Kejujuran Sang Bunda

Hari sudah berganti hari, tapi senyuman seolah sirna dari wajah Indi. Beberapa hari, gadis itu irit bicara. Ada kantung mata juga. Semua itu karena tiga hari belakangan Indi muram, dan tidak bisa tidur. Jika perpisahan dengan Satria tidak begitu menyakiti hatinya. Namun, yang lebih sakit ketika mengetahui bahwa Yayah Pandu bukan ayah kandungnya.

Sekarang, Bunda Ervita dan Yayah Pandu sama-sama datang ke kamar Indi. Tidak akan mungkin orang tua membiarkan anaknya terus-menerus dalam kesedihan. Beberapa hari yang lalu, Ayah Pandu mengatakan supaya memberikan waktu untuk Indi sendiri terlebih dahulu. Sekarang, waktunya mereka berdua akan menjelaskan semuanya kepada Indi. Saatnya untuk berkata jujur kepada Indi.

"Mbak Didi, bolehkah Yayah dan Bunda masuk?" tanya Bunda Ervita.

"Iya." Terdengar sahutan dari dalam kamar Indi. Hingga akhirnya, Pandu dan Ervita sama-sama masuk ke dalam kamar Indi.

"Ada apa?" tanya Indi.

Lantas Ayah Pandu mengajak duduk sejenak putri sulungnya itu di sofa yang ada di kamarnya.

"Duduk sini dulu, Mbak ... sudah tiga hari Yayah tidak melihat putri kecilnya ini," kata Ayah Pandu.

Begitulah Yayah Pandu, walau putrinya sudah dewasa, tapi di matanya baik Indi dan Irene masih sama, selalu jadi putri kecilnya. Ayah Pandu mengatakan yang sebenarnya bahwa dia sudah tiga hari seperti kehilangan putri kecilnya itu.

Sementara Indi sendiri, berusaha mati-matian menahan air matanya. Rasanya, bukan hanya sang ayah yang kehilangan putri kecilnya, tapi Indi juga sangat rindu dengan Ayahnya.

"Indi, maafkan Bunda. Kamu pasti bertanya-tanya bukan perihal akta kelahiran kamu? Ada yang membuatmu sedih dan marah, Mbak?" tanya Bunda Ervita.

Di satu sisi Indi hanya diam. Tidak memberi jawaban. Walau sebenarnya, dia juga ingin tahu apa sebenarnya terjadi tentang dirinya.

"Yang tercatat di akta kelahiranmu itu memang hal yang sebenarnya, Mbak Indi. Tentu semua ini bukan salahmu, tapi adalah salahnya Bunda. Ketika Bunda masih muda dulu, Bunda pernah melakukan dosa besar dengan seorang pria. Dosa yang akhirnya membuat Bunda hamil, diusir Eyang dari Solo, dan juga harus berhenti kuliah. Namun, sedosa-dosanya Bunda, Bunda tetap mempertahankan kamu di dalam rahim Bunda. Sebab, Bunda akan lebih berdosa jika Bunda menggugurkan bayi yang tak berdosa itu. Dosa yang sampai sekarang Bunda rasakan, kamu jyga turut merasakannya. Maafkan, Nda ...."

Kala berkata jujur kepada putrinya sendiri, Bunda Ervita seperti didakwa dengan pelanggaran berat. Semua bayang masa lalu kembali terulang. Namun, semua yang sudah dia lewati puluhan tahun yang lalu tidak bisa diulang bukan?

"Kenapa pria itu tidak menikahi, Bunda?" tanya Indira.

"Tidak, dia tidak mau bertanggung jawab. Dia melanjutkan kuliahnya. Namun, pada akhirnya dia meminta maaf kepada Bunda," balas Ervita.

"Bunda memaafkan pria seperti itu?" tanya Indi lagi. Walau bertanya, Indi menghindari kontak mata dengan Bundanya.

"Memaafkannya, Mbak. Justru manusia akan berdosa ketika tidak memberi maaf dan ampun untuk sesamanya. Kita saja memiliki Allah yang maha pemaaf dan pemurah. Masak, manusia yang hanya sebutir debu di mata Allah, tidak mau memaafkan sesamanya?"

Kala itu, semuanya terdiam. Termasuk Indi. Jujur di dalam hatinya ada pertentangan. Jika bundanya sudah dilukai sedalam itu, kenapa masih mau memberikan maaf? Kenapa mau memberikan maaf untuk pria yang sama sekali tak bertanggungjawab?

"Yang salah sepenuhnya adalah Bunda, Mbak Indi. Kamu hanya korban di sini," balas Bunda Ervita.

"Lalu, Ayah Pandu?" tanya Indira.

"Bunda bertemu dengan Yayahmu, ketika Bunda lari dari rumah. Bunda pergi dari Solo ke Jogjakarta waktu hamil muda. Lantas, Bunda menjadi pekerja di kios batik milik Eyang yang berada di Pasar Beringharjo. Di sana, Bunda bertemu Yayahmu. Tidak langsung menikah, karena Bunda menjadi wanita yang haram disentuh pria lain. Ketika kamu berusia 2 tahun, barulah Yayah menikahi Bunda. Menerima Bunda apa adanya dengan segala kekurangan Bunda."

"Benar, Mbak. Yayah sudah cinta dengan Bundamu sejak bertemu. Waktu itu, Yayah ingin menikahi Bundamu sejak Bundamu hamil, tapi kami belum saling kenal. Pendekatan dan saling kenal dua tahun, barulah Yayah menikahi Bunda. Kamu tahu, Mbak? Yayah sangat bahagia kala menikahi Bundamu, karena Bunda itu wanita yang baik dan terhormat. Garis takdir saja yang tidak berpihak kepadanya. Kebahagiaan Yayah kian meluap karena Yayah menjadi Yayahnya kamu. Kamu dulu memanggil Yayah ini Om Ayah, akhirnya bisa menjadi Yayahmu. Yayah berjanji tidak akan membeda-bedakan kamu dan adikmu nanti. Apa kamu merasa Yayah bedakan?"

Mendengarkan perkataan Yayahnya, air mata Indi benar-benar berlinang. Dia pun tidak merasa dibedakan Ayahnya. Jujur, jika mau mengakui Indi justru merasa lebih disayang Ayahnya dibanding adiknya yang adalah darah daging Yayah Pandu sendiri.

"Mbak Indi ... Yayah yakin kamu sudah dewasa. Dengan mengetahui masa lalu Bunda yang berkaitan erat dengan masa lalumu, Yayah harap kamu tidak menyalahkan siapa pun. Kamu tidak menyalahkan pria yang sejatinya ayah kandung kamu. Bagaimana pun, ayah kandungmu sudah berubah menjadi pria yang sangat baik. Adalah baik ketika kita melupakan kesalahan orang dan tidak lagi mengingat-ingatnya. Mengingat dosa masa lalu, justru membuat kita terus memegang dendam," nasihat dari Ayah Pandu.

"Lalu, siapa ayah kandung Indi?" tanyanya dengan terisak.

"Dia adalah ... Om Firhan. Tetangganya Eyang di Solo," jawab Bunda Ervita.

Tidak ada yang Bunda Ervita sembunyikan. Semuanya dia jelaskan kepada Indi. Termasuk jati diri ayah kandung Indi sebenarnya.

Mendengar nama Om Firhan disebut, Indi kian menangis. Bagaimana mungkin pria yang adalah tetangga Eyangnya di Solo itu adalah ayah kandungnya. Pantas saja, selama ini ketika berada di Solo, pria bernama Om Firhan selalu datang dan menemuinya.

"Kalau Indi tidak sayang dengannya dan lebih sayang ke Yayah?" tanya.

Sekarang giliran Pandu yang terharu. Disayangi anak gadis sebaik Indi, membesarkan hati Yayah Pandu.

"Itu kehendakmu, Nak. Yayah hanya berpesan, terus menaruh hormat untuk orang lain yang lebih tua. Hargai mereka, jangan menjatuhkan penghakiman sendiri atas orang itu," balas Yayah Pandu.

Usai itu, Indi berlutut di kaki Yayahnya. Wajah basah penuh air mata, kini bertumpu kepada kaki sang Yayah.

"Maafkan Indi, Yayah. Indi hanya mau memiliki satu orang Yayah. Indi tidak mau memiliki ayah yang lain. Indi bisa menerima pria yang Indi cintai memutuskan pertunangan, tapi Indi patah hati ketika tahu bukan Yayah yang merupakan Yayah kandung Indi."

"Indi ...."

Baik Bunda Ervita dan Ayah Pandu sama-sama menangis. Sedih rasanya mendengarkan pengakuan itu dari putrinya sendiri.

"Seumur hidup, ayah yang Indi kenal hanya Yayah Pandu. Apa tidak bisa Indi menjadi anaknya Yayah aja?" tanya Indi dengan terisak-isak.

Yayah Pandu memegang kedua bahu putrinya, meminta putrinya untuk tidak berlutut seperti itu.

"Mbak Didi, putrinya Yayah dengarkan yah. Kamu selalu menjadi putrinya Yayah. Walau darah yang mengalir di dalam tubuhmu bukan darah Yayah, tapi selamanya kamu adalah kesayangan Yayah. Kita bukan orang asing, Nak. Kita adalah ayah dan anak. Yayah selalu sayang kepadamu, sangat sayang."

Indi dan Ayah Pandu saling memeluk. Keduanya memang tidak memiliki ikatan darah. Namun, baiknya Allah menyatukan keduanya dan membuat ikatan melalui hati yang jauh lebih erat. Walau tanpa nasab, di mata dan hati Yayah Pandu, Indi adalah putrinya. Bahkan jika bisa Ayah Pandu akan meminta kepada Allah untuk menjadikan Indi sebagai putri kandungnya sendiri.

Terpopuler

Comments

Hana Nisa Nisa

Hana Nisa Nisa

😭😭😭😭😭

2024-03-16

1

susi 2020

susi 2020

😔😔😭😭

2023-09-20

2

susi 2020

susi 2020

🥰🥰😭😭

2023-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Warita Berbeda Kasta
2 Keinginan Meminang
3 Pertemuan Dua Keluarga
4 Gadis Ayu
5 Cincin di Jari Manis
6 Awal Semua Petaka
7 Gadis Tanpa Nasab Tidak Sepadan Dengan Putra Ningrat
8 Memutuskan Pertunangan
9 Keinginan Satria
10 Dua Hati yang Patah
11 Kejujuran Sang Bunda
12 Ada Rasa Sungkan
13 Bertemu Ayah Biologis
14 Pertanyaan Demi Pertanyaan
15 Pracima Tuin
16 Bersua Lagi
17 Izin Kepada Ayah dan Bunda
18 Upaya Mengambil Hati
19 Nasihat Ibu
20 Bertemu Kala Tender
21 Taman Sari
22 Pengumuman Tender
23 Sosok Karina Atmaja
24 Tetap Menjaga Hati
25 Perjodohan Penuh Paksaan
26 Penolakan Satria
27 Jujur dengan Keluarga Hadinata
28 Jawaban Keluarga Hadinata
29 Foto Layar Biru
30 Pingitan Manten
31 Ijab Qobul
32 Upacara Sungkeman
33 Berbagi Peraduan
34 Lebih dari Indah
35 Pagi di Rumah Mertua
36 Menunda Bulan Madu
37 Bertemu Karina
38 Bertemu Rama
39 Sumber Kebahagiaan adalah Allah
40 Boyongan ke Rumah Suami
41 Seindah Buaian
42 Bagaimana Rasanya?
43 Sikap Menjengkelkan Karina
44 Cinta Berbeda Kasta
45 Adigang, Adigung, Adiguna!
46 Berbagi Cerita
47 Terbang Tak Terhempas
48 Sapa Salah Seleh
49 Mengutamakan Keselamatan Orang Lain
50 Titik Balik
51 Menunggu dalam Kecemasan
52 Ngunduh Wohing Pakarti
53 Laksana Air yang Menyegarkan
54 Tradisi yang Baru
55 Rembugan Orang Tua
56 Boleh Pulang
57 Cinta Tanpa Syarat
58 Walau Berlinang Air Mata
59 Akhlak Baik Seorang Suami
60 Pertemuan Dua Keluarga
61 Opening Oemah Jamu
62 Permintaan Indi Kepada Ayah Pandu
63 Ngunduh Mantu
64 Walau Bukan Malam Pertama
65 Sensasinya Tiada Dua
66 Masih Berlanjut
67 Pertama Kali ke Rumah Mertua
68 Diperkenalkan dengan Eyang dan Kerabat Lainnya
69 Bukan Lagi Kanca Wingking
70 Di Kamarnya Mas Ningrat
71 Cinta Mengubah Tatanan
72 Tidak Terusik
73 Istri yang Cerdik
74 Kembali ke Jogjakarta
75 Permintaan Aneh Satria
76 Mendadak Pengen Masakan Bunda
77 Nostalgia Kakak dan Adik
78 Tak Bisa Kembali Pulang
79 Kejutan Spesial untuk Suami
80 Pertanyaan Mendetail
81 Bertemu Dia
82 Sepenggal Kisah Yudha
83 Masih Terlalu Percaya Diri
84 Menjaga Emosi
85 Kehamilan Tujuh Minggu
86 Foto Pertama Babies
87 Membagi Kabar Baik Keluarga di Solo
88 Es Kapal Sriwedari
89 Mampir ke Rumah Eyang dan Bapak
90 Ngidam Gandos Rangin
91 Sebelum Kembali ke Jogjakarta
92 Kabar Baik untuk Keluarga Hadinata
93 Bertemu Karina Lagi
94 Pemberitaan Menggemparkan
95 Membangun Aliansi
96 Jangan Merusak Pagar Ayu
97 Kegilaan Karina
98 Mikul Duwur Mendem Jero
99 Nama Satria Terbawa
100 18 Weeks!
101 Babies Girl or Boy?
102 Tasyukuran Empat Bulanan di Solo
103 Calon Bayi Laki-laki
104 Nyidam Sari Asmara
105 Wisata Bersama
106 Kebun Stroberi Sekipan
107 Baby Moon di Kaki Gunung Lawu
108 After Session
109 Kembali ke Jogjakarta
110 Irene KKN ke Jakarta
111 Menginap di Rumah Ayah dan Bunda
112 Sudah Lebih Baik
113 Sikap Tidak Mengenakkan
114 Jangan Dimasukkan Hati
115 Mood Sudah Membaik
116 Silver Wedding Anniversary
117 Upacara Tujuh Bulanan 1
118 Upacara Tujuh Bulanan 2
119 37 Weeks!
120 Mau Melahirkan Normal atau Caesar?
121 Menemani Jalan Pagi
122 Keresahan Jelang Persalinan
123 Waktu yang Akhirnya Tiba
124 Welcome Babies Boy
125 Nakula dan Sadewa
126 Kebahagiaan Para Eyang
127 Pulang ke Rumah
128 Kebiasaan Baru
129 Parenting is Sharing
130 Pergi Berdua Pasca Lahiran
131 Aqiqahan Nakula dan Sadewa
132 Kebahagiaan Keluarga
133 Papa Satria Berbelanja
134 Kembali Bekerja
135 Kasih Bunda Sepanjang Masa
136 Nasab adalah Berkah
137 Dikunjungi Mertua
138 Tidak Cawe-Cawe
139 Teman Bercerita Sepanjang Usia
140 Suami Trauma
141 Cerita Traumatis
142 Nakula dan Sadewa Pertama Kali ke Solo
143 Senja di Pematang Sawah
144 Kelulusan Sitha
145 Grebeg Malam Suro
146 Bertemu Teman Lama
147 Mengalahkan Trauma
148 Post Natal Traumatik
149 Sepenggal Kisah Rumah Tangga yang Lain
150 Setiap Rumah Tangga Punya Cerita
151 Ngedate Tipis-Tipis
152 Ambangun Tresna
153 Waktunya Seakan Tepat
154 Menabur Iman kepada Bayi
155 Ada Maksud Tuhan
156 MPASI Pertama
157 Ketok Palu
158 Desakan Keluarga Atmaja
159 Tabung Kenangan
160 Ingin Suami Seperti Yayah
161 Respons Kedua Orang Tua
162 Tidak Ingin Bertanggung Jawab
163 Meminta Maaf kepada Istri dan Anak
164 Nasib yang Ironis
165 Sudah Sepuluh Bulan
166 Suka-Duka Walau Gagal
167 Masih Ada Banyak Waktu
168 Event Seni dan Budaya di Solo
169 Royal Heritage Dinner
170 Bagaimana pun Ikut Prihatin
171 Pentingnya Setia Kepada Pasangan
172 Happy Birthday Nakula dan Sadewa
173 Candi Prambanan
174 Curhat Para Besan
175 Langkah Pertama
176 Walau Bercerai Mengasuh Bersama
177 Realita Pasangan yang Bercerai
178 Obrolan Suami - Istri
179 Malam yang Dingin
180 Undangan ke Solo
181 Mengunjungi Bapak Firhan
182 Langen Boga
183 Bukan ke Seoul tapi Amsterdam
184 Pengasuhan adalah Kolaborasi
185 Nakula dan Sadewa sudah Sembuh
186 Menuju ke Negeri Kincir Angin
187 Tiba di Amsterdam
188 Sejarah Jawa yang Tertinggal di Amsterdam
189 Festival Budaya
190 Keukenhof Garden
191 Beratapkan Langit Amsterdam
192 Sensasinya Dahsyat
193 Kembali ke Jogjakarta
194 Jogja Tetap Istimewa
195 Kapan Tambah Momongan?
196 Voli Kampung
197 Merdeka!
198 Solo Jadoel Festival
199 Tea House
200 Curhat Bersama
201 Potret Keluarga yang Bahagia
202 Fatherless
203 Pagi-Pagi Buta
204 Berharap Tidak Ketahuan
205 Lepas ASI
206 Kuncinya Bekerja Sama
207 Berhasil Menyapih
208 Berjuang Menyembuhkan Luka
209 Memilih Menunggu
210 Membangkitkan Kenangan
211 Wisuda Irene
212 Rencana Masa Depan
213 Mencari Pekerjaan di Kota Gudeg
214 Opsi Terakhir
215 Menuju Ibukota
216 Di Jakarta 1
217 Di Jakarta 2
218 Pulang ke Jogjakarta
219 Keluarga Saling Mengisi
220 Waktunya Tidak Tepat
221 Menginap di Rumah Ayah
222 Video Call Ante Irene
223 Kembali Bertemu Yudha
224 Sosok Bu Karti & Asal Usul Yudha
225 Semua Orang Memiliki Masa Lalu
226 Tempo Sesingkat-singkatnya
227 Ditertawakan Bunda
228 Bertemu dengan Farel
229 Tangisan Seorang Ibu
230 Mengikhlaskan Seorang Anak
231 Happy Birthday Nakula dan Sadewa!
232 Kado yang Diminta Nakula dan Sadewa!
233 Piknik Sehari
234 Berbagi Cerita
235 Menuju Cilacap
236 Pertanyaan Kritis Si Kembar
237 Ada Harapan yang Disematkan
238 Lebih Siap
239 Sikap Tak Terpuji Yudha
240 Menenangkan Diri
241 Perubahan Mood
242 Sakit Dadakan
243 Kecurigaan Indi
244 Tes Rahasia
245 Menunggu Waktu yang Tepat
246 Malam Bertambah Usia!
247 Jawaban yang Tepat
248 Positive!
249 Masih Ada Kejutan
250 Harus Menunda
251 Gosip Miring Lebih Cepat Menyebar
252 Menanyai Irene
253 Setelah Kabar Miring Ada Kabar Baik
254 Ngidam Rujak
255 Kebahagiaan Keluarga Negara
256 Bale Raos
257 Saatnya Berkata Cukup
258 Irene Datang dari Jakarta
259 Temu Kangen
260 Family Staycation
261 Lantaran Video Call
262 Waktu Berdua
263 Tak Ada Kepanikan
264 Mama dan Baby Nyaman
265 Kembali ke Jakarta Lebih Cepat
266 Berpisah Lagi
267 17 Weeks Kehamilan
268 Kabar Bahagia ke Keluarga Hadinata
269 Promosi Novel Terbaru: Dipinang Dokter Duda
270 Terbayang Memiliki Anak Perempuan
271 Eyang Negara Sangat Bahagia
272 Bhumi Merapi
273 Kehamilan Bertambah Bulan
274 Direndahkan Lagi
275 Kehamilan itu Berharga
276 Trimester Akhir
277 Suporter Terbaik untuk Bumil
278 Kondisi Tak Terduga
279 Bertemu Babies Twin!
280 Jatuh Cinta Lagi!
281 Meet The Twins!
282 Kunjungan Keluarga
283 Pulang ke Rumah
284 Keluarga Support Sistem Terbaik
285 Tidak Kembar Identik
286 Pinangan untuk Irene
287 Mendapat Menantu Duda
288 Pernikahan Irene
289 Tugas Orang Tua Selesai
290 Sepenuhnya Pulih
291 Arunika dan Devshika ke Solo
292 Hadiah dari Rama untuk Cucu
293 Eyang Berdarah Biru
294 Kota Berseri
295 Pertemuan Setelah Sekian Lama
296 Mengunjungi Semua Keluarga di Kota Bengawan
297 Cinta Berhasil Mengalahkan Strata
Episodes

Updated 297 Episodes

1
Warita Berbeda Kasta
2
Keinginan Meminang
3
Pertemuan Dua Keluarga
4
Gadis Ayu
5
Cincin di Jari Manis
6
Awal Semua Petaka
7
Gadis Tanpa Nasab Tidak Sepadan Dengan Putra Ningrat
8
Memutuskan Pertunangan
9
Keinginan Satria
10
Dua Hati yang Patah
11
Kejujuran Sang Bunda
12
Ada Rasa Sungkan
13
Bertemu Ayah Biologis
14
Pertanyaan Demi Pertanyaan
15
Pracima Tuin
16
Bersua Lagi
17
Izin Kepada Ayah dan Bunda
18
Upaya Mengambil Hati
19
Nasihat Ibu
20
Bertemu Kala Tender
21
Taman Sari
22
Pengumuman Tender
23
Sosok Karina Atmaja
24
Tetap Menjaga Hati
25
Perjodohan Penuh Paksaan
26
Penolakan Satria
27
Jujur dengan Keluarga Hadinata
28
Jawaban Keluarga Hadinata
29
Foto Layar Biru
30
Pingitan Manten
31
Ijab Qobul
32
Upacara Sungkeman
33
Berbagi Peraduan
34
Lebih dari Indah
35
Pagi di Rumah Mertua
36
Menunda Bulan Madu
37
Bertemu Karina
38
Bertemu Rama
39
Sumber Kebahagiaan adalah Allah
40
Boyongan ke Rumah Suami
41
Seindah Buaian
42
Bagaimana Rasanya?
43
Sikap Menjengkelkan Karina
44
Cinta Berbeda Kasta
45
Adigang, Adigung, Adiguna!
46
Berbagi Cerita
47
Terbang Tak Terhempas
48
Sapa Salah Seleh
49
Mengutamakan Keselamatan Orang Lain
50
Titik Balik
51
Menunggu dalam Kecemasan
52
Ngunduh Wohing Pakarti
53
Laksana Air yang Menyegarkan
54
Tradisi yang Baru
55
Rembugan Orang Tua
56
Boleh Pulang
57
Cinta Tanpa Syarat
58
Walau Berlinang Air Mata
59
Akhlak Baik Seorang Suami
60
Pertemuan Dua Keluarga
61
Opening Oemah Jamu
62
Permintaan Indi Kepada Ayah Pandu
63
Ngunduh Mantu
64
Walau Bukan Malam Pertama
65
Sensasinya Tiada Dua
66
Masih Berlanjut
67
Pertama Kali ke Rumah Mertua
68
Diperkenalkan dengan Eyang dan Kerabat Lainnya
69
Bukan Lagi Kanca Wingking
70
Di Kamarnya Mas Ningrat
71
Cinta Mengubah Tatanan
72
Tidak Terusik
73
Istri yang Cerdik
74
Kembali ke Jogjakarta
75
Permintaan Aneh Satria
76
Mendadak Pengen Masakan Bunda
77
Nostalgia Kakak dan Adik
78
Tak Bisa Kembali Pulang
79
Kejutan Spesial untuk Suami
80
Pertanyaan Mendetail
81
Bertemu Dia
82
Sepenggal Kisah Yudha
83
Masih Terlalu Percaya Diri
84
Menjaga Emosi
85
Kehamilan Tujuh Minggu
86
Foto Pertama Babies
87
Membagi Kabar Baik Keluarga di Solo
88
Es Kapal Sriwedari
89
Mampir ke Rumah Eyang dan Bapak
90
Ngidam Gandos Rangin
91
Sebelum Kembali ke Jogjakarta
92
Kabar Baik untuk Keluarga Hadinata
93
Bertemu Karina Lagi
94
Pemberitaan Menggemparkan
95
Membangun Aliansi
96
Jangan Merusak Pagar Ayu
97
Kegilaan Karina
98
Mikul Duwur Mendem Jero
99
Nama Satria Terbawa
100
18 Weeks!
101
Babies Girl or Boy?
102
Tasyukuran Empat Bulanan di Solo
103
Calon Bayi Laki-laki
104
Nyidam Sari Asmara
105
Wisata Bersama
106
Kebun Stroberi Sekipan
107
Baby Moon di Kaki Gunung Lawu
108
After Session
109
Kembali ke Jogjakarta
110
Irene KKN ke Jakarta
111
Menginap di Rumah Ayah dan Bunda
112
Sudah Lebih Baik
113
Sikap Tidak Mengenakkan
114
Jangan Dimasukkan Hati
115
Mood Sudah Membaik
116
Silver Wedding Anniversary
117
Upacara Tujuh Bulanan 1
118
Upacara Tujuh Bulanan 2
119
37 Weeks!
120
Mau Melahirkan Normal atau Caesar?
121
Menemani Jalan Pagi
122
Keresahan Jelang Persalinan
123
Waktu yang Akhirnya Tiba
124
Welcome Babies Boy
125
Nakula dan Sadewa
126
Kebahagiaan Para Eyang
127
Pulang ke Rumah
128
Kebiasaan Baru
129
Parenting is Sharing
130
Pergi Berdua Pasca Lahiran
131
Aqiqahan Nakula dan Sadewa
132
Kebahagiaan Keluarga
133
Papa Satria Berbelanja
134
Kembali Bekerja
135
Kasih Bunda Sepanjang Masa
136
Nasab adalah Berkah
137
Dikunjungi Mertua
138
Tidak Cawe-Cawe
139
Teman Bercerita Sepanjang Usia
140
Suami Trauma
141
Cerita Traumatis
142
Nakula dan Sadewa Pertama Kali ke Solo
143
Senja di Pematang Sawah
144
Kelulusan Sitha
145
Grebeg Malam Suro
146
Bertemu Teman Lama
147
Mengalahkan Trauma
148
Post Natal Traumatik
149
Sepenggal Kisah Rumah Tangga yang Lain
150
Setiap Rumah Tangga Punya Cerita
151
Ngedate Tipis-Tipis
152
Ambangun Tresna
153
Waktunya Seakan Tepat
154
Menabur Iman kepada Bayi
155
Ada Maksud Tuhan
156
MPASI Pertama
157
Ketok Palu
158
Desakan Keluarga Atmaja
159
Tabung Kenangan
160
Ingin Suami Seperti Yayah
161
Respons Kedua Orang Tua
162
Tidak Ingin Bertanggung Jawab
163
Meminta Maaf kepada Istri dan Anak
164
Nasib yang Ironis
165
Sudah Sepuluh Bulan
166
Suka-Duka Walau Gagal
167
Masih Ada Banyak Waktu
168
Event Seni dan Budaya di Solo
169
Royal Heritage Dinner
170
Bagaimana pun Ikut Prihatin
171
Pentingnya Setia Kepada Pasangan
172
Happy Birthday Nakula dan Sadewa
173
Candi Prambanan
174
Curhat Para Besan
175
Langkah Pertama
176
Walau Bercerai Mengasuh Bersama
177
Realita Pasangan yang Bercerai
178
Obrolan Suami - Istri
179
Malam yang Dingin
180
Undangan ke Solo
181
Mengunjungi Bapak Firhan
182
Langen Boga
183
Bukan ke Seoul tapi Amsterdam
184
Pengasuhan adalah Kolaborasi
185
Nakula dan Sadewa sudah Sembuh
186
Menuju ke Negeri Kincir Angin
187
Tiba di Amsterdam
188
Sejarah Jawa yang Tertinggal di Amsterdam
189
Festival Budaya
190
Keukenhof Garden
191
Beratapkan Langit Amsterdam
192
Sensasinya Dahsyat
193
Kembali ke Jogjakarta
194
Jogja Tetap Istimewa
195
Kapan Tambah Momongan?
196
Voli Kampung
197
Merdeka!
198
Solo Jadoel Festival
199
Tea House
200
Curhat Bersama
201
Potret Keluarga yang Bahagia
202
Fatherless
203
Pagi-Pagi Buta
204
Berharap Tidak Ketahuan
205
Lepas ASI
206
Kuncinya Bekerja Sama
207
Berhasil Menyapih
208
Berjuang Menyembuhkan Luka
209
Memilih Menunggu
210
Membangkitkan Kenangan
211
Wisuda Irene
212
Rencana Masa Depan
213
Mencari Pekerjaan di Kota Gudeg
214
Opsi Terakhir
215
Menuju Ibukota
216
Di Jakarta 1
217
Di Jakarta 2
218
Pulang ke Jogjakarta
219
Keluarga Saling Mengisi
220
Waktunya Tidak Tepat
221
Menginap di Rumah Ayah
222
Video Call Ante Irene
223
Kembali Bertemu Yudha
224
Sosok Bu Karti & Asal Usul Yudha
225
Semua Orang Memiliki Masa Lalu
226
Tempo Sesingkat-singkatnya
227
Ditertawakan Bunda
228
Bertemu dengan Farel
229
Tangisan Seorang Ibu
230
Mengikhlaskan Seorang Anak
231
Happy Birthday Nakula dan Sadewa!
232
Kado yang Diminta Nakula dan Sadewa!
233
Piknik Sehari
234
Berbagi Cerita
235
Menuju Cilacap
236
Pertanyaan Kritis Si Kembar
237
Ada Harapan yang Disematkan
238
Lebih Siap
239
Sikap Tak Terpuji Yudha
240
Menenangkan Diri
241
Perubahan Mood
242
Sakit Dadakan
243
Kecurigaan Indi
244
Tes Rahasia
245
Menunggu Waktu yang Tepat
246
Malam Bertambah Usia!
247
Jawaban yang Tepat
248
Positive!
249
Masih Ada Kejutan
250
Harus Menunda
251
Gosip Miring Lebih Cepat Menyebar
252
Menanyai Irene
253
Setelah Kabar Miring Ada Kabar Baik
254
Ngidam Rujak
255
Kebahagiaan Keluarga Negara
256
Bale Raos
257
Saatnya Berkata Cukup
258
Irene Datang dari Jakarta
259
Temu Kangen
260
Family Staycation
261
Lantaran Video Call
262
Waktu Berdua
263
Tak Ada Kepanikan
264
Mama dan Baby Nyaman
265
Kembali ke Jakarta Lebih Cepat
266
Berpisah Lagi
267
17 Weeks Kehamilan
268
Kabar Bahagia ke Keluarga Hadinata
269
Promosi Novel Terbaru: Dipinang Dokter Duda
270
Terbayang Memiliki Anak Perempuan
271
Eyang Negara Sangat Bahagia
272
Bhumi Merapi
273
Kehamilan Bertambah Bulan
274
Direndahkan Lagi
275
Kehamilan itu Berharga
276
Trimester Akhir
277
Suporter Terbaik untuk Bumil
278
Kondisi Tak Terduga
279
Bertemu Babies Twin!
280
Jatuh Cinta Lagi!
281
Meet The Twins!
282
Kunjungan Keluarga
283
Pulang ke Rumah
284
Keluarga Support Sistem Terbaik
285
Tidak Kembar Identik
286
Pinangan untuk Irene
287
Mendapat Menantu Duda
288
Pernikahan Irene
289
Tugas Orang Tua Selesai
290
Sepenuhnya Pulih
291
Arunika dan Devshika ke Solo
292
Hadiah dari Rama untuk Cucu
293
Eyang Berdarah Biru
294
Kota Berseri
295
Pertemuan Setelah Sekian Lama
296
Mengunjungi Semua Keluarga di Kota Bengawan
297
Cinta Berhasil Mengalahkan Strata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!