Vano sampai di perusahaannya, dia sebisa mungkin mempertahankan semuanya. Dan, syukurnya perusahaan milik nya masih bisa bertahan meski ia harus kehilangan beberapa investor penting.
"Ini semua gara-gara Kanaya dan Cintya, dan aku akan membuat Kanaya kembali padaku agar aku lebih kaya dengan harta dia yang melimpah" gumam Vano dengan terkekeh.
Serakah.
Itulah julukan yang pantas untuk Vano, dia seakan tak puas dengan apa yang dia punya saat ini.
Bahkan dia juga tidak memikirkan bagaimana dulu ia menyakiti Kanaya.
"Ck, ternyata perusahaan yang ada di indonesia tak bisa aku kuasai. Ku kira dulu Kanaya benar-benar menandatangani nya, ternyata semua palsu" gumam nya kembali penuh kekesalan.
Ya, Vano dan keluarga nya sudah tau bahwa mereka hanya mendapatkan rumah saja dari Kanaya.
Mereka merasa kesal dan juga geram, entah siapa yang di bodohi dan bodoh.
*
Hari semakin siang, Vano berkutat dengan pekerjaan yang sangat menumpuk.
Bukan hanya dia, bahkan hampir seluruh karyawan pun sibuk karena perusahaan yang hampir saja kolaps.
Ceklek.
Pintu ruangan Vano terbuka, masuklah John dengan beberapa berkas di tangannya.
"Tuan, ini berkas untuk meeting besok bersama dengan perusahaan Ka'Vee" ucap John memberikan berkas tersebut.
Hah.
"Terimakasih John, nanti makan siang kita makan siang di luar ya" balas Vano.
John menganggukan kepala nya, dia lalu pamit untuk ke ruangan nya kembali.
Vano melihat berkas nya lebih dulu, ia sangat yakin akan memenangkan tander proyek ini.
Dan tak berselang lama jam makan siang pun tiba, Vano bersiap untuk keluar bersama John.
Restoran langganan adalah tujuan Vano dan John kali ini, mobil melaju dengan kecepatan sedang yang ternyata cukup macet.
"Bagaimana grafik perusahaan di pasaran, John?" tanya Vano yang sedang memejamkan mata sejenak.
"Membaik, namun kita jangan membuat ulah lagi karena takutnya para investor pergi" jaeab John yang masih fokus ke jalanan.
Huh.
Vano membuang nafas kasar, dia sangat menyayangkan sikap Cintya yang bar-bar.
Tak berselang lama mereka pun tiba, Vano berjalan masuk bersama dengan John.
Keduanya duduk di kursi pojokan agar lebih santai dan menikmati makanan.
Lalu mereka memesan beberapa menu makanan dan juga minuman, sambil menunggu keduanya berbincang sebentar.
Dan, netra mata Vano melihat siapa yang sedang berjalan ke arah kursi yang kosong dan tepat nya di samping kursi Vano.
'ehemmm'
Deheman Vano menghentikan obrolan mereka, lalu kedua wanita itu menatap Vano dengan biasa saja bahkan terkesan sangat datar nan dingin.
Kanaya dan Fani, ya wanita itu adalah mereka berdua yang akan bertemu klien di Restoran tersebut.
Deheman Vano tak membuat Kanaya mau menegur nya, bahkan Kanaya memalingkan wajah dan langsung saja duduk di kursi yang sudah di pesan oleh klien nya.
Vano? Ia terlihat sangat kesal saat Kanaya tak memperdulikan dirinya yang jelas-jelas ada di hadapannya.
Hingga tak lama dari itu, seorang pria tampan datang bersama dengan satu orang pria lagi yang bisa di pastikan itu adalah Asistennya.
"Maaf menunggu lama, Nona Kanaya" ucap pria tampan tersebut.
"Tidak juga Tuan, kami juga baru saja tiba" balas Kanaya dengan ramah.
Kedua nya berjabat tangan dan duduk kembali dengan di ikuti oleh kedua asisten mereka.
Pelayan datang dengan membawa buku menu, karena sebelum membahas pekerjaan mereka akan makan siang lebih dulu.
*
Selesai dengan makan siang, Kanaya dan pria tersebut langsung saja membahas pekerjaan yang memang cukup penting bagi perusahaan Kanaya.
Vano sendiri masih berada disana dengan raut wajah yang sudah tak mengenakan, dia terlihat tak suka dengan apa yang ada di hadapannya.
"Tuan, mari kembali ke perusahaan" ajak John pada Vano yang memang sudah makan sejak tadi.
"Sebentar lagi, John" jawab Vano dengan mata yang masih menatap ke arah dimana Kanaya dan pria di hadapannya sedang fokus membahas pekerjaan namun sesekali Kanaya tertawa kecil yang mana membuat nya semakin cantik saja.
John menghela nafas kasar, dia lalu mengeluarkan ponsel nya agar tidak bosan dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
Cemburu? Ya mungkin itulah yang di rasakan Vano saat ini. Namun hal itu tidak pernah di sadari oleh sahabat nya karena terkurung cinta Cintya.
"Ck, ini baru permulaan saja kau sudah terbakar begitu"
John terus saja menggerutu kala Vano menolak kembali ke perusahaan, padahal pekerjaan sudah menanti mereka untuk segera di selesaikan.
"Kalau begitu saya kembali duluan saja, Tuan. Pekerjaan sudah menumpuk menunggu saya di perusahaan" celetuk John yang cukup kesal dengan kelakuan Vano.
Setelah berbicara seperti itu, John bangkit dari duduk nya dan berlalu dari sana. Namun, saat akan keluar Restoran Vano sudah berdiri di belakang nya dengan wajah yang sangat kusut.
Keduanya masuk ke dalam mobil, setelah itu John langsung melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang.
"Ck, lelaki itu pasti banyak modus nya pada Kanaya" gerutu Vano.
"Dan kenapa Kanaya sangat dekat lagi dengan dia, memang dia itu siapa" gerutu nya lagi dengan kesal.
John menggelengkan kepala nya, dia merasa geli dengan tingkah Bos sekaligus sahabat nya itu.
"Dia itu Axel Prayoga, putra tunggal Prayoga dan juga pemilik perusahaan raksasa yang sedang melesat saat ini. Perusahaan Nona Kanaya tepat di bawah urutan perusahaan prayoga" jelas John dengan santai, namun membuat Vano menelan ludah kasar dan membelakan mata nya.
Setelah mendengar penjelasan John, Vano mendadak diam namun masih terdengar gerutuan dan wajah nya tetap kusut serta kesal.
Bahkan sampai di perusahaan pun Vano tetap badmood dan hal itu mengundang John terkekeh geli serta menggelengkan kepala dengan kelakuan nya.
*
Sedangkan Kanaya, dia baru selesai meeting dan hasil nya sangat memuaskan.
Kanaya dan Fani pulang ke perusahaan dengan bahagia, karena kerja sama kali ini di terima oleh Prayoga Group dengan sangat baik.
"Hah aku sangat bersyukur karena kerja sama ini berhasil, Nona" ucap Fani saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Ya kau benar, dan Tuan Axel juga tak semenyeramkan yang kau ceritakan ah" balas Kanaya dengan terkekeh kecil.
Fani hanya tersenyum simpul, jelas berbeda pada sang Nona karena sangat terlihat pancaran ketertarikan di mata Axel pada Kanaya.
Sedangkan Kanaya sendiri tidak menyadari hal itu, karena kejadian masalalu yang sudah membuat dia menutup mata dan hati dari pria.
Namun, Fani akan mendoakan yang terbaik untuk kelangsungan kebahagian Kanaya sendiri.
Sepanjang perjalanan, Kanaya dan Fani terus saja berbincang guna menghilangkan bosan karena perjalanan yang cukup jauh.
Bahkan Kanaya sesekali menguap karena memang cukup lelah, hari ini jadwal nya cukup padat.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗸𝗮𝘂 𝗩𝗮𝗻𝗼 ..𝘁𝗲𝗿𝗯𝗮𝗸𝗮𝗿 𝗮𝗽𝗶 𝗰𝗲𝗺𝗯𝘂𝗿𝘂🤣🤣 𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿 𝗹𝗮𝗵 𝗩𝗮𝗻𝗼 .... 𝗞𝗮𝗻𝗮𝘆𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗮𝗻𝘁𝗮𝗻 𝗶𝘀𝘁𝗲𝗿𝗶 𝗺𝘂..
2023-10-30
0
Ririn Nursisminingsih
semangat kanaya
2023-07-04
0
Yani
Bagus cetitanya seru
2023-06-07
0