Buaya

Bukan Salahku, Indahnya Reuni Bagian 4

Oleh Sept

Tari ingin bertanya langsung, tapi kemudian ia urungkan niatnya itu. Dia tidak boleh gegabah. Dan sepanjang malam, dia tidak tidur sampai pagi. Karena memikirkan Dewa yang kelihatan mencurigakan.

Saat suaminya bangun, Tari bersikap biasa. Meskipun saat masak, rasanya ingin memberikan garam yang banyak pada kuah soto untuk suaminya itu. Lagi-lagi niatnya itu ia urungkan. Tari masih menimbang-nimbang, hal apa yang seharusnya ia lakukan. Tidak boleh gegabah, semuanya harus dipikirkan. Apalagi belum 100 persen terbukti.

"Aku berangkat dulu," kata Dewa saat selesai sarapan.

Semua koper sudah siap, sudah masuk bagasi. Setelah memeluk putrinya, Dewa pun berlalu begitu saja, tidak ada kata manis seperti dulu, terlihat lempeng dan datar.

Sedangkan Tari, dia menatap mobil yang mulai keluar dari gerbang dan menutup pintu pagar rumahnya. Tari lalu berbalik, dan meraih lengan Ibel.

Setelah Dewa pergi, pikirannya sangat gelisah. Sampai akhirnya, dia menelpon temannya untuk mencurahkan isi hatinya.

Mia, seorang pemilik clinic kecantikan yang saat ini sedang sarapan bersama anak semata wayangnya. Janda cantik berambut pirang. Bukan karena bule, tapi memang diwarnai.

"Hallo, tumben ... apa kabar kamu, Tari?" sapa Mia di telpon.

"Baik," jawab Tari dengan suara yang kurang enak didengar.

"Tenggorokan kamu sakit?" ledek Mia. Kemudian menyuapi anaknya sambil pakai headset wireless.

"Mi ... kamu ada waktu? Bisa kita bicara?"

"Bisa, bisa. Kamu mau perawatan?" tanya Mia to the point.

Tari menelan ludah, kemudian menatap putrinya yang rebahan di karpet bulu-bulu sambil memeluk boneka.

"Kamu ada di rumah apa clinic?"

"Sejam lagi aku ke clinic, nganter anak aku ke playgroup dulu."

"Iya, aku ke klinik ya."

"Oke, aku kasih diskon deh. Harga temen," kata Mia.

Wanita itu tidak tahu, kalau Tari sedang tidak memikirkan tentang skincare atau apapun itu. Tari hanya butuh teman untuk diminta solusi. Karena setahu Tari, suaminya Mia juga selingkuh.

Jadi, Tari mau berguru pada suhunya. Setidaknya, Mia lebih berpengalaman daripada dirinya.

Alhasil, Tari pun membawa Ibel naik taksi ke clinik kecantikan milik temannya itu. Sepanjang jalan, Ibel terus mengoceh dan bertanya ini itu pada mamanya, hanya saja Tari menjawab dengan asal, sebab pikiran Tari sedang kalut saat itu.

Rumah tangga yang semula adem meskipun suaminya cuek, ia pikir baik-baik saja. Tapi setelah melihat suaminya dikirimi gambar-gambar wanita tidak pantas, Tari mulai berpikir keras. Jangan-jangan ini yang membuat suaminya berubah.

Apa karena Tari mulai Gemoy? Mulai cubby, mulai tidak cantik lagi? Banyak prasangka buruk yang dipikirkan oleh Tari, sampai saat supir taksi mengatakan dia sudah sampai, tapi Tari tidak merespon.

"Bu ... sudah sampai. Bu!"

Tari lalu tersentak kaget, ya. Driver saja memanggilnya IBU. Sudah pasti dia kelihatan tua dibanding usianya.

Setelah melakukan pembayaran, Tari kemudian turun dan mengendong Ibel. Di depan sana, palang dan spanduk clinic kecantikan milik Mia sudah melambai-lambai.

Begitu masuk ke sana, Ibel langsung disambut oleh para pegawai. Ibel sosok anak yang menggemaskan, membuat yang melihat langsung suka.

Beruntung ada yang mengajak anaknya, kini Tari bisa bicara empat mata.

Di ruangan khusus tempat Mia selama ini ngantor di clinik pribadinya.

Tari mulai menceritakan apa yang dia rasa, mulanya muter-muter gak jelas, sampai akhirnya, Mia menarik kesimpulan.

"Jadi suamimu selingkuh?"

Tari menggeleng.

Mia tersenyum getir.

"Tahap pertama memang penyangkalan. Kamu pasti menyangkal kenyataan itu. Aku juga pernah dalam posisi itu. Jadi aku sangat paham."

"Ini belum terbukti," kata Tari.

"Hanya menunggu waktu," balas Mia dengan yakin. Mia rasanya muak sama laki-laki tipe Dewa dan mantan suaminya.

"Tapi Mia ..."

"Tinggalkan saja, sebelum kamu menderita batin. Laki-laki yang sudah selingkuh, gak bakalan sembuh. Pegang kata-kataku! Mas Raya, mantan suamiku itu, sekali aku maafkan, dia kembali berulah. Jangan percaya meskipun dia bersujud di kakimu. Pria seperti itu, tidak akan pernah bisa sembuh."

Tari merasa bertanya pada orang yang salah. Bukan solusi, ia malah seperti langsung divonis mati.

"Mas Dewa gak mungkin seperti itu, mungkin iseng."

"Helen! Jangan percaya 100 persen sama mulut laki-laki. Mereka semua buaya!"

Semakin pusing, Tari pun memijit pelipisnya.

"Mumpung kamu masih muda, Ibel juga masih kecil. Menyerah sekarang belum terlambat."

Tari melotot, karena malah disuruh cerai sama temannya. Jujur, ini bukan solusi yang ia mau.

"Aku sudah mengalami lebih dulu, Tari. Jadi percayalah padaku. Dan lagi ... suamimu itu, aku pernah bertemu dengannya, dari matanya saja aku bisa melihat kilau buaya di matanya," sinis Mia yang memang korban buaya darat berkali-kali.

Tari yang bingung, ia pun mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kemudian bersandar di sofa.

"Ya Tuhan ... bagaimana ini? Aku harap ini hanya prasangka ku saja," batin Tari yang takut menghadapi kenyataan yang sebenarnya.

Tidak dapat solusi yang dia harapkan, Tari pun pamit pulang. Dan Mia memberikan voucher padanya.

"Rawatlah tubuhmu!" celetuk Mia.

Sebagai teman, Mia hanya ingin mengingatkan. Dia yang cantik seperti model saja ditinggal selingkuh, apalagi Tari yang seperti ini? Bukannya menghina, Mia merasa Tari kurang merawat diri.

"Tidak, terimakasih." Tari menolak pemberian Mia. Meskipun hanya voucher.

"Diskon 50 persen. Kamu butuh ini. Kamu tahu Tari ... pelakor di luar sana tidak ada yang cantik, mereka hanya rajin perawatan," gumam Mia. Tapi sorot matanya penuh dendam. Menjadi korban orang ketiga, membuatnya suka pedes kalau bicara.

Mia langsung memasukkan benda itu ke dalam saku Tari.

***

Di tempat lain. Di sebuah ruangan yang tertutup. Dua orang sedang berbicara serius.

"Ikuti ke mana dia pergi," kata lelaki berkacamata hitam tersebut.

"Baik, Pak."

"Kau boleh pergi sekarang," titah pria berjas hitam dengan suara yang tegas.

"Baik!"

Pria itu kemudian membuka selembar foto yang terbalik. Ia melepaskan kacamata hitam miliknya, lalu menatap intens wajah wanita di dalam foto itu.

Tersenyum manis, dan fotonya diambil secara diam-diam. Terlihat dari sudut pengambilan gambar yang kelihatan dari samping.

Tok tok tok

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk!"

Pria itu lalu membalikkan foto yang semula dia pegang.

"Selamat pagi, Pak."

"Duduklah."

"Ada apa Bapak memanggil saya?" tanya Dewa yang baru masuk.

Dewa yang hendak perjalanan bisnis sekaligus plus-plus tersebut, mendadak mobilnya putar balik. Karena sang atasan baru ingin bertemu.

"Aku ingin menawarkan sesuatu padamu," ucap pria itu.

"Penawaran apa, Pak?" tanya Dewa penasaran.

Pria itu tersenyum licik dalam hati sambil menatap Dewa yang tidak tahu apa-apa. Bersambung.

Terpopuler

Comments

komalia komalia

komalia komalia

ooh kaya nya permainan si rio ini biar si dewa ninggakin stri nya

2024-02-13

0

kakaika

kakaika

kok ngena banget ke aku thor.. suamiku barusan kepergok selingkuh. semoga itu yg terakhir. tapi setelah baca part ini kok agak kepikiran yah

2023-09-08

1

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

helen siapa ya? tiba2 helen

2023-08-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!