Kini Ailin berada didalam ruangan dokter Jefri ya itu adalah Dokter yang merawat kondisi Lani. "Dokter jefri bukankah anda bilang biyaya berobat hanya sampai sekian juta setiap bulannya?" Tanya Ailin pada dokter Jefri.
"Biyaya tersebut bisa naik dan turun setiap bulannya tergantung kondisi dan obat yang di perlukan pasien." Jawab dokter Jefri dengan menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya.
"Lalu bagaimana kondisi Bibi saya Dok?" Tanya Ailin dengan wajah kelihatan begitu cemas.
"Kondisinya masih sangat kritis karna sakit jantung ya sudah parah hingga sulit menerima suntikan obat!" Sahut dokter Jefri dengan menarik kembali punggungnya dari kursi. "tapi saya akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyonya Lani." imbuh dokter Jefri sembari menyungingkan senyumannya.
"Baikalh dokter'saya pamit pulang dulu jika ada perkembangan tolong anda hubungi saya" Kata Ailin sembari beranjak berdiri dari posisi duduknya.
"Baik Nona Ailin" Sahut dokter Jefri singkat sembari mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Ailin. Ailin pun segera menyambut hangat uluran tangan itu.
Selesai bicara Ailin segera pergi dan masuk kembali kedalam mobil yang dikemudikan oleh Pak Ray.
Namun tak lama setelah mobil Ailin pergi meninggalkan rumah sakit itu. Mobil Wenda terlihat memasuki halaman rumah sakit itu, Ya Wenda pasti datang juga untuk menjenguk keadaan Lani. Karna Wenda sudah membuat janji ditelpon jadi dia langsung masuk kedalam ruangan dokter Jefri.
Ruang dokter Jefri!
"Dokter bagaimana kondisi Bibi Ailin" Tanya Wenda sembari mendudukkan tubuhnya dikursi setelah menjabat tangan dokter Jefri.
"Kondisinya sangat buruk bahkan kemungkinan untuk sembuh hanya satu persen, tapi Nona Ailin tidak mau menyerah entah dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu! Hanya dalam beberapa hari saja," Jelas dokter Jefri pada Wenda sembari ikut mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya.
Sangat terlihat raut wajah sedih yang terpancar dari wajah Wanda, "Kasihan sekali gadis malang itu, bahkan dia tak mau menerima bantuan ku." ucap Wanda pada dokter Jefri. "Dokter jangan sampai Ailin tau jika saya yang membantu sebagian biyaya rumah sakit Bibinya. Dan bisakah anda mengantar saya untuk menjenguk Lani?" Pinta Wenda sembari menarik tubuhnya dari kursi tersebut.
"Tentu saja akan saya antar. Anda tenang saja nyonya saya akan merahasiakan bantuan anda," sahut dokter Jefri sembari mengantar Wanda menuju ruang Lani dirawat.
Jefri membuka pintu tempat Lani dirawat dan dia segera mempersilahkan Nyonya Wenda untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Wenda memandang Lani dengan tatapan sendu hatinya seakan pilu melihat banyaknya alat medis yang tertancap di tubuh wanita seumurannya itu. Wenda tak bisa membayangkan seberapa sakitnya menjadi Lani yang tertidur untuk waktu yang belum bisa diperkirakan itu.
Mendudukkan tubuhnya di kursi, "nyonya anda sangat beruntung memiliki ponakan seperti Ailin, dia bahkan berkerja keras untuk membiyayahi pengobatan anda, jadi cepatlah sembuh." kata Wenda sembari mengusap pelan tangan Lani yang terasa sangatlah lemas dan dingin bagaimana es. Selesai bicara Wenda sege melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Setelah pintu ruangan itu tertutup Wenda menghentikan langkahnya dan menatap kearah dokter Jefri
"Dokter saya pamit dulu "
"Baik nyonya Wenda, hati-hati dijalan " Sahut dokter Jefri sembari membungkukan badanya.
_ _ _ _
"Tuan setelah ini kita mau ke mana" Tanya Ailin pada Pak Ray.
Melihat dari balik kaca spion, "Kita mau pulang ke rumah Tuan muda, kemarin Tuan muda sudah membeli villa dia bilang villa tersebut akan di tempati bersama Nona Ailin!"
"Baiklah!" Sahut Ailin singkat.
Tak lama kemudian mobil yang dikemudikan oleh Pak Ray mulai memasuki halaman villa yang berlantaikan dua ya bukan rumah yang besar jika menurut Radja. Tapi menurut Ailin itu adalah rumah yang sangatlah mewah dan begitu megah dari pada rumah yang dia tempati sebelumnya.A
"Wah! Rumahnya bagus sekali' berdindingkan kaca, aku sangat suka rumah sederhana dan dengan kebun bunga yang indah. Bahkan udara di sini seperti perdesa'an belum tercemar polusi" ucap Ailin yang mengagumi rumah yang akan dia tempati itu.
"Nona Ailin di sini memang masih jarang di padati penduduk dan juga tak sebarapa jauh dari tempat kerja anda dan hanya berjarak setengah jam saja " ucap Pak Ray Menjelaskan pada Ailin.
"Pak Ray, katakan pada Radja saya tidak memerlukan pembantu, karna saya akan mengurus kebutuhan rumah sendiri " Pinta Ailin dengan tak menoleh.
"Baik Nona, Tuan sudah menyiapkan baju dan keperluan anda didalam jadi anda tidak perlu membawa apapun dari rumah lama anda." Jelas Pak Ray.
"Baiklah aku akan masuk sendiri dan anda boleh pergi " Setelah mendengar ucapan Ailin, Pak Ray kembali masuk kedalam mobil dan meninggalkan Ailin sendirian.
"Dulu aku sangat menginginkan pernikahan yang sederhana bersama orang yang aku cintai, tak kusangka aku malah terjebak pernikahan kontrak dengan iblis sepertinya," Gumam Ailin sembari menjatuhkan tubunya di sofa yang ada diruang tamu rumah tersebut.
tanpa di sadari air mata menetes bergantian membasahi pipi Ailin, jika saja Bi Lani tidak sakit maka dia akan memeluk ku sembari berkata, Bibi tidak akan meningalkan mu dan Bibi tidak akan membuat Ailin merasa kesepian! Tapi kini perhatian dan rasa hangat itu pun se'akan mulai samar samar ya Bi Lani terbaring lemah di ranjang dingin rumah sakit dan aku harus berkerja keras demi kesembuhannya. Gumam Ailin sesenggukan. sembari menyemangati dirinya sendiri.
"Heiiiii. . hentikan tangis mu dan cepatlah bereskan barang barang mu!" ucapan Radja dari arah belakang dan membuyarkan kesedihan Ailin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Yenny Mok
nanya serius thor, cerita yg sdh di tayang gini ngak bs diedit lg ya? sayang aja thor, ceritanya bagus. kalau msh bs di edit saya rasa byk pembaca yg mau bantu perbaiki typo2nya
2021-12-31
0
Aini Malika
suka. ceritax beda sm yg lain....
2021-03-21
0
Sri Widjiastuti
bahasanya ato alurnya ya? rada bingung. klu cerita sih lumayan thor... kemasan nya hrs lebih manis lg...
2021-02-01
4