Ailin mengengam tangan Lani dengan lembut, satu tangannya lagi membelai lembut wajah Lani yang terlihat pucat dan terbaring tak berdaya. Hati Ailin seakan tersayat pisau jika melihat keadaan orang yang paling dia sayangi masih tidur dalam jangka waktu yang mungkin lama bahkan yang lebih buruknya lagi mungkin Lani tak akan pernah terbangun dari tidurnya. Ailin menitihkan air mata sembari berkata, "Bi, Lani jangan khawatir karna besok Ailin akan menikah dengan keluarga kaya! Jadi Ailin tak perlu berkerja keras untuk membiyayai pengobatan Bi Lani, cepatlah sembuh." Ailin bicara seakan dia sedang baik-baik saja namun kenyataannya dia memang tidaklah baik-baik saja.
Air mata Ailin mengalir sangatlah deras dan air mata itu seakan tidak ada habisnya. Dia harus berjuang keras demi biaya pengobatan Lani bahkan Ailin rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia cintai lebih tepatnya pria yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya. Tapi Ailin tetap harus menjalani pernikahan kontrak ini demi kesembuhan Lani, satu-satunya orang yang paling berarti baginya saat ini apapun rela Ailin lakukan asalkan Lani bisa sembuh.
Kasihan sekali Ailin dia pasti sangatlah trauma kehilangan kedua orangtuanya waktu dia masih kecil, hingga Ailin rela mengorbankan hidupnya demi kesembuhan Lani. Karna terlalu lama menangis Ailin sampai tertidur dengan posisi duduk. Pagi terlah tiba Ailin mulai mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terlihat bengkak karna terlalu lama menangis semalam.
"Hoaaa! Sudah pagi ternyata, aku harus bergegas ke kantor." Gumam Ailin lirih sembari menarik tubuhnya dari kursi. Ailin segera membersihkan dirinya didalam kamar mandi yang ada didalam ruangan Lani. Ailin sudah melepaskan semua pakaiannya dilihat pantulan wajahnya sangatlah berantakan didalam cermin. makeup Ailin luntur dan matanya bengkak wajahnya kelihatan kusam dan seperti kehilangan semangat hidupnya.
_ _ _ _
KANTOR EMPIRA.
"Ailin bagaimana dengan keadaan Bi, Lani?" Sapa Sani sembari berjalan beriringan masuk kedalam kantor.
"Bi, Lani masih belum sadar," Sahut Ailin singkat. Namun sangat jelas terlihat jika dia sangatlah sedih jika mengingat keadaan orang yang paling dia sayangi terbaring lemah di ranjang dingin rumah sakit.
"Kamu harus sabar menghadapi cobakan ini, aku akan selalu bersamamu." Ucap Sani menyemangati Ailin agar tak merasakan sendiri dalam kondisi sulit ini. "Ailin bagaimana dengan desain mu? Apakah CEO Radja menyukainya?" imbuh Sani sembari masuk kedalam ruangan kerjanya begitu juga dengan Ailin.
"Aku akan risain dari kantor secepatnya!" Balas Ailin sembari mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya, "aku sudah mengajukan surat pengunduran diri!" Ucapan Ailin sontak membuat Sani begitu terkejut.
Menarik kasar tubuhnya dari kursi kerjanya dan berjalan mendekati Ailin yang masih sibuk merapikan meja kerjanya. Berhenti samping Ailin, "Tapi kenapa kamu harus berhenti kerja, bukankah kamu butuh dana untuk pengobatan Bibi mu?" tanya Sani yang penasaran setelah mendengar ucapan Ailin tadi.
Beralih menatap Sani dengan tatapan sendu. "Aku akan pindah ke kantor JISET GROUP. Di sana ada lowongan sekertaris untuk CEO Radja. Gajinya pun lumayan." Jelas Ailin agar Sani tak terus menerus bertanya padanya.
"Hem! Kamu bisa deket dengan CEO Radja dong," Goda Sani sembari memainkan matanya pada Ailin dan setelah Ailin melihat mata Sani dia langsung bergidik geli.
Sani belum mengetahui jika Ailin akan menikah dengan Radja. Karna Ailin merasa itu tak perlu Sani ketahui karna Ailin tak ingin Sani ikut bersedih atas pernikahan kontrak yang akan berakhir hanya dalam hitungan tahun saja. Lebih lagi Ailin malu jika terus-menerus merepotkan Sani sahabat baiknya.
"Menghela nafas panjang, jangan terlalu berlebihan Sani! Itu hanyalah ada didalam pikiranmu saja!" Ailin balas meledek Sani dan terlihat senyum tipis di bibir manis Ailin.
telvon yang ada disamping Ailin tiba-tiba berbunyi dan Ailin segera menyambar gagang telvon itu dan segera menempelkannya di telinga kanannya. Ternyata itu adalah telvon dari Pak Hendri dia menyuruh Ailin segera datang kekantor ya. Selesai bicara Ailin segera menutup kembali telvon Tersebut dan beranjak menuju kantor Pak Hendri. Sedangkan Sani segera kembali ketempat kerjanya.
Kantor menejer.
Menatap Ailin dengan wajah datar, "Ailin apa kamu tidak ingin mempertimbangkan lagi? Tentang surat pengunduran diri mu?" Tanya Pak Hendri sembari mata masih menatap Ailin.
"Tidak pak!" Jawab dengan penuh keyakinan, "saya sudah memikirkanya dan saya tidak akan menyesali keputusan saya sekarang!"
" menghela nafas panjang, jika ada masalah atau ada orang yang menpersulit mu, kita bisa membicarakanya baik baik." Tanya Pak Hendri yang masih tak rela kehilangan Ailin jika mengingat jasa Ailin pada perusahaan EMPIRA.
"Tidak Pak, ini sudah keputusan saya dan saya tidak akan merubahnya!" Jawab Ailin dengan suart tegas dan penuh keyakinan.
Setelah berbincang lama akhirnya Pak Hendri menerima surat pengunduran diri Ailin, dan hari itu pun Ailin membereska. Peralatan kerjanya Ailin berpamitan pada Sani terlebih dahulu sebelum pergi meninggalkan kantor yang selama ini dia tempati bersama sahabat baiknya itu. Ailin pulang kerumahnya dengan mengunakan taxi online karna mobil yang biasanya dia gunakan sudah dia membalik.
Beberapa waktu kemudian Ailin sampai didepan rumahnya Ailin segera membayar taxi online itu sebelum dia turun. Ailin turun sembari membawa kardus berisikan peralatan kerjanya. Betapa terkejutnya Ailin begitu melihat calon suaminya tersebut sudah berdiri di pintu rumahnya.
Berlari kecil sembari menatap Radja yang kini sedang menatapnya juga, menghentikan langkahnya tepat di hadapan Radja, "Tuan Radja sedang apa anda di sini?" Sapa Ailin sembari mengerutkan dahinya.
Menjawab dengan wajah datar, "Tentu saja menunggu mu!" Jawab Radja singkat.
"Tapi maksut ku ada perlu apa tuan datang mencari ku?"
"Bisakah kau mempersilahkan ku masuk dulu! Rumah mu sangat jelek tapi kenapa sombong sekali tak menyuruhku masuk!" Celetuk Radja sembari menatap tajam Ailin.
Heii Tuan, kau bicara seolah-olah ini adalah rumahmu. Ingin sekali aku mengusir mu dari gubuk ku yang kumuh ini tapi sayangnya aku tidak berani hiks hiks. Gumam Ailin dalam hati.
Menatap Ailin dengan wajah merah padam karna merasa perintahnya diabaikan. "Apa yang sedang kamu pikirkan? Cepat buka pintunya!" Perintah Radja sembari menajamkan alisnya.
Setelah mendengar teriakkan Radja lamunan Ailin seketika buyar dan dia sampai tersentak kaget, "Baiklah Tuan Radja." Balas Ailin sembari menaruh kardus yang di bawanya, ketangan Radja. Karna Ailin mau membuka pintu rumahnya.
berani sekali wanita ini menyuruhku membawa barang rongsokan seperti ini! Gumam Radja dalam hati namun ketika Radja hendak membuang kardus yang sedang dia pegang. Radja segera menghentikan niatnya karena melihat foto kedua orangtua Ailin.
Setelah pintu terbuka Ailin segera masuk kedalam rumah begitu juga dengan Radja. Pria itu masih membawa kardus yang diberikan Ailin tadi dengan wajah kelihatan kecut seperti asam kandis.
Menatap kearah Radja yang terlihat kesal padanya, "Tuan tolong letakkan kardus itu di atas meja!" Ucap Ailin sembari menunjuk salah satu arah dengan jari telunjuknya.
"Huff! Dasar wanita kurang ajar, dia pintar sekali memancing emosi ku!" Gumam Radja sembari berjalan kearah meja yang Ailin tunjukkan tadi. Radja sedang membanting kardus tersebut di atas meja tersebut.
"Ehehe! Lucu juga muka Tuan Radja ini jika sedang marah," Cetus Ailin sembari menempiskan senyumanya.
Melirik kearah Ailin yang terlihat tersenyum, "Berani tertawa lagi! Tanggung sendiri akhibat!" ancam Radja karna merasa jengkel pada Ailin. Ailin segera memasang wajah kecut setelah mendengar ucapan Radja barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
AYU DANI
bagus critanya aku suka...
2021-03-22
0
Ummu Humairah
saran sj,,,seblm berani membuat novel, alangkah baiky belajar dl EYD & tata bhs yg benar,,,biar tdk diketawakan org
2021-01-24
0
Dede Sulastri
semangat ailin
2021-01-23
0