Sepanjang perjalanan semalam suntuk ini, gue dan 01 hanya saling diam, sampai pada suatu ketika, ternyata cewek misterius itu bisa bosan juga setelah pagi menjelang.
"Apa yang mendasari lo ikut Sentrifugal?" Tanyanya datar.
Gue yang sejak awal gak berusaha akrab dengan dia cuma menjawab ketus, "uangnya lah, apa lagi?"
"Uang kan bisa dicari, kenapa lo setol*l ini sampai ikutan Sentrifugal?"
Di sini gue makin sensi dengan pertanyaan 01 yang terdengar tanpa empati ini.
"Gue gak kayak lo yang iseng ikut ini, hidup gue kesulitan karena cari uang itu susah, makanya gue ikut Sentrifugal."
Dan sekarang suara dia terdengar makin tanpa dosa.
"Hmm, gak relate."
"Sialan, kalau gak relate mending diam."
"Hei, 10." Panggil 01.
"Apa?"
"Harusnya lo itu takut sama gue dan 02, tapi lo selalu berkali-kali muncul di hadapan kami. Gak sayang nyawa ya?" Tanya 01.
"Sama-sama makan nasi, kenapa takut." Jawab gue tegas. Tapi bohong, gue takut dengan mereka sebenarnya, ah sial.
"Gue gak pernah makan nasi." Lanjut katanya enteng.
"Wah, sialan juga si kaya ini."
"Gue kaget karena bukan cuma gue yang sadar kalau makanan kita dicampur obat tidur, jadi apa rencana lo?" Sekarang intonasi suara 01 mulai serius.
Gue pun ingin menjawabnya dengan serius, tetapi sebelum itu...
"Setelah gue kasih tau rencana gue, gue mau lo juga kasih tau apa rencana lo."
Tapi 01 menolak dengan angkuh.
"Hei, predator gak pernah buat kesepakatan dengan mangsa."
Sial, saat tiba-tiba lampu di kontainer meredup karena guncangan, kedua mata 01 menyala lagi mirip seperti malam itu, aura mengintimidasinya pun meluap.
Tapi gue gak mau kalau gak saling berbagi informasi, jadinya gue juga ikutan angkuh meski gemetar.
"G-gak mau." Ucap gue terbata-bata.
"Kelinci sialan."
...***...
Singkat cerita, kontainer berhenti bergetar yang menandakan bahwa kami sudah sampai.
"01, kita sudah sampai, pura-pura tidur lagi!" Kata gue mengingatkan.
"Gue tau, brengs*k." 01 masih marah soal tadi.
Tanpa memperdulikan 01, gue langsung kembali memejamkan mata.
Beberapa waktu berselang, kontainer sudah dibuka, dan tubuh gue juga Vivi segera dipindahkan ke lokasi permainan kedua. Suasana tempat baru ini lumayan unik, sayup-sayup terdengar suara semilir angin kencang yang menyapu dedaunan juga ranting-ranting pohon tinggi.
Cahaya matahari pagi menyinari wajah gue, kedua mata gue yang gak sepenuhnya tertutup jadi silau karenanya.
Eh...
Tu-tunggu... Ini hutan?
Lokasi kedua permainan adalah hutan?!
Sebelum gue mempertebal dugaan gue, tubuh kami sudah keburu dimasukkan ke dalam sebuah tenda kemah yang lumayan besar. Selepas menutup tenda, para prajurit pun pergi meninggalkan gue dan Vivi untuk pergi ke titik lokasi lain.
Gue pun menunggu suasana sepi, setelah yakin kalau mobil beserta iringan para prajurit pergi jauh, barulah gue bangkit dan memeriksa keadaan sekitar. Gue membuka tenda, dan melihat keadaan luar secara seksama, kepala gue menyoroti sekeliling... Sejauh apapun mata memandang, sudah dipastikan kalau tempat ini adalah seratus persen hutan.
Tenda gue dan Vivi dikelilingi pepohonan besar yang rindang dengan beberapa tapak jalan yang sepertinya sengaja dibuat.
Hal selanjutnya yang gue periksa adalah isi tenda, di sini gue gak kalah terkejutnya. Pasalnya isi di dalam tenda hanyalah kotak barang wajib kami, tanpa makanan seperti di Apartemen, tanpa baju ganti pula. Dan dari dalam tenda, terdapat surat yang berisi peraturan permainan kedua.
Gue membuka, dan membaca surat itu.
...×××...
...[GAME 02 / GLUTTONY / KERAKUSAN]...
...Selamat datang di Neraka Kerakusan, area ini adalah area yang paling cocok bagi para gladiator untuk saling memperebutkan sebuah hal yang selalu kalian anggap sepele di dunia nyata. Yaitu makanan. Akankah kalian sanggup hidup tanpa makanan? Ataukah kalian akan mengerahkan segenap jiwa kalian demi bisa makan?...
...Neraka Gluttony akan mengajarkan kepada kalian bahwa makanan itu bukan hal remeh yang bisa kalian buang jika kalian kenyang. Karena di sini, yang paling lapar adalah yang terkuat....
...×××...
...[RULES OF GLUTTONY]...
Tidak ada jatah makan bagi para pemain selama permainan berlangsung.
Kami sudah menyiapkan sebuah peta di surat kedua yang berisikan letak-letak 10 ransum yang tersebar di seluruh area hutan.
Jika bisa merebut lebih dari 2 ransum, maka player akan mendapatkan 1 poin, berlaku kelipatan.
Hutan akan dijaga oleh 10 harimau kelaparan yang siap menjadi saksi dari perjuangan kalian dalam mencari makan.
Player yang masih hidup hingga akhir permainan dan mendapatkan poin dari perebutan ransum dinyatakan lolos ke babak selanjutnya.
Durasi permainan ini adalah 7 hari.
...×××...
Setelah membaca isi peraturan permainan kedua, gue langsung lemas karena gue merasa ini terlalu sulit untuk dilakukan. Perbedaan level permainan ini dan permainan selanjutnya terlalu jauh.
Kami gak bisa lolos tanpa dapat poin, sementara jika kami pergi keluar, resikonya juga gak main-main, dan lagi... Kalau kami gak pergi untuk mencari ransum, belum habis seminggu kami bisa-bisa mati duluan karena lapar.
Sial, sial, sial!
Gue gak bisa mengatur napas karena terlalu panik, apalagi setelah gue membuka peta yang ada di balik surat, ternyata area hutan ini luas banget, dan letak ransum yang terdekat dari tenda kami itu bisa dibilang agak mengarah ke tengah-tengah hutan.
Lebih malangnya lagi, gue gak makan apa-apa semenjak perjamuan kemarin.
Dan pagi ini bisa dibilang tubuh gue butuh makan.
Satu-satunya hal yang bisa gue kunyah adalah permen karet yang gue bawa.
*Huft...
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, ini bukan kali pertamanya gue gak makan. Sejak kecil, gue udah dilatih buat hidup susah, kalau ada uang ya makan, kalau gak ada uang terpaksa puasa.
Gue menatap langit yang terhalang oleh rindangnya pepohonan.
Kalau saja hidup gue jauh, jauh, jauh lebih beruntung. Mungkin sekarang gue lagi hidup tenang, makan enak sambil merawat nyokap tanpa perlu harus terjun ke Neraka ini.
Tapi...
Hidup di luar sana kan juga mirip Neraka.
Apa bedanya?
"Ah, bangs*t, gue gak boleh banyak mengeluh sekarang. Untuk seminggu kedepan, gue dan Vivi harus kuat."
Gue kembali masuk ke dalam tenda, kemudian gue membangunkan Vivi perlahan-lahan. Gak lama, Vivi pun bangun dengan keadaan obat tidur yang masih berpengaruh.
"Maaf ya Vi, gue terpaksa bangunin lo lebih awal supaya kita bisa colong start." Gue menarik tangan Vivi agar dia bisa duduk dan sadar.
"Hmm? Kita di kamar?" Tanya Vivi yang masih berat matanya.
"Kita udah gak di Apartemen lagi, sekarang kita udah si area permainan kedua." Jawab gue.
Vivi mencoba agar cepat sadar, "serius? Area apa? Kenapa kita ada di dalam tenda?"
Gue pun membuka tenda, dan memperlihatkannya ke Vivi.
"Kita di hutan, Vi."
Vivi langsung sadar dari kantuknya, "serius?!"
Gue mengangguk mengiyakan pertanyaannya, "iya, dan level permainan ini jauh lebih susah dari permainan sebelumnya."
"Ayo, jelaskan ke gue detail permainannya." Pinta Vivi.
Gue pun menjelaskan secara rinci permainan kedua ini mulai dari peraturan, hingga peta, dan segala macam kemungikan buruk yang akan kami hadapi kedepannya.
Anehnya, ekspresi Vivi sama sekali gak gentar dan takut. Dia malah dipenuhi oleh rasa optimis yang tinggi.
"Oke paham, yuk bisa Ram! Kita sekarang harus colong start kan? Oke ayo." Katanya semangat.
Gue tertegun.
"Lo semangat banget."
Vivi mencengkram bahu gue kuat-kuat.
"Sebenernya gue gemetar, tapi buat sekarang ini yang kita perlukan itu bukan rasa takut, tapi percaya diri." Jawabnya mantap.
Dari ucapan Vivi, semangat gue pun turut membara.
"Ayo kita menangin lagi permainan kedua." Ucap gue penuh senyuman, Vivi pun membalas dengan senyumannya juga.
"Tapi Ram, sebelum itu..."
"Hm?"
Vivi mengeluarkan belatinya.
"Dress ini kepanjangan!"
Dan...
*ZRAAASH!
Vivi memangkas dressnya sampai pendek mirip rok.
Gue lagi-lagi cuma bisa terheran-heran.
"L-lo gak bakalan gatel apa kalau dipotong pendek begitu?" Tanya gue.
"Biar lari gue kencang, lawan kita kan gak cuma manusia sekarang, tapi harimau." Jawab Vivi.
"I-iya sih."
Kemudian setelah membawa beberapa barang seadanya, dan sebisanya, kami berdua pun bergegas untuk mencari ransum yang pertama. Berbekal nekat, dan kewaspadaan yang tinggi, kami yakin selama kami kompak, permainan ini akan cepat selesai.
"Lo siap, Vi."
"Siap, Ram."
Sentrifugal game kedua pun berlanjut mulai hari ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments