Bukan Salahku, Indahnya Reuni Bagian 2
Oleh Sept
"Apa kabar?" Pria itu langsung duduk tanpa permisi. Wajahnya tampan, rambutnya tersisir rapi, dan kelihatan klimis. Aroma parfumnya pun lembut, wangi tapi soft.
Sementara itu, Tari jelas kaget. Kehadiaran lelaki tersebut dan suaranya itu membuat Tari terkesiap. Tari kemudian mendongak menatap sosok pria matang, tampan dan wangi tersebut. Familiar.
"Baik, kamu apa kabar?" tanya Tari basa-basi saat sudah menguasai keadaan.
Sejenak dia kaget, sebab tiba-tiba lelaki tersebut duduk di dekatnya. Padahal banyak kursi yang masih kosong, dan lagi banyak pula teman-teman yang lain yang kelihatan good looking, tidak seperti dirinya.
Kembali ke sosok laki-laki tampan itu. Pria tersebut hanya tersenyum tipis, kemudian meraih botol air mineral yang ada di tengah meja.
"Boleh? Aku haus," tanya pria itu.
Tari dan teman-temannya langsung mengangguk dan menjawab serempak.
"Boleh ... boleh silahkan."
Mereka kemudian kembali basa-basi, tapi pandangan lelaki tersebut, sesekali terarah pada Tari yang salting karena dilihat terus. Bagaimana pun juga Tari adalah perempuan, dilihat pria tampan lama-lama juga grogi sendiri, nervous juga.
"Dia itu kenapa lihat aku terus? Apa heran ya? Aku dulu langsing, sekarang agak berisi," pikir Tari yang merasa salah tingkah ditatap oleh pria tersebut.
"Kerja di mana sekarang?" tanya pria wangi itu. Yang pasti membuat Tari kembali kaget.
"Aku?" tanya Tari, karena mungkin yang ditanya adalah teman-temannya yang lain.
"Ya iya kamu, Tari ... siapa lagi. Kan dari tadi lihat ke kamu," celetuk teman Tari dengan nada bercanda. Mereka terkekeh sambil curi-curi pandang pada sosok pria tampan itu.
Pria tersebut hanya tersenyum tipis, menatap Tari. Sebenarnya Tari masih sama. Cuma agak gemukan, agak berisi dan cubby. Kalau untuk wajahnya, beberapa kali perawatan eklusif pasti juga kembali glowing seperti saat muda dulu. Karena dasarnya Tari memang cantik. Tidak peduli sudah beberapa tahun berlalu, wajah Tari tetap cantik di mata pria itu.
"Aku gak kerja, cuma di rumah ngurus anak," ucap Tari kemudian yang membuat satu meja langsung hening. Ya, Tari memang 100 persen IRT. Lain dengan teman-temannya yang kebayangkan wanita karir.
"Jadi kamu gak kerja? Sayang dong ijazah kamu. Padahal kamu nilainya paling bagus, otaknya paling encer di antara kita-kita," timpal teman Tari. Mereka merasa heran, Tari menyia-nyiakan ijazahnya.
Terdengar seperti pujian, tapi bagi Tari itu seperti sindiran halus.
"Suamiku mau aku fokus ngurus anak," ucap Tari kemudian. Tari mencoba mengalihkan perhatian, karena topik itu baginya membuat Tari tak nyaman.
"Aku juga punya anak, tapi aku punya babysitter, jadi aku bisa bebas kerja. Lagian enak Tari, bisa pegang duit sendiri. Mau liburan ke luar negri pun gak harus debat ini itulah. Apalagi kalau ada tas edisi terbaru, bisa beli pakai uang sendiri itu, puasnya beda banget," kata teman Tari dengan bersemangat.
Sementara wajah tari terlihat hambar. Sebenarnya dia juga mau kerja. Toh selama ini suaminya selalu memandang rendah dirinya. Uang yang diberikan oleh Dewa tidak pernah kurang, tapi benar kata temannya. Kalau kerja, dia akan bebas membeli ini itu tanpa banyak drama.
"Kalau butuh kerjaan, hubungi aku!" Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan dompet dan memberikan kartu nama pada Tari. Teman-teman Tari langsung cekikikan. Melihat kedua orang itu. Dalam hati pada kasak-kusuk.
"Gila si Rio, istri orang main PDKT aja. Kaya gak ada perempuan lain. Mana Tari udah tambah subur gitu. Astaga, harus pakai kacamata tuh," gumam teman Tari yang merasa iri.
"Apa Rio rabun ya?" gumam teman yang lain dalam hati.
"Pakai jampi-jampi apa itu si Tari? Sampai laki-laki ini natap dia terus?"
Terlalu banyak teman yang iri, tapi bibir mereka tersenyum ramah. Benar-benar sekumpulan orang-orang yang munafik. Lain di bibir dan lain pula di hati.
Bagi mereka mungkin Tari tidak level dengan Rio. Melihat Rio yang sangat perfeksionis, sempurna dan tidak ada cela. Sedangkan Tari, dari penampilan saja sudah mirip remahan roti di sudut kaleng konghuan.
Bagai langit dan bumi, semua orang seperti tidak suka interaksi antata Rio dan Tari.
Bagi sebagian mereka mungkin belum tahu, bahwa Rio adalah pria mapan dan tampan saat ini, dan dulu sempat naksir Tari diam-diam. Cinta yang tidak kesampaian karena tidak diucapkannya.
Kini Rio datang kembali, tapi semuanya sudah terlambat. Tari sudah menikah bahkan sudah punya anak. Apakah Rio mau merusak rumah tangga orang?
***
Acara mulai berlangsung, dan Tari pergi ke menjauh karena ada telpon. Ibunya yang tinggal di beda kota menghubungi Tari tiba-tiba.
"Ya, Bu."
"Tari, maaf Ibu mau repotin sedikit."
"Iya, Bu. Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Tari di telpon.
"Emm ... itu. Maaf, kalau gak butuh Ibu pasti gak telpon kamu."
"Ada apa, Bu? Jangan buat Tari penasaran."
Dari sambungan telepon, terdengar ibunya menghela napas dalam-dalam.
"Ibu pinjam duit, ada?"
Tari langsung memejamkan mata. Kalaupun tidak ada, pasti Tari akan usahakan. Inilah susahnya kalau tidak kerja, bakalan tidak bisa loss bantu orang tua.
"Berapa?"
"10 juta saja."
"Buat apa, Bu?" tanya Tari spontan.
Bukan masalah nominal, masalah baru bulan kemarin Tari transfer 5 juta. Itu pun dari tabungan Tari sendiri. Sisa dia menyisihkan uang pemberian Dewa.
"Ibu ada urusan, kalau bisa, besok ya?"
Tari pun menyandarkan kepalanya di tembok. Matanya menatap jauh ke arah teman-temannya yang berseda gurau.
"Ya, besok siang ya, Bu."
"Makasih banyak, Tari. Secepatnya Ibu balikin."
"Heem."
Sudah lagu lama, dan Tari tahu pasti tidak dibalikin. Tapi Tari ikhlas, dia tidak pernah menagih. Sebab, jasa sewa rahim ibunya selama 9 bulan tidak ternilai oleh uang.
Usia mengakhiri panggilan dari ibunya, tari kemudian melihat HP lagi. Membuka aplikasi mobile banking.
Ia melihat sisa saldo yang tertera. Masih cukup, masih ada, tapi itu jatah Sufor, popok, dan keperluan rumah.
Ada juga di rekening satunya, dan itu memang khusus tabungan untuk masa depan anak mereka. Tari galau, dan mulai kepikiran. Apakah ia harus kerja lagi?
"Tari ..."
Kaget namanya dipanggil, Tari langsung menoleh.
"Ya."
"Kenapa tidak gabung bersama mereka?"
Tari hanya tersenyum, kemudian hendak berjalan menuju teman-temannya.
"Tari ...!" panggil laki-laki itu.
"Ada apa? Ayo ke sana bersama yang lainnya. Gak enak, nanti dicari," kata Tari. Namun, tiba-tiba saja pria itu memegang tangannya, membuat Tari kaget dan refleks menarik tangannya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Juni Indah
stujuhh aku tuh klo kyk gini, klo suka, mau gmnapun ttp aja menarik baginy
2023-08-14
1
Erni Setiyorini
hadeh klg tari juga, rong2
2023-07-30
0
Erni Setiyorini
aq paling eneg ada pria yg byk tuntutan ma istri. ga boleh kerja, ga kerja disepelein. klgnya dewa lagi mulutnya jahat. Rio go....
2023-07-30
4