaya di sebut oleh John, dia lalu membuka map dan membaca nya dengan teliti.
John pergi ke ruangannya, dia akan mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum sempat selesai.
"Walaupun kau sudah menyakiti Kanaya, tapi nyatanya dialah yang membantu perusahaan kalian bangkit kembali" lirih John.
John menghela nafas nya, ia lalu membuka map yang ada di hadapannya dan kembali bekerja.
*
Singkat waktu, kini jam makan siang pun tiba. John keluar ruangan dan bertepatan dengan itu juga Vano keluar.
Keduanya langsung saja menuju ke lift, karena pertemuan kali ini akan di lakukan di Restoran yang sudah di reservasi oleh Fani.
Ting.
Lift berhenti tepat di lobi, John menerima kunci mobil milik Vano.
John melajukan mobil nya dengan tenang, dia sesekali melirik sahabat sekaligus Boss nya.
"Bagaimana dengan Cintya? Apa dia tau kalau Andreas ikut bersama Om dan Tante?" tanya John.
"Tidak, aku akan membiarkannya dulu sampai dia sadar" jawab Vano menghela nafas kasar.
John manggut-manggut saja, dia kembali fokus pada jalanan.
Hingga tak lama kemudian mereka sampai di Restoran, Vano melangkah bersama John yang sudah membawa berkas untuk meeting kali ini.
John langsung melangkah ke arah meja yang sudah di beritahu oleh Fani, dia juga melihat di meja sudah ada Fani, Kanaya dan juga Axel.
Vano mengepalkan tangannya saat ia melihat Kanaya tersenyum bahagia dengan pria lain.
"Maaf kami terlambat" ucap Vano dengan ramah.
Kanaya menghentikan tawa nya, dia lalu berdehem dan mengubah kembali mimik wajah nya jadi datar.
"Tidak, kami juga baru tiba" balas Fani sopan.
John lalu duduk bersama dengan Vano, lalu ia memberikan berkas yang akan mereka bahas. Sedangkan Axel sendiri hanya diam saja dan memperhatikan Kanaya yang sedang meneliti berkas di tangannya.
Mereka terus saja membahas kerja sama tersebut, hingga tanpa sadar pembahasan tersebut sudah hampir 1 jam lebih.
Dan,
Byur.
"Heiiiii" teriak Axel dengan penuh emosi.
Kelima orang tersebut kaget saat ada seseorang yang menumpahkan air kepada wajah Kanaya dan hal itu membuat murka Axel.
"Cintya" lirih Vano dan John.
Sedangkan Fani dan Axel membantu Kanaya membersihkan wajah dan pakaiannya yang kotor.
Setelah itu, Axel menatap wanita di depannya dengan tatapan tajam.
"Apa maksud nya semua ini, Tuan Vano?" tanya Axel penuh tekanan.
Cintya sendiri diam ketakutan karena ia tak tau bahwa disana ada oranglain juga.
Bahkan ia sudah mundur dan berdiri di dekat Vano serta John.
"Fani urus semua ini, saya akan pergi bersama calon suami saya" ucap Kanaya.
Fani mengangguk, dia menghela nafas saat melihat berkas yang sudah berserakan serta basah.
"Tuan John, perbaiki semua ini dan saya tunggu nanti malam. Jika telat, maaf kita akhiri semua ini" ucap Fani sambil berlalu dari sana.
Vano menatap Cintya penuh amarah,
Plak.
"Kalau mau berbuat sesuatu lihat kondisi, ini bagaimana urusannya? Punya otak pakai" bentak Vano penuh tekanan.
Lalu Vano pergi dari sana bersama dengan John, Cintya menggeram kesal dan pergi dari sana juga.
"Bagaimana ini, John?" tanya Vano dengan frustasi,
"Kita akan kerjakan semua ini, kalau kita kehilangan kerja sama ini maka perusahaan akan bangkrut" jelas John dengan tegas.
Vano hanya mengangguk, dia pasrah dan akan mengikuti semua saran dari John.
"Awas saja kau Cintya, kau selalu saja membuat masalah"
*
Tiba di perusahaan, keduanya melangkah dan langsung masuk ke ruangan Vano.
Beberapa berkas langsung di buka, begitu juga dengan laptop dan keduanya langsung saja fokus.
Vano dan John benar-benar fokus, keduanya terlihat sangat serius dalam segala perbincangannya
Ceklek.
Pintu terbuka, Vano menghentikan pekerjaannya dan melihat siapa yang masuk.
Heh.
Vano mengacuhkannya dan dia kembali bekerja setelah tau siapa yang datang.
"Mas, kamu ini kenapa sih? Dan kenapa kamu malah cuekin aku terus" teriak Cintya.
Brak.
"Diam kau" bentak Vano penuh kesal.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
nadira ST
sukurin mumet kan
2023-12-05
1
Yunerty Blessa
𝗞𝗮𝗻 𝗞𝗮𝗻𝗮𝘆𝗮 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗶𝗸 𝗺𝗮𝗸𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗶𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗮𝗹𝗮𝘀 𝗯𝗶𝗮𝗿𝗹𝗮𝗵 𝗩𝗮𝗻𝗼 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗷𝗮𝗿 𝗖𝗶𝗻𝘁𝘆𝗮..
2023-10-30
0
Esti Trianawati
Katanya kanaya orang kaya berada di no 2 setelah keluarga axel tp kok dengan mudah di dzolimi pelakor macam cintiya... 2X loh thor kanaya kena siram... dan heran jg sm kanaya ngapain masih peduli dg perusahaan vano orang yang sudah menjadikan dia pajangan dlm hidupnya.
2023-06-28
0