Affair

Bukan Salahku, Indahnya Reuni Bagian 3

Oleh Sept

Tidak mau ada yang melihat dan salah paham, Tari langsung menarik tangannya. Dia menjaga jarak dari Rio agar tidak ada yang berpikir aneh-aneh. Apalagi dia sudah punya suami dan anak. Tari sudah merasa tidak enak, sejak tadi Rio kelihatan terus menatapnya.

"Aku tahu kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu sekarang," ucap lelaki itu tiba-tiba. Rio seolah tahu, bahwa kehidupan rumah tangga Tari selama ini memang sedang tidak baik-baik saja. Lalu dari mana lelaki itu tahu?

Selama ini Tari mengubur masalah rumah tangganya. Bahkan pada ibunya saja Tari tidak pernah menjelekkan sang suami. Seolah semuanya sempurna tanpa cela.

Kini, Tari semakin terheran-heran, kenapa Rio bicara seperti itu. Apa Rio tahu tentang hubungan rumah tangganya, tahu dari mana?

"Maksud kamu apa?" tanya Tari kemudian sambil menatap Rio penuh selidik. Ia menantikan jawaban dan penjelasan lelaki tersebut.

"Tidak usah berbohong di depanku."

Wajah Rio seperti tahu segalanya, dan itu membuat Tari semakin tidak nyaman.

"Rio ..."

"Aku sudah tahu semuanya," kata Rio sekali lagi untuk menegaskan.

Tari beringsut, ia mundur selangkah, kemudian matanya menatap sekeliling. Mungkin Tari merasa tidak nyaman, dan sedikit takut. Sikap Rio yang lama tidak bertemu tiba-tiba begitu.

Dengan cepat Tari pun melangkah, menjauhi Rio dan mendekati teman-temannya yang lain. Merasa suasana semakin tidak nyaman, Tari pun mengeluarkan banyak alasan, agar bisa pergi lebih awal.

"Kok buru-buru, lama kan gak ketemuan?" protes teman Tari. Ia merasa Tari terlalu cepat pergi.

"Lain kali kita kumpul-kumpul lagi, ini aku ada urusan mendesak." Tari mencari alasan agar bisa meninggalkan tempat itu. Entah mengapa, kehadiran Rio membuatnya merasa tidak aman.

"Ya sudah, hati-hati ya. Jangan lupa bingkisannya."

Tari mengangguk, lalu pamit dengan mereka yang ada di dekat saja. Yang lainnya tidak ia pamiti.

"Oke. Bye ... aku balik dulu."

Tari pamit pada temannya, kemudian matanya sempat bertemu dengan mata Rio yang menatapnya dari jauh.

"Ada apa dengannya," gumam Tari lalu buru-buru pulang.

"Rio sangat aneh!" batin Tari dan buru-buru pergi.

***

Setelah reuni dan pertemuan itu, Tari mulai sering melamun. Apalagi ketika suaminya sudah mulai mengomeli dirinya, protes ini dan itu, membuat Tari jenggah.

Kini, kehidupan Tari berjalan seperti biasanya. Kadang bosan, jenuh dan diserang rasa hampa. Untung ada Ibel, setidaknya itulah hiburan satu-satunya Tari selama ini.

Tap tap tap

Dewa masuk ruangan, dan langsung main perintah.

"Besok aku mau perjalanan dinas, siapkan bajunya." Dewa memerintah, seperti bos pada bawahan. Tidak peduli wajah istrinya yang lelah. Capek ngurusin rumah dan anak yang kadang rewel.

"Ya, Mas." Tanpa membantah, Tari pun mengiyakan.

"Gosok lebih rapi, kemarin agak kusut."

Dewa ini bisanya memerintah dan protes saja.

"Hemmm."

"Dan itu, kenapa tembok kotor begitu?" protes Dewa. Ia mulai cerewet dan membahas hal-hal yang sewajarnya kalau punya anak kecil.

"Ibel yang coret-coret, Mas."

"Bagaimana sih kamu mengawasi anak?" omel laki-laki itu.

"Kan anak-anak, Mas. Coret-coret sudah biasa." Tari mencoba membela diri, tapi kalai debat bareng Dewa, dia selalu kalah dan selalu salah di mata lelaki tersebut.

"Ada buku, kan? Kreatif sedikit lah Tari," gerutu Dewa.

Wanita itu pun hanya menghela napas dalam-dalam, kemudian merapikan rumah yang kata suaminya kurang rapi.

Menjelang malam, Ibel sudah tidur. Dan Tari sedang merapikan semua mainan yang berserakan. Sementara sang suami, sibuk di depan laptop. Tidak di kantor tidak di rumah, kelihatan sibuk terus, apalagi setelah naik jabatan.

Sesekali Tari melirik, dilihatnya suaminya senyum-senyum di depan laptop.

"Sebenarnya, Mas Dewa lihat apa? Kenapa dia senyum-senyum, kelihatan senang begitu?" pikir Tari.

Hari semakin malam, Tari rupanya terbangun dari tidurnya. Dilihatnya sang suami yang tidur di sebelah.

Mata Tari tidak sengaja melihat ponsel di dekat kepala suaminya, tepat di bawah bantal. Entah mengapa, tangannya iseng meraih benda tersebut. Padahal selama ini, dia tidak mau tahu isi ponsel suaminya itu.

Malam ini, Tari membuka smartphone milik Dewa. Dan tidak bisa dibuka, harus pakai finger print. Tidak hilang akal, Tari pelan-pelan menempelkan sidik jari suaminya itu.

Hitungan detik, layar ponselnya pun terbuka sempurna. Dengan gerakan cepat dan sedikit gugup, Tari turun dari ranjang. Kemudian duduk di sofa kamar, sambil memeriksa ponsel Dewa.

Tidak ada yang aneh, pesan WA pun kebanyakan dari rekan bisnis dan akun bank atau lainnya. Tidak ada yang perlu dicurigai.

Biarpun Dewa mulai dingin, Tari yakin. Pasti suaminya setia. Mana mungkin Dewa berubah, lagian mereka sudah punya anak.

Saat akan meletakkan ponselnya, Tari justru mengambilnya lagi. Dia memeriksa galery. Banyak sekali foto-foto Ibel, dan foto Tari hanya satu dua. Tari pun berdiri, kemudian berkaca.

"Sepertinya harus diet!" gumamnya kemudian tersenyum getir.

Saat akan mengembalikan ponsel Dewa lagi, malah ada email masuk.

Tari tidak berani membuka, takut itu email penting dari perusahaan. Namun, dia sadar. Untuk apa orang perusahaan kirim email tengah malam.

Seketika insting sebagai perempuan langsung bekerja. Tari pun membuka email tersebut.

[Tadi sore tasnya sudah nyampek, makasih ya. See you besok malam]

Tari panik, ia kemudian melihat riwayat pesan email.

Dia semakin shock, saat melihat foto-foto yang tidak pantas untuk dilihat.

Terpopuler

Comments

komalia komalia

komalia komalia

mulai selingkuh

2024-02-13

0

Shinta T P

Shinta T P

waah mbak sept dpt inspirasi ya selingkuh lewat aplikasi yg lain2 kya artis ntu

2023-08-27

0

Lina ciello

Lina ciello

ayo baless... jebule selingkuhe lewat email je... 😡

2023-08-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!