Saat Bram berpelukan dengan Lila, keinya dan Vania masuk keruang rawat Lila. "Lila!" panggil Keinya saat melihat Lila sudah sadar.
Lila langsung melepaskan pelukannya pada Bram dan menatap Keinya yang sedang berjalan kearanya. "mamh!" lirih Lila. Keinya langsung berdiri ditempat yang tadi Bram tempati, dia langsung membawa Lila kepelukannya. "sayang, Lila putri mamih ada apa dengan mu nak?" tanya keinya.
Lila mengeratkan pelukannya pada mamihnya. "Mamih, maafkan aku ... Hiks ... Hiks maafkan aku," lirih Lila dipelukan Keinya sembari terus terisak.
Keinya melepaskan pelukannya pada Lila dan duduk dikursi dekat ranjang Lila. "Sayang, katakan pada mamih ada apa sebenarnya?" tanya Keinya seraya menggenggam tangan putrinya.
Lila menghapus air matanya. "Mamih, aku tidak apa-apa, bolehkah aku minta sesuatu?" tanya Lila.
"Katakan sayang!"
"mamih, aku tak mau kembali kerumah, aku takut mamih. Ijinkan aku untuk tinggal sendiri aku sungguh tak mau kembali kerumah," ucap Lila sembari menahan tangisnya agr tidak pecah. Lila tak mungkin mau kembali kerumahnya karna itu akan mengingatkannya pada kebiadaban Raffael.
tentu Bram, Keinya dan Vania bingung dengan keinginan Lila.
"Tapi ... " ucapan Bram terpotong saat Keinya menyelah ucapannya.
"Baikah, jika kau tak ingin pulang kerumah, ayo kita tinggal diapartemen papih," ucap Keinya. Keinya tau bahwa suaminya akan menanyakan alasan purinya ingin pindah, untuk itu Keinya langsung menyelah ucapan suaminya. Bukan dia tak penasaran dengan alasan putrinya untuk pindah, hanya saja keinya tak ingin memaksakan putrinya bercerita karna Keinya yakin putrinya sedang tidak baik-baik saja.
"Kita?" tanya Lila.
"Kita semua akan menemanimu untuk tinggal di apartemen papih, benarkan papih?" tanya Keinya sambll berbalik melihat Bram.
Bram tersenyum ."Ya sayang, kita akan pindah ke apartemen papih ... Bagaimana dengan kalian, Vania, tania?" tanya Bram pada putri kembarnya.
"kami akan ikut tinggal diaparetemen papih," balas Vania.
Lila yang mendengar keluarganya menemaninya, langsung menunduk karna menahan tangisnya.
"kau pasti lapar, mamih akan meminta suster untuk menyiapkan makanan untukmu."
.
.
saat Keinya menyuapi Lila, pintu ruang rawat Lila terbuka, Keinya dan Lila langsung melihat kearah pintu dan ternyata Gio lah yang masuk.
"Gio," lirih Lila.
"kemari Gio!" titah keinya, yang melihat Gio tersenyum kikuk.
Gio mendekat, dia mearuh keranjang buah yang dibawanya diatas nakas.
"Mamih!"
"Ya, sayang."
"Bisakah aku berbicara dengan Gio berdua?" tanya Lila.
"Tentu, kalau begitu mamih akan menyusul papi dan adikmu untuk kekantin," balas keinya sambil meletakan piring diatas nakas.
Gio duduk diempat yang Keinya duduki. "Lila, ada apa denganmu, semalam kau baik-baik saja?" tanya Gio. "maaf aku baru datang sekarang, aku baru mengetahui keadaan mu saat aku akan menjemputmu."
Lila tersenyum "Gio," lirih Lila "Bolehkah aku berbicara serius dengan mu?" tanpa membalas pertanyaan Gio, Lila lebih memilih brbicara langsung tentang apa yang dipikirkannya semalam, tentang hubungannya bersama Gio.
Gio mengernyit heran, "Ada apa?"
Lila mengehela napas sejenak sebelum berbicara pada Gio. "Gio, aku tau kau lelaki baik, aku ingin kau lupakan tentang ucapanku semalam.'
Gio terhenyak saat mendengar ucapan Lila. "apa maksud mu Lila?"
"Gio, Kau lelaki baik, kau pantas mendapat wanita yang lebih baik dariku, aku ingin kita putus," ucap Lila memandang Gio dengan tatapan sendu. Sebelum Llla kehilangan kesadarannya semalam, dia sempat berpikir tentang Gio, dia tak mungkin membiarkan Gio bersamanya. Semanjak Raffael, mengambil kehormatannya, Lila sudah merasa kehilangan hormat pada dirinya sendiri. Dia berpikir dia telah gagal sebagai seorang anak, gagal sebagai seorang kaka, dan gagal sebagai seorang cucu. Itu semua karna Raffael, lelaki yang amat dicintainya tapi begitu tega memberikan luka.
"Lila, apa ada yang salah denganku, apa aku menyakitimu, atau apa aku melakukan kesalahan padamu?" tanya Gio bertubi-tubi. Saat semalan Lila menerima cintanya dia amat bahagia, dia sudah menceritakan pada ibunya bahwa dia diterima oleh Lila, bahkan Gio sudah berencana untuk secepatnya melamar Lila ... Tapi sepertinya sekarang keinginan Gio hanya akan menjadi angan-angan karna nyatanya Lila menarik ucapannya kembali.
Lila menggeleng, "Gio, kau lelaki baik, kau tidak berbuat kesalahan padaku, hanya saja aku merasa tak pantas untukmu," ucap Lila.
Gio menghebuskan napas kasar. "Berhenti berbicara yang tidak-tidak, aku tak ingin kau terus begitu. Aku tak akan pernah meninggalkanmu," ucap Gio, kemudian dia bangkit dari duduknya dan lebih mendekat kearah Lila. Cup. Gio mencium kening Lila dengan penuh cinta. "Istirahatlah, jangan pikirkan apa-apa, aku tak akan pernah mengikuti kata-katamu, jika kau sudah tenang telepon aku." Gio tersenyum, lalu berjalan dan keluar dari ruang rawat Lila.
"Gio, sedandainya kau tau apa yang terjadi, ujung-ujungnya kau juga pasti akan meninggalkanku," lirih Lila saat melihat Gio sudah keluar dari ruangannya.
Lila kembali berusaha berbaring, dia tidur menyamping dan kembali meneteskan air mata. "Mamih Tya, kenapa aku harus menanggung karma atas perbuatanmu, kau menyakiti wanita lain, dan balasannya aku yang harus menerima karma karna perbuatanmu," lirih Lila dengan berderai air mata. entah berapa lama Lila menangis gadis malang itu akhirnya tertidur.
•••
Setelah puas mangamuk, dan membanting semua barang dikamarnya Riana, memandang dirinya sendiri dicermin. "Raffael, akan kubuat kau menikahiku, aku benar-benar tak akan membiarkan mu lepas begitu saja." Riana tersenyum sinis seraya terus memandang dirinya dipantulan cermin, tentu saja dia tak ingin kehilangan Raffael. Selain Raffael tampan, dia juga kaya. Jika Riana berhasil menikah dengan Raffael, bukan hanya harta yang dia dapatkan, tapi juga nama baik yang akan dia rasakan kembali.
"Bu-bunda," ucap anak kecil yang sedang duduk dipojokan, siapa lagi kalau bukan Deri.
Dia memberanikan diri memanggil Riana setelah melihat Riana tenang.
Riana langsung melihat kearah suara, dia melupakan putranya. Kemudian dia menghampiri putranya dan ikut duduk.
"Maafkan bunda maafkan bunda," ucap Riana, dia langsung memeluk Deri yang sepertinya tengah ketakutan karna melihat Riana mengamuk.
Dia terus memeluk putranya sampai putranya tertidur dipelukannya. Dengan perlahan dia menggendong Deri dan membaringkannya diranjang, tiba-tiba saat memandang putranya Riana terseyum licik, sebuah ide terpikir diotaknya, sekarang dia tau bagaimana caranya menjadikan Raffael sebagai miliknya.
••••
"Apa?" sentak Tania yang merasa jengah karna Vania terus memandanginya sambil bersedekap. Mereka baru saja kembali kerumah karna Keinya menyuruh Vania dan Tania untuk ber'istirahat dirumah.
Vania maju kearah Tania yang sedang duduk disofa kamarnya. "Kau pasti tau apa yang terjadi pada kaka, aku perhatikan kau begitu aneh hari ini."
Tubuh Tania menegang saat mendengar pertanyaan kakanya. Dia berusah tenang sebelum menjawab Vania. "Kau yakin, kau ingin tau?" tanya Tania dengan seringai jail.
"Cepat, katakan jangan berbelit-belit."
"Berikan aku dua juta, aku akan memberitahu mu semuanya," ucap Tania dengan seringai jail seperti biasanya. Dia harus bersikap seperti biasa agar Vania tidak curiga.
"Kau gila? papih bahkan belum memberi kita uang jajan, bagaimana aku bisa memberikan uang sebanyak itu padamu."
"Kau mempunyai tabungan yang kau simpan didompetmu yang kau simpan dilemari koleksimu bukan?" tanya Tania.
Vania mengehentakan kakinya dengan kesal. Dia berjalan kelamari tempat menyimpan koleksinya. Dia mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang dua juta untuk memberikannya pada adiknya. Jika saja dia tak penasaran akan kondisi kakanya, dia tak mungkin mau memberikan tabunganny pada adiknya. Dia menyodorkan uang nya pada adiknya. "Ceritakan padaku semuanya!" titah Vania setelah menyodorkan uang pada adiknya.
Tania langsung menyambar uang ditangan kakanya. "Duduklah, aku akan menceritakan semuanya."
Vania pun duduk, dan Tania berdiri.
"Vania, kau pasti akan kaget saat tau yang sebenarnya."
"Cepat katakan ada apa dengan kaka!" ucap Vania dengan tidak sabar.
"Saat semalam, kau bermain piano dengan popa, aku diam-diam pergi kerumah untuk mengambil laptop ku, dan aku melihat kaka sedang berada dikamar ..." Tania menjeda ucapannya, dia melihat kakanya begitu serius dan dia sendiri menjelaskannya dengan wajah serius sama dengan Vania. "Aku menghampiri kaka dan kami mengobrol hingga aku tertidur dikamar kaka, dan saat subuh, aku terbangun karna merasakan tubuh kaka yang menggigil."
"Lalu ada apa dengan kaka Tania?" tanya Vania sambil menggertakan giginya dia begitu gemas karna adiknya memberi jawaban yang tidak sesuai.
"Itu yang aku ketahui, aku mengetahui kaka tak sadarkan diri saat aku terbangun," ucap Tania santai.
Vania memejamkan matanya. "Apa kau sedang mengerjaiku Tania?"
"Sudah kubilang bukan kau akan terkejut dengan jawabanku," ucap Tania dia berlari secepat mungkin keluar kamar sambil tertawa terbahak-bahak karan telah mngerjai kakanya dan mendapat uang dari kakanya.
Duh Tania jadi gemes 😂😂
Sementara Raffael ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Nur Soleh
dasar s Tania biang kerok...Ampe udah degdegan akunya 😅
2024-03-31
0
Ismu Srifah
frustasi biar gila
2023-07-27
0
May Keisya
ya ampuuun ngeselin 🤣aku udah ikut serius ini🤣
2023-07-04
0