Saat Lila berlari meninggalkannya, Gio hanya duduk bingung karna Lila tiba-tiba pergi, cukup lama dia duduk, akhirnya dia memutuskan untuk menyusul Lila keluar.
Betapa terkejutnya Goi, saat melihat Raffael menyudutkan Lila ke ding-ding, Gio mengepalkan tangannya karna mendengar Raffael menghina Lila.
Gio pun maju dan Bughh, satu pukulan langsung menuncur dipipi Raffael, hingga Raffael hampir terjatuh.
Gio pun maju ke arah Raffael dan memegang kerah baju Raffael. "Ber"" engsek, berani lu hina pacar gue Raffael." tatapan Gio memancarkan aura kemarahan.
Raffael pun sama dia juga memegang kerah baju Gio, dia juga terbawa emosi karna Gio menghajarnya, dan dia kembali emosi karna mendengar Gio menyebut Lila sebagai kekasihnya.
Mereka sama-sama memandang dengan tatapan permusuhan, pertemanan yang mereka bangungl dari kecil kini hilang digantikan dengan mata yang penuh dengan amarah.
"Gue, saranin sebagai temen lu, jauhin dia sebelum dia morotin harta keluarga lu," ucap Raffael.
Nyut ....
Nyut ....
Nyut ...
Hati Lila merasakan sakit yang teramat karna ucapan Raffael, dia tak mengerti apa yang sedang terjadi dengan Raffael, dan apa yang diucapkan oleh Raffael. Dia tak sanggup lagi mendengar ucapan Raffael.
Lila berbalik dan melangkahkan kakinya untuk keruangannya, dia meninggalkan Gio dan Raffael yang masih dalam posisi sama.
Dia berjalan dengan menangis sesegukan, merasakan sakit karna ucapan Raffael, lelaki yang amat dicintainya. Untung saja ruangan Lila diujung serta rumah sakit sudah sepi hingga tak ada yang melihat apa yang terjadi, antara Gio, Lila, dan Raffael.
Gio menoleh kebelakang untuk melihat Lila, dia melepaskan cengkramannya pada kerah Raffael karna melihat Lila berjalan pergi.
"Gue, ga akan maafin lu kalau sampai lu ganggu lagi pacar gue!" ucap Gio penuh penekanan, dia langsung meninggalkan Raffael untuk menyusul Lila.
Raffael langsung merapikan bajunya dan berjalan untuk keluar dari rumah sakit, dia berjalan sembari mengepalkan tangannya.
Setelah Lila masuk, dia langsung duduk disofa, dia menelusupkan wajahnya dikedua tangannya sembari menangis sesegukan.
Gio pun langsung duduk disebelah Lila, dan mengusap lembut bahu Lila. "Lila!" panggil Gio dengan lirih.
Lila pun memandang Gio. "Gio, hiks ... hikss ... Apa aku terlihat murahan dimatamu?" tanya Lila dengan berlinang ait mata.
Gio langsung membawa Lila kepelukannya, "Ti-tidak Lila, kau sangat berharga dimataku, kau wanita yang sempurna dimataku." Gio mengelus rambut Lila.
Mendengar ucapan Gio yang menenangkan, Lila melepaskan pelukannya, dan menatap Gio. "Gio, apa kau akan meninggalkan ku seperti mamih Tya?" tanya Lila dengan berderai air mata. Ya begitulah sisi terlalemah Lila, dia selalu ketakutan jika orang terdekatnya meninggalkannya dan membuangnya.
Gio mengelap air mata Lila, dia mengecup kening Lila dengan penuh kasih sayang. "Aku takan pernah meninggalkan mu, aku akan tetap ada disisimu."
"Te-terimakasih Gio." Lila kembali memeluk Gio dan mengis sesegukan di pelukan Gio.
Sedangkan Raffael. Lelaki tampan itu nampaknya menjadi semakin frustasi karna melihat Gio dan Lila berciuman. Hasutan Riana, rasa cemburunya membuat emosinya semakin meledak. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke Club.
•••••
Setelah Gio mengantarnya pulang ke rumah Aysel, Lila langsung masuk kekamarnya. Lila, Vania dan Tania memang punya kamar masing-masih dirumah Aysel.
Dia beruasah mati-matian untuk menghindari moma dan popanya serta kedua adiknya karna kondisi Lila yang kacau serta mata yang bengkak karna terlalu banyak menangis.
Pukul sebelas malam, Lila masih terjaga, baru saja dia akan merebahkan dirinya dikasur, teleponnya berbunyi. Betapa kagetnya dia saat mendengar bahwa Raffael sedang mengamuk di Club. Tanpa pikir panjang Lila langsung menyusul Raffael dam meminta supir mengantarkannya.
Dan tak lama dia dan supirnya tiba di Club. Lila tidak masuk kedalam Club, hanya supirnya saja yang masuk, dan tak lama supirnya membopong Raffael yang sepertinya sedang benar-benar mabuk berat.
Raffael didukan oleh supir dibelakang, dan Lila duduk didepan bahkan Lila sungguh enggan menatap Raffael.
"Maaf non, saya harus membawa tuan Raffael kemana?" tanya supir setelah mobil melaju.
Lila menghela napasnya, Dia tak mungkin membawa Raffael kerumah popa dan momanya karna kondisi Raffael sedang dalam kondisi kacau, akhirnya dia memutuskan membawa Raffael kerumah mamih papihnya. "Bawa saja kerumah mamih Pak, dan tolong bawa dia kekamar dekat lorong."
"Baik, non."
Tak lama mereka pun sampai, supir memapah Raffael kedalam rumah dan membawanya kekamar, diikuti Lila dibelakangnya.
"Non, ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya supir tersebut saat sudah membaringkan Raffael.
"Tidak ada pak, tolong nanti kunci semua pintu karna saya akan menginap dirumah moma."
"Baik non." supir pun keluar.
Lila menghela napas melihat keadaan Raffael yang kacau, sebelum keluar, dia melepaskan kedua sepatu Raffael, saat dia akan melepaskan jam tangan Raffael, tangannya dicekal oleh Raffael. dan dengan sekali gerakan Raffael menggulingkan Lila kekasur dan menindihnya serta membekap mulut Lila yang akan berteriak.
Malam itu, Lila kehilangan apa yang dijaganya selama ini, malam yang sangat pilu bagi Lila, dan dengan teganya Raffael melakukannya secara paksa dan tak memperdulika Lila yang memohon agar Raffael melepaskannya.
Raffael.
Setelah keluar dari rumah sakit, Raffael langsung melajukan mobilnya menuju Club.
Sampai diClub, dia memesan satu ruangan pribadi dan memesan minuman ber'alkohol serta meminta beberapa wanita menemaninya.
Raffael lelaki normal, tentu saja dalam kondisi yang mabuk dia tergoda. Tapi saat akan menyentuh salah satu wanita, tiba-tiba melintas wajah Lila diotaknya.
Saat dia akan kembali menyentuh wanita untuk yang kedua kalinya, bayangan Lila muncul lagi. Karna kesal, dia menendang meja yang ada didepannya dan membuat wanita yang sedang bersamanya kaget.
Sesuatu melintas diotak Raffael, dia langsung keluar dan mencari pelayan agar menelpon Lila.
Saat Lila dan supir menjemputnya, Raffael tersenyum senang karna ternyata Lila membawa Raffael kerumah kakanya, dan Raffael tau bahwa kakanya sedang pergi, dan para pembantu juga sudah kembali ke paviliun dibelakang rumah kakanya.
Saat Lila melapaskan jam tangan Raffael, Raffael langsung mencekal tangan Lila, dan menggulingkannya secara perlahan serta langsung membekap mulut Lila yang akan berteriak.
Lila hanya bisa pasrah dan menangis saat lelaki yang dicintainya tega berbuat keji padanya serta mengatakan lagi hal yang sangat menyakitkan.
Setelah Raffael selesai melakukan hal bejatnya, dia bangkit tubuh Lila dan memakai pakaiannya kembali, Sebelum dia melangkahkan kakinya dia mengancam Lila agar tidak mengadukan perbuatannya pada siapapun, dengan sisa tenaga yang ada Lila berusaha bangkit dari tidurnya dan berusaha menghampiri Raffael.
"Raffael, kau harus bertanggung jawab!" teriak Lila emosi.
Raffael langsung melangkahkan kakinya dan menghampiri Lila, dia mencengkram pipi Lila dengan kasar. "Aku, kenapa aku harus bertanggung jawab, bukankah ini tujuanmu menggodaku, sekarang kau tak ada bedanya dengan ibumu yang sama-sama menjadi wanita murahan ... Dan jika saja kau berani membocorkan ini, kau harus ingat ancaman ku tidak main-main." Raffael melepaskan cengkramannya dengan kasar dan meninggalkan Lila, tapi kemudian dia berbalik lagi dan menatap Lila, "Jangan pernah muncul dihadapanku lagi, apalagi sampai kau mengaku hamil, dan jika kau hamil, aku ingin kau menggugurkan kanduganmu, atau aku sendiri yang akan menggugurkannya," Raffael langsung pergi meninggalkan Lila yang diam mematung.
Seketika tubuh Lila merosot kelantai, "Hiks ...Hikss, ya allah, apa salahku," ucap Lila sambil memukul-mukul dadanya karna merasa sesak yang amat pedih..
Tania.
Ketika Bram dan Keinya menyuruh Tania dan Vania menginap dirumah momanya, kedua gadis kembar itu menangguk, tapi dalam hati Tania dia merencanakan sesuatu. Vania dan Tania memang sudah dirumah Aysel sejak sore, namun saat pukul 9 malam, dia mengendap-ngendap pergi kerumahnya agar tidak tertangkap oleh Vania, apalagi yang dia rencakan kalau bukan akan memesan junkfood dan memakannya sendiri karna enggan berbagi dengan Vania.
Saat Raffael dibopong oleh supir, Tania sedang berada didapur, jadi memang dia tau bahwa omnya memang sedang mabuk, tapi dia memutuskan untuk tidak ikut campur karna melihat kakanya yang mengikuti omnya yang sedang dibopong oleh supir. Setelah cukup lama dia berdiam dikamar, dia memutuskan untuk pergi kekamar Lila, namun dia tak menemukan kakanya dikamarnya, hingga dia memutuskan untuk melihat kekamar tempat Raffael dibaringkan. Dan betapa terkejutnya dia saat mendengar ucapan Raffael, dan ancaman Raffael terhadap kakanya, kakinya bergetar dia tak menyangka jika omnya melakukan hal bejat pada kakanya. Seandainya Tania datang lebih cepat mungkin dia bisa menyelamtkan kakanya.
Saat Raffael akan keluar, dia berlari bersembunyi dipojok yang terhalang oleh lemari kaca. Dan setelah Raffael masuk kedalam Lift barulah dia berani untuk masuk kekamar dan mengahampiri Lila.
Lutun Tania melemas ketika melihat kakanya dalak kondisi kacau serta pakaian yang juga sudah robek. "Kaka!" lirih Tania dengan terisak karna melihat kondisi Lila.
Lila menoleh kebelakang betapa kaget nya dia melihat Tania. "Tania!" ucap Lila dengan masih berlinang air mata.
Lalu tania berlari kearah kasur untuk mengambil selimut dan membalut tubuh Lila dengan selimut, lalu dia ikut duduk dilantai.
"Kakak."
"Tania."
ucap mereka berbarengan, kemudia Lila memeluk adiknya yang juga tengah menangis.
"Maafkan aku kak, maafkan aku, seharusnya aku datang lebih cepat untuk menyelamatkanmu," ucap Tania dengan terisak dipelukan Lila.
Mereka berdua berpelukan sambil menangis tersedu-sedu.
Asli aku nangis waktu ngetik part ini. Raffael ga ada ahlak emang😡😡
"Kaka, Hiks ... Hikss." Tania terus terisak dipelukan Lila, begitu pun Lila, dia juga menangis tersedu-sedu.
Tania melepaskan pelukannya, dan menatap Lila, "Kaka, dia tidak bisa dibiarkan, popa dan momma harus mengetahui perbuatannya" ucap Tania, kemudian bangkit dari duduknya.
Lila menarik kembali tangan Tania dan menyuruh Tania untuk kembali duduk. Dia menangkup pipi Tania. "Tania dengarkan kaka, jangan pernah membicarakan ini pada siapapun, biar kaka yang menanggung semua."
Mendengar ucapan kakanya Tania lebih mengencangkan tangisannya, "Ka, kenapa kaka harus menanggung semuanya, dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat," ucap Tania dengan emosi.
Lila mencoba tenang, kemudia dia menggapus airmata Tania. "Tania kau dengarkan ancaman yang diucapkan Raffael, jika kita mengadukannya dia akan menyebarkannya dan memutar balikan fakta, dan itu pasti akan berimbas pada nama baik papih dan mamih, tolong kaka Tania, biar kaka yang menanggung semua, kaka tak ingin mamih dan papih harus terkena masalah," ucap Lila menenangkan Tania. padahal jelas-jelas dia yang sedang terguncang disini, tapi itulah Lila dengan sejuta ketegarannya, dan ancaman Raffael benar-benar membuat Lila dan Tania tak berkutik.
(ancaman Raffael akan dibahas nanti ya.)
"Lalu kita harus bagaimana kak?" tanya Tania.
Lila kembali memeluk Tania. "Maafkan kaka Tania, maafkan kaka, karna malah membawamu dalam masalah kaka." Dalam goncangan hebat pun dia masih memikirkan prasaan adiknya. Semenjak dia tau bahwa Bram bukan ayah kandungnya dia selalu menjaga sikap dimanapun dia berada karna tak ingin membuat nama Keinya dan Bram jelek jika dia membuat masalah. Dan pasti alasannya karna dia selalu takut dibuang.
Raffael menggunakan nama Bram dan Keinya untuk mengancam Lila, karna Raffael tau itulah kelemahan terbesar Lila.
"Berjanjilah Tania, jangan pernah menceritakan ini pada siapapun, lupakan semua yang kau lihat dan kau dengar malam ini, biar kaka yang menanggung semua," ucap Lila dengan berderai air mata.
Tania kembali menatap Lila.
"Katakan pada kaka, kau akan berjanji merahasiakan ini!" titah Lila.
Tania meng'iakan keinginan Lila, karna memang dia sendiri mendengar ucapan Raffael yang mengancam.
"Sekarang, tolong bereskan seprainya, dan bantu kaka pergi kekamar kaka."
Tania pun dengan segera bangkit dan melakukan perintah Lila sambil berderai air mata.
Raffael.
Setelah dia keluar dari rumah kakanya, dia langsung kembali kerumahnya, karna memang hari sudah larut jadi takan ada yang memergokinya.
Setelah dia masuk kekamarnya, hatinya terasa hampa karna menyakiti wanita yang dicintainya, dia menyesal sangat menyesal.
Apalagi mengetahui bahwa la dia yang pertama bagi Lila, tapi mungkin saja pengarul alkohol serta rasa cemburu yang membuat Raffael bisa melakukan perbuatan bejatnya, bahkan sangking paniknya karna takut Lila akan mengadukan perbuatannya, Raffael terpaksa harus mengancam Lila dengan hal yang selama ini ditakuti Lila.
Mungkin saja, jika Aska tidak meliburkan anak buahnya, dia bisa mencegah Raffael berbuat nekat. Bukan tanpa alasan Aska memberi libur pada anak buahnya selama seminggu. karna besok Aska menugaskan kembali Raffael ke Rusia walau Raffael baru beberapa hari di Indonesia, tujuannya apalagi jika bukan menjauhkan kembali Rafael dan Riana, Aska berpikir akan mudah baginya memisahkan Raffael dan Rianan jika Raffael tak berada di Indonesia.
"Tania, jangan pergi! temani kaka disini," ucap Lila setelah mereka ada dikamar Lila.
"Aku tak akan kemana-mana kak." Tania ikut merebahkan dirinya disebelah Lila.
mereka pun saling menangis dalam diam kemudian mereka terlelap.
Saat subuh, Tania terbangun karna gerakan tubuh Lila, betapa kagetnya Tania melihat tubuh Lila yang pucat dan mengigil.
Tania mencoba menepuk-nepuk pipi Lila, namun Lila sama sekali tak menyaut dan membuka matanya.
Dengan panik dia langsung turun dan keluar dari kamar Lila untuk memanggil moma dan popanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Ketawang
😭😭😭😭😭
2024-01-27
0
kok ada ya orang kayak gini.. kata nya cinta tapi kok malah nyakitin orang yang di cinta i,,
2023-08-28
0
Ismu Srifah
aq baca berkali kali juga masih nangis thor
2023-07-27
0