Bukan Salahku, Indahnya Reuni Bagian 15
Oleh Sept
Rio kelihatan tidak keberatan dengan sangkaan rekan bisnisnya, sedangkan Tari dia jelas kaget. Namun, saat akan menjawab dan menjelaskan apa yang sebenarnya, malah Rio sengaja mengalihkan perhatian dengan langsung mengubah topik bahasan.
"Kita bicara di sana sambil duduk, ada yang ingin saya bicarakan."
Alhasil, Tari pun tidak punya kesempatan untuk klarifikasi. Namun, itu sepertinya juga tidak penting sekali. Karena dilihatnya sekarang Rio dan rekan-rekan yang lain serius mengobrol.
Dari raut wajah masing-masing, pasti topik yang mereka bahas adalah masalah bisnis.
Tari pun menjauh sebentar, kemudian berjalan ke arah makanan. Banyak sekali makanan yang memanjakan mata, sepertinya sih enak. Mungkin dimasak oleh para koki hotel bintang lima.
Sambil menunggu Rio yang sibuk dengan para kolega, Tari pun mencicipi makanan demi makana. Sampai tidak terasa ia sudah mencicipi banyak makanan.
"Jangan makan terlalu banyak," sebuah suara tiba-tiba muncul dari belakang Tari dan wanita itu pun kaget.
Buru-buru Tari mengambil tisu dan mengelap bibirnya.
"Hanya sedikit," kata Tari.
"Kamu pikir aku tidak melihat? Kau tadi makan ini ... ini juga, dan yang ini!" celetuk Rio sambil menunjuk makanan di meja menggunakan lirikan mata.
Melihat betapa cerewetnya Rio, entah mengapa Tari tidak marah kali ini. Dia malah tersenyum. Sangat manis dan membuat Rio membuang muka. Senyum manis Tari mungkin dirasa bahaya. Pesona istri orang memang tidak diragukan.
"Sudah ... sudah! Ayo ke sana!"
Rio langsung jalan duluan, kemudian duduk di salah satu meja di antara kerumunan tamu yang datang. Dikiranya meeting, tapi malah acara besar seperti ini.
Lama-lama Tari kelihatan bisa menyesuaikan dan mulai menikmati acara demi acara, apalagi ada penyanyi pria terkenal kesukaan Tari.
"Ya ampun, itu beneran?" tanya Tari shock.
Rio kelihatan tidak senang. Apa bagusnya penyanyi pria itu. Sampai mata Tari melotot melihatnya.
"Apa hebatnya dia?" gumam Rio.
"Makasih Pak Rio, berkat Bapak, saya bisa lihat penyanyi idola saya."
Wajah sumringah Tari berbanding terbalik dengan ekspresi masam Rio.
"Mau foto sekalian?" sindir Rio.
Jelas Tari langsung berbinar, ia pikir ucapan Rio bukan cuma candaan atau omong kosong.
"Emang boleh?"
"Mau?"
Tari langsung mengangguk dan Rio pun mencebik. Untuk apa tadi dia menawarkan segala. Alhasil, ia pun akhirnya membawa Tari ke balik panggung. Saat semuanya masih menikmati acara, Rio dengan kuasanya mulai mencari kesempatan untuk bertemu dengan penyanyi tersebut.
***
Beberapa saat kemudian.
Tari tersenyum menatap ponselnya, sudah tidak fokus pada Rio yang duduk di depannya.
Akhirnya Tari bisa Selfi sama penyayi terkenal luar negeri. Dan entah mengapa dia langsung membuat status WA. Mungkin terlalu excited.
Tidak lama kemudian, ponselnya pun berdering. Tumben sang suami menelpon, biarpun bersuami, Tari ini seperti janda, karena suaminya lebih peduli perempuan lain.
Tidak enak ada Rio, Tari pun pamit ke belakang. Kemudian mengangkat telpon suaminya.
"Ya, Mas."
"Kamu di mana?"
"Aku? Em."
"Mana Ibel?"
Tari bingung.
"Sudah tidur," kata Tari bohong.
"Kamu sekarang di mana? Kata adekku kamu update status dengan pria bule?"
Tari mendesis kesal, pasti ini iparnya mengadu. Tahu begitu, ia hidden saja semua status media sosial dari keluarga suaminya yang kadang julid.
"Oh ... itu... em ... itu." Belum selesai Tari menjawab, tiba-tiba terdengar suara wanita memanggil dengan nada manis manja.
"Sayang ..."
"Mas! Suara siapa itu?"
Suasana langsung hening.
"Kita bicara besok lagi!" kata Dewa langsung mematikan telepon.
Tari memejamkan mata, menggenggam ponselnya. Ada rasa marah, benci dan kesal. Ia berusaha menguasai diri, kemudian kembali bergabung dalam acara.
"Ada sesuatu?" tanya Rio.
Tari menggeleng, kemudian membuang muka. Tidak mau Rio menatapnya. Semakin ia memikirkan Dewa, semakin dia sakit hati. Matanya pun sudah perih, sedikit mengembun karena terngiang-ngiang suara wanita tadi.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Rio untuk memastikan.
Tari tidak mau menatap. Dia menyembunyikan kesedihannya. Rio pun menghela napas, tangannya perlahan mengepal di balik meja. Ini pasti ulah laki-laki tersebut, pikir Rio.
"Apa kamu mau pulang?" tawar Rio yang melihat Tari sudah tidak nyaman di sana.
Tari menggeleng, dan saat ada pelayanan lewat sambil membawa gelas. Tari langsung minta satu.
"Jangan minum itu!" cegah Rio. Tapi Tari langsung minum sampai habis, dengan mata menyipit menahan pahit.
"Terima kasih, boleh satu lagi?" kata Tari.
Mata Rio langsung melotot. Buru-buru ia rebut gelas kedua. Tapi Tari langsung menatapnya dengan memelas.
"Berikan padaku!"
Dalam hati Rio bergumam, "Seberat apa masalahmu Tari ...?"
***
Di sebuah hotel bintang lima, Tari sudah berbaring di balik selimut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hartaty
udah tau masalah tari masih bertanya
2023-08-16
0
Henny Haerani
karena ini hanya dunia halu aku dukung rio jadi pebinor. biar si dewa tau rasa bininya di samber si bos
2023-08-14
2
Henny Haerani
istri orang emang lebih menantang ya pak rio.
2023-08-14
0