Plap! Ailin mulia membuka matanya dan dia mengeryip ngeryipkan matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam kornea matanya. Ailin melihat kearah dinding kamarnya dilihatnya sudah pukul 06.00 Ailin bergegas masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya terlebih dulu.
Selesai membersihkan diri Ailin segera pergi kedapur karna biasanya kami sudah sibuk memasak sarapan pagi untuknya. Ailin berhenti dipintu dapur matanya menyapu isi ruangan tersebut dilihatnya dapur masih kosong, padahal jam segini biasanya masakan sudah siap diatas meja namun kali ini berbeda bahkan Lani tak terlihat didapur. Ailin segera berbalik arah dan dia melangkah kakinya menuju kamar Lani dengan langkah panjang.
Tok tok tok!
Ailin mengetuk pintu itu hingga beberapa kali namun masih saja tak ada jawaban dari dalam kamar tersebut! Ailin yang mulai merasa khawatir segera membuka pintu kamar Bibik nya itu. Beruntung kamar itu tak dikunci dari dalam, Ailin membuka pintu itu perlahan dan dia melihat Lani yang masih tidur pulas di ranjang, "Eh, apakah Bi Lani sakit? Tidak biasanya dia belum bangun di jam segini." ucap Ailin lirih sembari berjalan mendekati ranjang Lani. "Bi Lani apakah kau baik baik saja?" tanya Ailin sembari mengusap pelan tangan Lani.
Wajah Ailin tiba tiba berubah menjadi pucat pias saat memegang tangan Lani yang dingin seperti es, wajah Lani pucat dan sangat menghawatirkan kondisinya. Ailin menguncang-nguncang tubuh Lani dengan keras namun masih tak ada jawaban darinya. Lani masih tertidur lemas dengan tubuh lemas. Dan kristal bening mulai terlihat di pelupuk mata Ailin dia terlihat panik dan sangat ketakutan melihat kondisi Lani yang tak juga sadarkan diri.
Ailin berlari kencang menuju kamarnya dan air matanya semakin deras jatuh membasahi kedua pipinya! Ailin berjalan menuju nakas yang ada disamping ranjangnya dia menyambar kasar ponselnya, dengan tubuh gemetaran Ailin memegang ponsel ya hingga tak jarang dia salah pencet tombol yang ada dilayar ponselnya karna merasa gugup akan keadaan Lani.
Tak lama kemudian bunyi sirine ambulan mulai terdengar didepan rumahnya.
_ _ _ _
Lani sudah berada di ruang UGD rumah sakit umum yang ada di kota A. Ailin masih menagih tersedu-sedu didepan ruangan UGD itu mata Ailin tak hentinya menatap kearah pintu ruang itu, dia menunggu dokter yang memeriksa keadaan Lani keluar dan memberikannya kabar bahagia.
Dokter yang masih sangat muda dan ganteng, ya itu adalah dokter yang memeriksa keadaan Bibik nya. Ailin segera berjalan cepat menghampiri dokter tersebut, "Dokter, bagaimana keadaan Bibik saya? Dia baik baik saja kan," tanya Ailin dengan mata yang masih basah karna air matanya tak henti hentinya menetes membasahi kedua pipinya.
"Nyonya Lani menderita penyakit jantung stadium akhir. Dia harus menjalani berbagai macam pengobatan yang harganya tidaklah mudah!" Sahut Doni, dokter yang merawat Lani barusan.
Air mata Ailin jatuh semakin deras dan seakan tak ada habisnya, menyatuhkan tangan di depan wajahnya. "Dokter Doni, tolong sembuhkan Bibi saya. Dan saya akan mencari uang untuk biaya pengobatannya." ucap Ailin dengan wajah memelas.
"Biayanya bisa mencapai sekian juta satu bulan apa kamu sanggup?" Tanya dokter Doni sembari menatap Ailin dengan wajah ikut sedih akan kondisi wanita cantik yang kini berada dihadapan itu.
"Saya akan berusaha semampu saya, tapi tolong sembuhkan bibik saya!"
Tak lama kemudian ponsel Ailin mulai berdering dan dilihatnya nama Sani yang tertera dilayar ponselnya. Sani memberitahunya agar segera datang kekantor JISET karna CEO dari perusahaan itu ingin membahas masalah desain yang kemarin Ailin presentasikan. Ailin meminta Sani datang kerumah sakit untuk mengantikan ya menjaga Bibi nya. Sani pun mengiyakannya dan segera datang mengantikan Ailin menjaga Lani dirumah sakit.
Memeluk tubuh Ailin, "Hei kau harus tetap proposal jika dihadapan Pak Radja. Sebisa mungkin sembunyikan perasaan sedih mu jika dihadapannya!" ucap Sani sembari melepaskan pelukannya pada Ailin.
Memaksakan senyumanya, "Terimakasih Sani, aku akan segera berangkat ke kantor JISET! Tolong jaga Bi Lani," Pinta Ailin dengan nada suara masih sesengukan.
Tersenyum lembut, "Kamu ini bicara apa! Kita ini sahabat sudah seharusnya saling membantu." Sambung Sani.
Ailin lebih dulu pulang kerumahnya dan dia berganti pakaian kerjanya, dia sudah duduk didepan meja riasnya sebenarnya Ailin sangat malas merias wajahnya namun itu tetap harus dia lakukan agar wajahnya tak terlihat sedih tak begitu terlihat oleh orang lain. Ailin sudah siap dengan riasan wajahnya. Mata Ailin masih terlihat bengkak karna terlalu lama menangis.
Ailin keluar dari kamarnya dan terlihat taxi online sudah ada didepan rumahnya Ailin segera berjalan mendekati taxi terusan membuka pintunya. Beri saat kemudian taxi itu sudah berhenti tepat didepan halaman kantor JISET. Sebelum turun Ailin lebih dulu membayar harga taxi yang dia tumpangi tadi.
Ailin berlari kencang menuju ruangan CEO Radja, Ailin melihat kearah jam tangannya dan dia terkejut karna telat 5 menit dari jam pertemuan yang sudah ditentukan oleh CEO perusahaan itu.
Berhenti kasar didepan ruangan Radja dengan nafas putus putus karna terlalu kencang berlari. Ailin mengetuk pintu ruang tersebut sembari mencoba mengatur kembali nafasnya.
"Masuk!" Ucap suara yang ada didalam ruangan tersebut itu adalah suara Pak Andre Asisten Radja.
Ailin membuka pintu ruangan itu dengan perlahan, jantungnya berdetak sangat kencang karna dia tau jika Radja paling tidak suka orang yang tidak menghargai waktu. Ailin berdiri tepat di depan Radja. Ailin melihat Pak Andre yang menatapnya dengan tatapan sinis sangat terlihat jika asisten Radja itu tidaklah menyukai dirinya, karna sering membuat masalah dihadapan majikanya.
Menyandarkan punggungnya di kursi, "Kamu sama sekali tak pernah menghargai waktu Ailin! Kamu telat 5 menit, dan kamu orang pertama yang berani membuatku menunggu!" Teriak Radja dengan alis hampir menyatuh.
"Maafkan saya tuan tadi saya," Belum selesai Ailin bicara Radja segera memotong pembicaraan Ailin.
"Cukup! Aku tak ingin mendengar penjelasan mu yang tidak masuk akal!" Sambung Radja dengan wajah berapi-api. "Keluar dari ruangan ku sekarang!" Perintah Radja sembari melirik kearah asistennya yang berdiri persis disampingnya.
Pak Andre segera berjalan mendekati Ailin dan dia kini sudah memegang tangan Ailin, Andre sudah siap melempar tubuh kurus Ailin keluar ruangan CEO Tersebut.
Menepis kasar tangan Andre yang memegangi lengannya, "Maaf kan saya jika saya bersalah, Tolong berikan saya kesempatan." Rengek Ailin sembari menyatuhkan kedua tangannya memohon pengampunan dari CEO yang terkenal akan kekejamannya itu.
Andre kembali memegang tangan Ailin dan menyeretnya paksa keluar ruangan itu. Langkah Andre tiba tiba terhenti saat mendengar ucapan majikanya itu.
"Biarkan dia Dre!" Perintah Radja dan Andre segera melepaskan genggaman tangannya pada lengan Ailin perlahan.
Membungkukkan badannya, "Baik Tuan!" Ucap Andre sembari menarik tubuhnya. Andre berjalan mendekati Radja dan dia berdiri diposisi ya tadi.
"Duduklah!"
"Baik Pak Radja." Ucap Ailin singkat.
Menatap Ailin dengan intens, Ailin sudah duduk di kursi yang ada dihadapannya. "Wanita bodoh ini, beda seperti awal bertemu ! Kemarin dia terlihat begitu cantik dan mempesona tapi kenapa dia sekarang terlihat sedih dan matanya juga terlihat bengkak pasti dia habis menangis." Gumam Radja dalam hati yang mulai penasaran dengan apa yang terjadi pada Ailin hingga menyebabkan wanita yang duduk dihadapan ok itu datang terlambat.
Ailin segera mengeluarkan beberapa kertas yang ada di tas kerjanya.
1 jam kemudian. Ailin sudah selesai mengerjakan tugasnya dan dia segera membereskan peralatan kerjanya. Ailin terlihat sangatlah proposal walaupun dia sedang bersedih. Tanpa terasa air mata mulai menetes pelan dari pelupuk matanya dan jatuh perlahan membasahi pipinya. Ailin menundukkan pandangannya sembari tangannya menyeka air mata yang jatuh ke pipi kanannya. Radja melihat air mata Ailin jatuh namun dia diam saja.
Berdiri dari posisi duduknya. Membungkukkan badannya, "Saya permisi dulu Tuan." Ucap Ailin sembari memaksakan senyumannya. Radja hanya diam dan menatapnya dengan wajah datar.
Ailin sudah keluar dari ruangan Radja dan kini hanya ada Radja dan Andre didalam ruangan itu. "Tuan muda seperti Nona Ailin sedang ada masalah." ucap Andre pada Radja.
"Bukan urusanku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Shuhairi Nafsir
professional itu dilakukan didalam kerja. proposal tu mengajukan kertas kerja. .
bosan banget dengan sikapnya Alin. lemah lagi ego.
2023-01-06
0
Dewi Coryati
iya nih kenapa banyak typho yg bikin gak nyambung kalimatnya. 🤦🏻♀️
2022-01-07
0
Dara Manis
ho oh...bnyk bener tipo tor, profesional koq jd proposal.
2021-10-11
0