Vano memutuskan mengejar Kanaya menggunakan mobil milik nya, ia melupakan keluarga dan istri lainnya yang sekarang sudah berhamburan keluar dari dalam rumah.
"Ma, kenapa Mas Vano malah pergi?" tanya Cintya pada sang mertua.
"Kita diamlah dulu, semoga saja Vano bisa membujuk Kanaya agar tak menceraikannya. Karena jika semua itu terjadi maka kita tidak bisa menikmati semua ini" jawab Mama dengan enteng dan melenggang masuk membawa sang cucu.
Cintya? Ia hanya memberenggut saja. Dia ikut masuk dan duduk bersama yang lainnya.
Mama memanggil pelayan namun tak ada satupun yang menghampiri mereka, padahal mereka ada di dapur entah sedang melakukan apa.
*
Sedangkan di sisi lainnya, Vano berhasil mengejar Kanaya yang menyetir dalam keadaan kacau.
Kedua mobil itu berhenti di jalanan yang cukup sepi pengguna, Kanaya keluar dari dalam mobil dengan perasaan yang tak bisa di bendung lagi.
"Mau apa lagi kamu Mas? Kamu mau rumah itu, silahkan ambil karena memang itu milikmu" bentak Kanaya penuh emosi.
Vano menggelengkan kepala nya, dia mencoba meraih tangan Kanaya tapi langsung di tepis oleh sang empu nya.
"Mas bisa jelasin sayang, semua yang kamu dengar saat di Apart itu gak bener kok" elak Vano dengan gelengan kepala dan wajah panik.
Ck,
"Gak bener? Lalu kamu yang berkhianat bahkan sampai memiliki anak dari wanita murahan itu, itu benar begitu?" teriak Kanaya menunjuk wajah Vano.
"Maafkan aku sayang, Cintya adalah cinta pertama aku dan aku-"
"Dan aku apa? Kamu melupakan janji kamu pada mendiang kedua orangtuaku, bahkan kamu juga memberikan wanita ****** itu fasilitas dari perusahaanku" bentak Kanaya.
Plak.
Satu tamparan melayang ke wajah Kanaya, bahkan bibir indah itu berdarah akibat pukulan itu.
Vano menatap Kanaya dengan tajam, ia tak terima Cintya dikatai ****** oleh Kanaya dan dengan tega nya ia sampai menampar Kanaya.
"Kamu ingat Vano, aku rela meninggalkan karir ku demi kamu dan aku rela meninggalkan semua dunia luar demi jadi istri yang sangat kamu dan mama kamu idamkan? Namun nyatanya apa? Kalian menyuruh aku diam di rumah agar aku tak tau apapun yang kalian lakukan di luaran sana"
"Aku selalu menantikan kehadiran anak di tengah-tengah kita, dan apa jawaban kamu? Nanti saja dulu! Dan sekarang, kamu bahkan mempunyai anak dari wanita lain"
"Hebat, kamu benar-benar hebat Tuan Vano yang terhormat. Kamu tak terima aku menyebutnya wanita ******? Lalu panggilan apa yang pantas untuk wanita perebut suami orang? Pelakor, murahan atau kurang belaian?"
Kanaya menghentikan ucapan nya, dia menyeka air mata dan dia mengadahkan wajah nya ke atas.
Sesak, itulah yang saat ini dirasakan oleh nya.
"Ya, aku memang menikahimu karena kamu kaya dan akan pasti bisa mengangkat kualitas perusahaanku. Kamu cantik, pintar dan juga keturunan terpandang disini, so aku harus bangga dong dengan pencapaianku"
"Dan untuk Cintya? Dia wanita yang aku cintai dan aku sayangi sejak dulu, kami menikah setelah satu tahun kita menikah" balas Vano dengan terkekeh.
Kanaya menatap Vano penuh dengan benci, ia lalu pergi dari sana dengan membawa mobil nya ke arah tujuan yang sempat tertunda tadi.
Sedangkan Vano? Ia dengan santai nya kembali pulang dengan perasaan puas dan bangga. Bahkan senyuman menghiasi wajah nya yang cukup di bilang tampan.
*
Mobil Kanaya tetap melaju dengan tenang, tujuannya kali ini adalah rumah peninggalan kedua orangtua nya.
Vano dan keluarga nya tak tau apapun tentang Kanaya, yang mereka tau hanya Kanaya anak tunggal dari pemilik dua perusahaan besar saja selebihnya mereka nol tak tau apapun.
Ckitt.
Mobil berhenti tepat di depan pintu mansion mewah nan megah, Kanaya langsung masuk dengan wajah sembab dan berantakan.
Kepala pelayan menyuruh Bibi menyusul nya, karena ia takut terjadi hal buruk pada Nona muda nya itu.
Tok.
Tok.
"Non, ini Bibi"
"Masuk saja, Bi" sahut Kanaya dari dalam.
Ceklek.
"Kenapa Non, apa telah terjadi sesuatu?" tanya Bibi dengan perlahan dan penuh kelembutan.
Hiks.
Bukan jawaban yang Bibi dapatkan, namun suara isak tangis yang cukup memilukan yang ia dapatkan dari Nona muda nya.
"Ya allah Non, kenapa dengan Non? Siapa yang sudah berbuat hal ini?" tanya Bibi dengan panik saat melihat wajah Nona nya memar dan ada darah kering.
Kanaya langsung saja memeluk Bibi dengan erat, dia menangis dengan terisak pilu di pelukan wanita paruh baya itu.
Bibi hanya diam, dia mengelus lembut punggung Kanaya agar lebih tenang dan juga nantinya bisa menceritakan semua pada dirinya.
"Vano, Vano jahat sekali Bi. Dia menikah lagi dan bahkan sudah lama serta mempunyai anak dari wanita itu" Kanaya terus bercerita semuanya pada wanita itu, dia memang sangat dekat dengan kepala pelayan dan Bibi.
Tak ada yang tertinggal, Kanaya menceritakan semuanya dengan penuh air mata dan isak tangis. Bahkan sesekali tangannya terkepal karena emosi.
Setelah puas, Kanaya pun terlelap di pelukan Bibi dan dengan sigap Bibi pun memindahkannya ke atas bantal, ia menyelimutinya dan setelah itu baru pergi dari sana dengan tenang.
"Kenapa dengan Nona, Bi?" tanya kepala pelayan dengan cemas.
Bibi menghela nafas, ia kembali menceritakan semuanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sudah saat nya Nona muda muncul ke publik, biar mereka tau rasa" gumam kepala pelayan.
🐰
Tepat jam makan malam Kanaya turun ke bawah, dia langsung saja ke ruang makan dan duduk dengan wajah malas nya.
"Mau makan sekarang Non?" tanya Bibi dengan ramah.
"Boleh Bi, dari pagi aku belum makan" jawab Kanaya dengan tertawa kecil.
Sedangkan Bibi hanya menghembuskan nafas kasar dengan gelengan kepala saja, ia lalu menyajikan makanan ke dalam piring sang Nona.
Bibi dan kepala pelayan pun ikut serta makan, sedangkan yang lainnya sudah sejak tadi makan dengan bergantian.
Mereka makan dengan hening, bahkan Kanaya nambah sampai dua kali dengan lahap nya.
"Nangis juga butuh tenaga" ketus Kanaya dengan menatap sinis ke arah dua manusia yang sedang terkekeh.
"Kamu itu adalah wanita kuat, mandiri dan juga cerdas. Jangan karena masalah pria menjadi lemah, bangkitlah dan tunjukan pada mereka bahwa kamu tetap baik-baik saja tanpa mereka" ucap seseorang yang baru saja tiba.
Ehh.
"Paman Roby" teriak Kanaya dengan bahagia, ia berlari dan segera memeluk pria yang sedang tersenyum itu.
"Habiskan dulu, Paman menunggu di ruang keluarga" ucap nya dengan mengelus kepala Kanaya lembut.
Kanaya mengangguk, ia kembali melanjutkan makannya dan Bibi menyajikan minuman serta makanan ringan untuk sang Paman.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
𝗵𝗲𝗯𝗮𝘁 𝗞𝗮𝗻𝗮𝘆𝗮..𝘁𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮 𝗸𝗮𝘂 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗶 𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗩𝗮𝗻𝗼 𝗱𝗮𝗸 𝗸𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮𝗻𝘆𝗮..
2023-10-30
0
IndraAsya
👣👣👣
2023-10-06
0
Andi Fitri
dasar varno lelaki matre tunggu pembalasan Kanaya...
2023-07-01
0