"Taniaaaaaaaaaaa!" teriak Vania menggelegar dari ruangan atas.
Aysel yang sedang didapur memasak bersama Tania mengernyit heran mendengar Vania berterak. "Tania, apa kau membuat kaka mu kesal?" tanya Aysel.
"Dia kan memang begitu momma, selalu saja membesarkan masalah," balas Tania sambil memasukan makanan ke mulutnya. Tapi diam-diam dia tersenyum licik.
Vania turun dengan emosi "Kau!" hardik Vania saat menghampiri Tania didapur.
"Vania!" tegur Aysel.
"Sebentar momma," ucap Vania, dia akan menghampiri Tania untuk mencekik leher saudaranya, tapi gerakannya terbaca hingga Tania langsung berlari.
"Tania stop!" ucap Vania saat mereka lelah karna terus berlari.
"Kenapa kau mengejarku?"
"Apa maksudmu mengirim pesan pada Devan menggunakan namaku?"
"Aku hanya membantumu ... Bukannya kau menyukai Devan, dan ingin bertanya dimana Devan melanjutkan sekolahnya" jawab Tania sambil menjulurkan lidahnya.
Darah Vania mendidih mendengar ucapan kembaranya. Vania menyukai temen sekelasnya yang bernama Devan, dan Tania mengetahuinya karna memergoki Vania menyimpan foto Devan didompetnya. Tentu saja itu hal menarik untuk jadi bahan mengerjai kakanya.
"Kau!" hardik Vania. Kemudian dia berlari lagi mengejar Tania. "Tania, akan ku adukan kau pada papih jika kau pernah hampir pingsan karna memakan baso yang sangat pedas!" teriak Vania sambil berlari.
Seketika Tania menghentikan larinya dan memandang Vania yang tengah ngos-ngosan karna berlari.
"Coba saja adukan, aku juga akan mengadukan mu pada papih bahwa kau juga pernah mengajak ku membolos saat akan les piano," balas Tania tak kalah sengit.
Kemudian Vania berlari lagi mengejar Tania yang sudah melarikan diri terlebih dahulu.
"Apa yang kalian lakukan?!" teriak Lila saat masuk kedalam rumah dan melihat Vania dan Tania sedang bermain kejar-kejaran.
"Kak, tolong aku ... Nenek sihir itu mengejarku," ucap Tania yang bersembunyi dibelakang tubuh Lila.
"Ka, dia sudah kurang ajar terhadapku," sahut Vania yang baru menghentikan larinya.
lila memutar bola matanya jengah, dia sudah terbiasa melihat kelakuan kedua adiknya. "Apa kalian mau kaka adukan pada papih, dan papih memotong uang jajan kalian?" ucap Lila. Ya mereka selalu takut jika uang jajan mereka dipotong oleh Bram.
Mendengar ucapan Kakanya, Tania langsung mengedipkan mata pada Vania. Hanya mereka yang tau arti kedipan itu. Jika mereka sudah diancam menggunakan uang jajan yang akan dipotong, mereka akan pura-pura berdamai dan akan melanjutkan pertarungan mereka didalam kamar.
"Baiklah, Vania maafkan aku," ucap Tania sambil menyalurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Vania.
"Baiklah, maafkan aku juga," balas Vania dengan menerima uluran tangan Tania, dan mencengkaram tangan Tania dengan keras. "Ayo kita kekamar!" ajak Vania, dia akan membalas kelakuan adiknya didalam kamar.
Lila juga sudah tau trik mereka, tapi dia hanya membiarkannya karna sekalipun mereka diceramahi, mereka akan terus mengulanginya.
Sesudah kedua adiknya naik, Lila menghampiri Aysel didapur, sedangkan Aska masih berada diluar rumah. "Momma!" panggil Lila yang memeluk Aysel dari belakang.
Aysel tersenyum. "Lila, kau tau momma sangat mengkhawatirkanmu, kau pasti tidak makan dengan benar selama dua hari tidak pulang," ucap Aysel.
"Momma, aku makan dengan teratur, poppa menjemput ku secara paksa tadi."
"Dan jika kau masih menuruti Dokter yang semena mena memerintahmu, momma sendiri yang akan menjemputmu," ucap Aysel sambil terkekeh.
Ya itulah Aska dan Aysel. Tidak pernah membedakan cucu-cucu mereka, justu mereka lebih mengawasi Lila karna lila sudah mulai didekati banyak pria.
"Momma."
"Ya, sayang."
••••
"Momma!"
"Ya, sayang."
"Em ... aku ..." Lila melepaskan pelukannya dan menatap Aysel. "Momma, bisakah momma membujuk mamih agar mengijinkan ku untuk tinggal diapartemen dekat rumah sakit, terlalu jauh untuk ku jika pulang kerumah," ucap Lila penuh harap.
Aysel menghentikan aktivitas tangannya yang sedang memotong sayuran. "Kau lelah jika harus pulang kerumah?" tanya Aysel.
Lila pun mengangguk.
"Kalau begitu kau bisa berhenti menjadi Dokter dan belajar memimpin Rose fashion."
Lila cemberut mendengar jawaban Aysel, ya memang jika rumah sakit tempatnya bekerja dan rumahnya terlalu jauh hingga terkadang dia terlalu lelah untuk pulang kerumah.
Aysel memcubit pipi Lila. "Momma tak mau mendengarnya lagi, berhenti merengek untuk tinggal sendiri, karna momma tak akan mengijinkannya."
"Baiklah momma, aku menyerah," balas Lila sambil tersenyum. "Momaa, aku ingin ber'istirahat."
"Ya, naiklah. kau tak boleh tertidur karna sebentar lagi akan maghrib."
"Baiklah momma."
•••••••
Korea.
"Sayang!" pangil Bram.
"Ya, papih?"
"Sepertinya kau sangat senang melihat anak kecil tadi?" tanya Bram saat mereka sedang berbaring setelah pergi menikmati cuaca di Korea.
Keinya yang sedang berbaring membelakangi Bram dan hampir memejamkan matanya langsung melihat kearah suaminya. "Ya, mereka sangat menggemaskan," ucap Keinya.
Bram terkekeh. "Anak-anak kita juga sangat menggemaskan."
"Aku tak menyangka anak-anak kita tumbuh begitu cepet, mereka bahkan sudah tak mau aku cium lagi," gerutu Keinya l.
Tanpa menjawab gerutuan Keinya, Bram malah merapikan rambut istrinya yang menutupi pipi Keinya. "Selama 15 tahun kita menikah, kau belum pernah meminta apa-apa, apa kau tak ingin memintanya sekarang?" tanya Bram. jika dipikir-pikir Keinya memang tak pernah menuntut Bram dengan keinginannya, memang apalagi yang Keinya butuhkan, Bram sudah menyiapkan semua yang terbaik untuk istrinya. Bahkan sebelum Keinya meminta sesuatu Bram selalu memberikannya tanpa Keinya minta.
Keinya tersenyum jail. "Ijinkan aku membuka alat kontrasepsi ku, dan kita bisa memiliki anak satu lagi," ucap Keinya.
"Aku tak akan pernah mengabulkannya," jawab Bram. sambil mencubit pipi istrinya. Lalu, Bram membawa Keinya kedala pelukannya. "Selama ini kau pasti lelah mengurus tiga anak bersamaan, dari dulu kau selalu menolak memakai pengasuh, kau menyiapkan semua keperluan anak-anak kita seorang diri. Dan aku tak mau lagi melihatmu kesakitan karna kembali mengandung."
keinya tersenyum dalam pelukan suaminya. Setiap kali dia meminta ijin untuk melepaskan alat kontrasepsinya Bram akan menjawab dengan kata-kata yang sama.
"Aku jadi merindukan anak-anak," lirih Keinya.
"Apa Lila sudah pulang?"
"Ya. mommy bilang Lila sudah pulang, daddy menjemputnya tadi," Jawab Keinya. matanya berkaca-kaca ketika mengingat Lila.
"Papih?"
"Ya sayang?"
"Apa kau masih menyuruh orang untuk mengawasi mereka?"
"Tentu sayang, berhentilah mengkhawatirkannya."
"Papih, pastikan mereka tak bertemu dengan Lila dan memberi tahu Lila yang sebenarnya ... Aku takan sanggup jika aku harus kehilangan Lila, Lila adalah putriku sampai kapan pun dia tetap putriku, tak akan ada yang bisa mengambilnya dariku," ucap Keinya dengan terisak. Ingatannya berputar pada beberapa tahun lalu dimana saat itu Tya berencana bertemu Lila dan akan membawa Lila ke Malaysia. Dan untung saja saat itu Lila sedang kuliah hingga tak bertemu dengan Tya.
Naluri Keinya sebagai seorang ibu langsung menyuruhnya melawan Tya. Saat Tya datang tanpa tau malu, Keinya langsung menyerahkan bukti-bukti kejahatan Tya. Keinya mengancam akan melaporkan Tya ke polisi jika dia mengganggu Lila. Sampai kapan pun Lila adalah putrinya.
Keinya langsung meminta Bram mengawasi Tya, tujuannya hanya satu, dia tak ingin Tya bertemu Lila, jadi jika Tya berniat bertemu Lila kembali Keinya bisa tau dan mencegah Tya bertemu dengan Lila.
Memang jika orang tak tau kebenarannya yang sesungguhnya akan menganggap Keinya egois karna memisahkan Anak dan ibu kandungnya, tapi faktanya memang Tya lah yang tak pantas disebut ibu. Perlakuan Tya dimasa lalu pada Lila sangat buruk hingga menorehkan luka yang teramat dalam pada Lila yang kini sudah dewasa.
"Sayang, kapan Raffael akan pulang?" tanya Bram mengalihkan pembicaraan agar Keinya berhenti menangis.
"Sepertinya ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
guntur 1609
aku lupa sma kisah bram....sory ya thor. saking banyaknya novel ya di baca jadi lupa. tapi aku yakin ceritamu ni pasti sangat bagus
2024-07-24
0
Ilyloveme
uhuk kode
2022-06-14
1
Ilyloveme
😂😂😂
2022-06-14
0