Bukan Salahku, Indahnya Reuni Bagian 8
Oleh Sept
Ketika Dewa sibuk bersama ibunya, Tari di rumah sedikit gelisah. Ibu mertuanya kadang mengadu yang bukan-bukan pada Dewa, takutnya nanti malah diadukan semakin parah.
Sampai akhirnya Dewa pulang ke rumah, cuek seperti biasanya. Hanya bertanya anak, sedangkan tentang Tari dia sedikit tidak reflek lagi. Entahlah, mungkin Tari sudah tidak menarik lagi, membuatnya bosan kalau di rumah.
Apalagi kadang Tari cuma pakai daster, bukannya senang istrinya pakai daster di rumah, Dewa malah risih. Tari sepertinya gak punya pakaian, karena pakai baju itu-itu saja. Intinya sudah tidak menarik lagi di matanya.
Lain halnya dengan wanita-wanita cantik di sekitarnya, mau itu bawahan, karyawan atau wanita lain. Pasti kelihatan menarik, cantik dan gak bau minyak serta bumbu.
"Siapkan air hangat! Aku mau mandi!" kata Dewa.
Tari tidak banyak bicara, dia melakukan apa yang dikatakan oleh suaminya. Meskipun tidak sepenuh hati seperti sebelumnya. Ia lakukan ala kadarnya karena sikap Dewa yang tidak ada timbal baliknya.
***
Usai mandi Dewa yang kala itu sedang berdiri di depan lemari di kamarnya, dia pun menoleh ke belakang, melihat Tari yang sedang memberikan kamar dengan pakaian yang tidak ada menariknya sama sekali.
Entah mengapa, dilihatnya Tari yang membetulkan kunciran rambutnya yang lepas. Rambut yang tadi diikat seketika jatuh lurus dan menggantung cantik di bagian bawah.
"Kamu dari salon?" tanya Dewa penasaran.
Tidak mungkin dia selingkuh seperti kata ibu, apalagi dibawa ke rumah. Ibu pasti salah paham, pikir Dewa.
"Iya, gak boleh?"
Pertanyaan Tari membuat Dewa tersadar.
"Boleh! Silahkan. Daripada uang yang aku beri terus kau kasih ke ibumu. Mending pakai untuk perawatan," ucap Dewa yang selesai mengancingkan baju.
Rupanya dia menyindir istrinya yang suka mengirimkan uang pada keluarganya. Dewa tidak pernah menegur, hanya saja dia kurang suka.
Padahal dirinya sendiri sangat loyal pada sang ibu, apalagi wanita di luar sana. Entahlah, sepertinya Dewa mulai error.
"Untuk uang yang aku kirim pada ibu, itu uangku sendiri. Tabunganku, aku gak minta sama Mas. Jadi jangan bicara seolah-olah aku memberikan semuanya pada keluargaku," ucap Tari dengan wajah terangkat.
"Kamu uang darimana? Yang kerja di rumah ini hanya aku! Lalu kamu selama ini uang dari mana? Hem?" celetuk Dewa yang merasa paling jago hanya karena dia merupakan kepala keluarga dan yang mencari nafkah satu-satunya.
Seolah-olah semuanya harus mengagungkan dirinya, dan semuanya bergantung pada pria itu. Hal ini justru membuat Tari tambah masam.
"Ya sudah, aku akan mulai mencari pekerjaan besok!" tantang Tari kemudian.
Dewa menatapnya penuh cibiran.
"Mau kerja apa? Hem?" tanya Dewa dengan nada meremehkan.
Tari menahan diri, rasanya ingin sekali ia membuktikan pada Dewa, kalau dia juga bisa cari uang.
Sedangkan Dewa, setelah menyerang Tari lewat verbal, ia kemudian berubah menjadi malaikat baik hati saat ada Ibel.
Pria itu kemudian mengendong Ibel dan bermain dengan putrinya itu. Cintanya terlihat tulus, tapi pada sang istri sudah berubah karena Tari tidak semenarik dulu.
***
Saat sedang bermain dengan putrinya, sang ibu malah menelpon.
"Ya, apa Bu?"
"Bagaimana? Sudah kamu katakan pada mamanya Ibel?"
"Bu ... kalau untuk membahas yang tadi, sepertinya Ibu terlalu gegabah. Aku yakin Tari gak selingkuh," kata Dewa.
Bukan karena dia percaya istrinya setia, Dewa justru merasa istrinya itu ditukar tambah pun tidak laku.
Lemak di mana-mana, pipinya cubby, makannya banyak. Kalau dia pulang kerja, pasti Tari rebahan. Dia tidak tahu, sepanjang hari istrinya berkutat dengan pekerjaan rumah yang kelihatan sepele tapi tidak ada habisnya.
"Kamu ini, sudahlah! Yang penting Ibu sudah ingatkan kamu!" omel sang ibu yang merasa kesal.
Sedangkan Dewa, dia hanya geleng-geleng kepala.
"Lagian siapa sih Bu ... ada-ada saja," gumam Dewa yang merasa lucu.
Apalagi dilihatnya Tari di samping sedang menjemur keset. Astaga, dari belakang saja tidak menarik.
Dewa langsung fokus pada Ibel, anak gadisnya yang cantik dan mengemaskan. Rupanya, Dewa selalu menilai sesuatu dari covernya saja.
***
Beberapa hari kemudian
Dewa sudah balik, karena tidak mungkin lama-lama di Jakarta. Sementara itu, Tari sibuk mengubungi temannya untuk mencari Informasi pekerjaan.
Pertama dia telpon Mia, dan jelas banyak pekerjaan di salon.
"Kamu yakin kerja di sini? Suamimu yang manager itu bagaimana?" ledek Mia. Ia tidak bicara serius, hanya saja kalau mendengar cerita Tari, dia kesal sendiri.
"Apa uang bulanan dikurangi? Oh ya, hati-hati. Suami LDR itu bahaya, bisa ngecas di tempat lain!" cetus Mia yang sudah pernah merasakan menjadi korban perselingkuhan.
Tari pun tidak jadi curhat lama-lama pada Mia. Karena jatuhnya mesti saran untuk pisah. Untuk saat ini, Tari memikirkan jangka panjangnya. Tabungan sediki, dia harus cari kerja biar tidak disia-siakan keluarga suami dan direndahkan.
"Harus kerja di mana? Bagaimana Ibel nanti?"
Malam harinya, tiba-tiba ada telpon masuk.
"Hallo, tumben telpon?" tanya Tari.
"Tidak, aku hanya penasaran. Apa kau kena masalah atas kejadian tempo hari?"
Tari tersenyum getir.
"Tidak, tidak ada."
"Oh, baguslah."
"Hemmm. Ada lagi? Kalau tidak, aku matikan telponnya."
"Tidak ada, itu saja."
"Selamat malam."
"Selamat malam," kata Rio kemudian menyesal karena tidak bicara lebih lama.
***
Beberapa hari Tari mencari lowongan melalui internet dan teman-temannya. Kebayangkan mencari yang masih fresh, penampilan menarik. Dari sana, Tari merasa gugur duluan.
Hingga suatu sore, dia datang ke clinic Mia bersama Ibel.
"Susah banget cari kerajaan sekarang."
Mia tersenyum tipis.
"Aku ada temen yang nawarin. Tapi udah bulan lalu sih. Coba kamu datang ke perusahaan tersebut."
Tari melihat kartu nama, kemudian menggeleng.
"Ini perusahaan besar, aku pensiun dini sudah lama. Gak mau mimpi," celetuk Tari.
"Coba dulu, ini istrinya pelanggan sini. Siapa tahu rejekinya kamu."
Tari sedikit tertarik, kemudian lepas dari clinic, dia ke sebuah toko baju. Mencari baju kantoran satu stel susah sekali. Ini karena perutnya yang buncit. Alhasil dia pin beli korset.
***
Hari itu telah tiba, Tari kemudian menitipkan anaknya di penitipan khusus yang terpercaya. Entahlah, setelah keributan dengan mertua dulu, sekarang mereka sangat rengang. Bila dulu masih manis di depan, sekarang pahitnya terang-terangan di muka.
Pagi itu Tari sudah menunggu di lobby dengan calon karyawan yang lain. Yang datang sangat cantik-cantik, good looking. Tari seketika minder.
Begitu namanya dipanggil bersama tiga orang lainnya, mereka pun masuk. Di dalam ruangan, sudah ada 3 penguji, dan satu bangku kosong di tengah-tengah. Dilihat dari bentuk kursi yang agak lain, mungkin jabatannya lebih tinggi.
Tapi untuk apa ikut melihat seleksi karyawan? Seperti kurang kerjaan saja. Dan mulanya berjalan biasa saja, seperti wawancara kerja pada umumnya. Namun, ketika ada yang membuka pintu, beberapa orang reflek menoleh. Kecuali Tari, dia fokus mempresentasikan diri.
Sampai akhirnya dia sadar, suasana jadi tenang dan hening, ia pun ikut berbalik dan kelihatan terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ayf
Belum tau dia rasanya cumbui istri yg lg pake daster trus bau bumbu..🤣
nikmat tiada taraa, lapar lgsg hilang..🤣🤣
2023-08-01
2
Sunarty Narty
dewa bakalan nyesel nanti,tari makan umpan si rio.siap2 aja wa,bye..bye
2023-06-10
0
LH
separah itukah istri Dimata suami ?
duuuhhhh suami gila,,seblm jadi istri cantiknya luar biasa,,
2023-06-07
1