Bab 8

Masih dengan keluarga Vano, tepat pada jam makan siang mereka berkumpul di ruang makan. Wajah dari mertua dan Adik ipar Cintya terlihat sangat tak mengenakan sama sekali untuk di lihat.

Vano memilih diam, dia akan membahas nya nanti setelah makan siang saja agar mood nya tidak terganggu oleh apapun.

*

Setelah makan siang, Cintya membiarkan sang Putra bermain di lantai dengan mainan yang cukup banyak dan berserakan.

"Ini ada apa si Bu, Ayah?" tanya Vano penasaran.

Huh.

"Apa yang sudah kau perbuat kembali di luaran sana, Cintya?" bukannya jawaban yang Ayah berikan, namun ia malah kembali bertanya pada sang menantu.

"Kalian pasti sudah melihat apa yang terjadi di Resto bukan? Kenapa memang nya, apa aku salah lagi? Tidak kan" jelas Cintya dengan santai dan tanpa rasa bersalah apapun.

Vano menatap mereka bingung, lalu sang Adik memberikan ponsel nya yang berisi vidio dimana istri nya tengah kembali ribut dengan Kanaya.

Hah.

"Sudahlah, selagi tak ada masalah yang berdampak pada perusahaan" celetuk Vano yang mana membuat Ayah dan Ibu nya kaget.

Ayah menggelengkan kepala dengan kelakuan Putra nya, ia kira Vano akan menasehati Cintya namun apa yang terjadi? Tidak sama sekali.

"Baiklah, semua terserah kalian saja. Kami akan pergi besok pagi dan langsung ke tempat tujuan tanpa pulang ke rumah terlebih dulu" jelas Ayah dengan sangat tegas dan berdiri dari duduk nya di ikuti oleh Ibu dan Adik Vano.

Tinggalah di ruang keluarga hanya Vano, Cintya dan Putra mereka, Andreas Slim.

Vano menemani Putra nya bermain, sedangkan Cintya duduk dengan santai di sofa.

Sedangkan di kamar, Ibu sedang menangis terisak di hadapan Suami dan juga Putri nya.

Menyesal? Itulah yang di rasakan oleh nya saat ini. Dia sungguh menyesal setelah apa yang telah ia lakukan pada Kanaya.

Dia kira memilih Cintya akan lebih baik, namun ternyata malah membuat nya terluka lebih parah.

"Sudahlah bu, toh kita juga akan pergi dari mereka" ucap Adik Vano dengan memeluk sang Ibu.

"Ya apa yang dikatakan oleh Putri kita benar, kita biarkan saja mereka dan kita hidup bahagia saja di kampung" timpal sang Ayah.

Ibu menganggukan kepala, dia memeluk Putri nya dan kedua wanita itu di peluk oleh Ayah.

Mereka cukup muak dan kecewa dengan Vano, entah apa penyebab Vano berlaku begitu.

🐰

Singkat cerita, pagi datang dan pagi-pagi sekali Ayah, Ibu serta Mala pergi dari Villa.

Mereka langsung menuju ke kampung dimana mereka akan melangsungkan lembaran baru. Bahkan mereka juga tidak berpamitan pada Vano maupun Cintya.

"Semoga kamu tidak terbawa arus duniawi Vano, maafkan Ayah dan Ibu yang sudah salau mendidikmu dan berakhir seperti ini. Kami meminta maaf karena harus pergi dari hidupmu"

Perjalanan mereka hanya di iringi dengan hening, Mala memilih memeluk Ibu nya dan terlelap.

Sedangkan sang Ayah memilih menikmati suasana luar dengan duduk di samping sang sopir.

*

Dan di Villa, Vano menghela nafas nya kala mendapati bahwa keluarga nya sudah berangkat tanpa pamitan padanya.

"Ck, sudahlah biarkan mereka" ucap Cintya

"Ya kau benar, mereka yang memilih pergi dari ku" balas Vano dengan kesal dan terkesan acuh.

Keduanya sarapan, mereka berniat akan jalan-jalan dan mengajak Putra mereka bermain di pasir.

...****************...

Puncak, Bogor.

Kanaya berjalan-jalan kecil di dekat Villa bersama dengan Indri. Keduanya sudah seperti Adik dan Kakak kandung saja, apalagi Indri terlihat sangat lengket pada Kanaya.

"Kak, itu pedagang bubur" ucap Indri antusias.

"Ayo, nanti setelah makan bubur kita pulang" balas Kanaya.

Keduanya melangkah ke arah pedagang bubur ayam, setelah nya Kanaya memesan dua porsi.

Dan, tak perlu menunggu lama pesanan mereka tiba dan Indri langsung saja melahap nya.

"Kak, boleh gak kalau besok-besok lagi aku ajak ke Mall?" tanya Indri di sela makan nya.

"Boleh, nanti kita akan hangout bareng. Kalau kamu gak malu jalan sama janda begini" jawab Kanaya terkekeh kecil.

Ck,

Indri malah berdecak kesal, dia tak suka Kanaya yang selalu merasa dirinya berbeda padahal dirinya jauh lebih unggul dari wanita luaran sana.

*

Setelah menikmati bubur, Kanaya mengajak Indri untuk kembali ke Villa.

Keduanya terus saja berbincany dan bercanda, bahkan sampai di depan Vila pun Indri masih menggoda Kanaya dan membuat keduanya tertawa renyah.

Axel yang melihat nya pun tersenyum kecil kala melihat tawa renyah Kanaya, dia cukup bahagia melihat tawa itu.

"Jika suka, ungkapkan" celetuk sang Daddy.

"Aku akan mendekati nya secara bertahap, kita tau bahwa dia pasti trauma dengan kisah pernikahannya dulu" jelas Axel lirih.

"Hmm, kau benar son. Kau harus benar-benar membuatnya nyaman dan bergantung padamu. Dan setelah kamu mendapatkannya, jangan pernah menyakiti nya" ucap Daddy tegas.

Axel mengangguk tegas, karena dia pun tidak akan pernah membuat wanita yang di sayangi nya menangis.

*

Kanaya bersiap, karena malam ini ia akan di ajak makan malam oleh Axel.

Dan entah kenapa hal itu membuat nya gugup namun ia menyembunyikannya.

Indri, Mommy dan Daddy sudah pergi sejak tadi dan entah kemana. Bahkan Kanaya pun tidak tau kapan mereka pergi dan meninggalkan Kanaya bersama dengan Axel.

"Nay, apa sudah siap?" tanya Axel di luar kamar Kanaya

Ceklek.

Pintu terbuka dan tampaklah Kanaya dengan dress selutut berwarna hitam, sangat cocok dengan Axel yang memakai pakaian santai warna coklat.

"Ayo berangkat" ucap Kanaya menyadarkan Axel dari keterpukauan pada penampilan Kanaya.

Axel mengangguk, dia lalu keluar Villa dan masuk ke dalam mobil yang sudah siap sejak tadi.

Keduanya hanya diam saja, mereka tak mengeluarkan suara selama di perjalanan.

"Apakah jauh?" tanya Kanaya memecahkan hening setelah sekian lama.

"Lumayan, apa kau bosan? Nyalakan musik saja" jelas Axel tersenyum.

Kanaya mengangguk, ia memang cukup jenuh selama di perjalanan.

"Nay, bolehkah aku bertanya?" tanya Axel.

"Boleh" balas Kanaya.

Axel menghela nafas, ia lalu melirik Kanaya yang sedang santai dan tak terlihat ada masalah apapun di wajah nya.

"Nay, jika aku ingin mengenal mu lebih dekat tak apa? Ya, aku memang pria yang tak gampang jatuh cinta, namun saat bersamamu aku merasakan itu" jelas Axel.

Deg.

Kanaya merasakan udara di sekitarnya sesak, jantung nya berdebar kencang dan entah apa maksudnya.

"Kau tau aku punya trauma, jika aku merasa sudah baik dan saat itulah aku akan menerima" lirih Kanaya, dia bukan anak muda yang akan berbasa-basi. Diajuga butuh sandaran, pelindung dan pelengkap, jadi ia memutuskan untuk membuka hati nya.

Senyum indah terbit di bibir Axel, dia sudah mendapatkan jawaban dan lampu hijau dari Kanaya.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

𝗺𝗮𝗻𝘁𝗮𝗽 𝗔𝘅𝗲𝗹.....𝗹𝘂𝗮𝗵 𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻 𝗺𝘂 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗞𝗮𝗻𝗮𝘆𝗮..

2023-10-30

0

Yani

Yani

Pepet" terus Axel 😊

2023-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!