Hari pun berganti, setelah lampu telah menyala lagi, kami berempat sadar... Permainan pertama telah usai.
"Guys, hari ini kita harus cek keadaan di luar kamar." Ucap gue yang berdiri paling awal, disusul Vivi, Cindy, dan Baskara.
"Oke, Ram. Bas, gimana keadaan lo? Udah bisa banyak gerak?" Tanya Vivi. Cindy segera membantu Baskara untuk beranjak, tetapi rupanya Baskara sudah bisa bergerak bebas lagi. "Gue gak apa-apa, Cind." Ujar Baskara pada Cindy diselimuti sebuah senyuman tipis. Cindy, membalas senyuman itu, "syukur lah."
"Badan gue udah baikan guys, 02 sama sekali gak menyerang titik vital gue, aneh." Lanjut Baskara.
"Untung kamu sempat makan painkiller yang aku kasih, Bas."
Baskara langsung berusaha mengingat sesuatu, "serius Cind? Padahal gue gak sempat makan painkiller dari lo saking gak fokusnya."
Cindy mengangguk, "iya loh Bas, di mulut kamu ada 1 painkiller yang gak sempat tertelan, tapi udah larut di sana. Makanya kamu bisa nahan nyeri-nyeri di badan kamu."
Baskara yang merasa aneh berusaha mengingat-ngingat kembali pertarungannya dengan 02, "apa jangan-jangan..."
"Ada masalah, Bas?" Tanya gue.
Baskara tersadar, "ah, enggak Ram. Bukan hal penting."
"Oke, kalau gitu kita keluar ya, buat sementara kita tetap berombongan aja." Pimpin gue.
Dan kemudian keluarlah kami semua dari kamar.
Sepanjang perjalanan semuanya terasa biasa saja, suasana hening di tiap-tiap lorong, kamar yang rusak akibat beberapa pertarungan, di titik-titik tertentu juga ditemukan noda darah berceceran.
"Tujuan kita kemana?" Tanya Vivi.
"Kita ke lobby, gue rasa semua player akan kumpul disana dengan sendirinya."
...
Sesampainya di lobby, ternyata baru ada player 01, dan 02 yang sedang menunggu. Mereka tengah memandangi leaderboard poin permainan pertama, dan mereka menempati urutan pertama, disusul oleh kami, dan yang gugur adalah... 07, dan 08.
"Sial, kita masih ada kemungkinan berhadapan dengan 01, dan 02." Ucap Baskara.
Gue menghampiri 01.
"Hei Ram! Hati-hati!" Bisik Vivi.
Dan gue berdiri tepat di samping 01, "malam itu kalian sengaja, kan?" Tanya gue memberanikan diri.
"Sial, gak tahu diuntung." Maki 02, tetapi 01 menahan.
01 menjambak rambut belakang gue, kemudian dia mendekatkan bibirnya ke telinga gue, dengan pelan juga penuh penekanan, dia berbisik.
"Kami punya maksud lain ada disini, lo gak perlu takut kami akan ambil hadiah uangnya. Cukup jalani aja semua permainannya tanpa perlu ikut campur semua urusan kami, dan kalau lo masih ada pertanyaan lain, kesempatan lo untuk dengar jawaban sudah habis."
Dari bawah, moncong sebuah pistol sudah menempel tepat dimana jantung gue berdetak.
01 mendaratkan tatapannya ke kedua mata gue. "Paham?"
Gue ketakutan setengah mati, tapi di sisi lain entah kenapa gue tahu kalau dia gak akan mungkin meletupkan peluru itu ke jantung gue.
Jadi, tak ada pilihan lain.
"Paham." Ucap gue, kemudian 01 mendorong gue menjauh.
"Jaga jarak dengan kami kalau masih mau hidup, sialan." Tambah 02.
Gue pun kembali ke rombongan gue, Vivi dengan cepat menepak kepala belakang gue!
*PLAAAK!
"Aduh!"
"Lagi-lagi lo gak mau diskusi dulu ke gue ya sialan!"
"Sorry Vi, ada hal yang bikin gue penasaran, tapi itu hal yang bodoh. Kita gak boleh ikut campur perihal 01, dan 02 lagi kalau masih ingin selamat kata mereka."
Tapi Vivi makin murka, "ya iya lah! Elo sih kepo! Dari awal juga mereka itu pencabut nyawa tau!"
"Ahaha, udah... Udah... Vi" lerai Cindy.
Tak lama kemudian, satu tim lagi pun hadir di tengah-tengah kami. Yaitu 03, dan 04 yang sekujur tubuhnya bermandikan keringat, baju mereka juga berantakan bukan main.
"Gila, di tempat begini masih mikirin hal itu." Gerutu Vivi.
Cindy memandangi Baskara, tetapi wajah Baskara langsung memerah, "ah gue gak akan kayak gitu!" Cindy juga kaget, "i-iya percaya kok."
"Hahaha, sorry sorry guys, mumpung sudah harus keluar kamar, jadi gue selesaikan ronde terakhir dulu. Huft... Leganya." Ucap 03 terbahak-bahak, sementara 04 terlihat lusuh juga kelelahan, dia sama sekali gak menikmati apapun yang 03, lakukan.
"Dasar b*bi." Maki 02.
01 melirik tajam ke arah 04, sementara 04 hanya tertunduk tanpa berani melirik balik.
"Oke oke siapa nih yang kalah?" 03 menatap ke papan leaderboard, kemudian dia tertawa lagi. "Hahaha! Gila, duo kekar itu langsung jadi bubur kertas setelah gue incar burungnya."
"Hah? Bu-burung? Memangnya boleh bawa peliharaan?" Celetuk Vivi.
"Maksud dia burungnya lekaki." Sambung Cindy dengan polosnya.
"Oalah bangs*t, bikin overthinking aja." Vivi baru connect.
"Cih, santai banget mereka." 01 berdesis.
Setelah itu, entah dari mana masuknya, tiba-tiba di hadapan kami sudah muncul 3 VIP yang memberikan ucapan selamat kepada kami semua.
"Wah, dari dekat dia betulan ganteng, pantas Grace suka setengah mati." Ucap Vincent kepada Raymon.
"Kalian semua mungkin baru pertama kali bertemu kami. Jadi langsung saja, saya adalah VIP Kelly, yang berambut merah itu VIP Vincent, dan yang berambut biru adalah VIP Raymon. Di sini kami ingin mengucapkan selamat kepada kalian semua atas keberhasilan melewati permainan kami yang pertama, tentunya memang tidak mudah... Tapi kami sangat berterima kasih atas kegigihan teman-teman sekalian, oleh karena itu, sebagai perayaan, kita akan menggelar acara makan perjamuan kedua sore ini sebagai penutup dari berakhirnya permainan pertama, dan juga sebagai pembuka untuk permainan kedua." Jelas Kelly, singkat padat juga jelas.
Gue mengangkat tangan.
Seluruh player seketika memusatkan pandangan mereka ke arah gue.
"Ada yang ingin ditanyakan?" Respon Kelly.
"Sekarang bagaimana nasib player 07, dan 08?" Tanya gue cepat.
Kelly menjawab, "mereka pulang."
Tapi gue belum puas, "pulang dengan selamat?"
"Tentu." Jawab Kelly.
Meski kurang yakin atas jawaban Kelly yang terlalu aneh konotasinya, gue tetap mencoba percaya.
"Itu saja."
Setelah itu, Kelly kembali mengarahkan pandangan merata kepada kami semua. "Ada pertanyaan lain?"
"Cukup." Ucap 01.
Dan setelah itu kami pun dibubarkan untuk bersiap acara perjamuan lagi sore nanti.
...***...
Kelly membakar rokoknya, kemudian membumbungkan asapnya tinggi-tinggi.
"Jawaban gue benar, kan?" Tanyanya kepada Vincent, dan Raymon.
"Benar kok, cuma kurang dilanjutin aja tadi."
"Hahaha! Coba lo lanjutin, Ray." Pinta Kelly.
"Gini gini, mereka pulang kok, pulang ke pangkuan Tuhan, PFFFT! HAHAHA!!!" Raymon terbahak-bahak sampai menangis.
"Hahaha siapa suruh memotong ucapan orang lain, dasar bocah tol*l!"
"Hahaha bikin perut gue sakit aja sialan! Bocah polos, bocah polos!"
Kemudian sepersekian detik setelahnya, tawa dari ketiga orang itu sirna. Kelly mendapat telepon dari divisi kepulangan.
"Bagaimana?" Tanya Kelly.
"Player 07, 08 sedang dalam perjalanan menemui Tuhan." Jawab orang dari divisi itu.
"Oh, oke, tapi jangan dulu dibuat ketemu Tuhan. Kayaknya mereka masih ada guna, kalau gagal lagi baru kita buat ketemu Tuhan. Sementara kurung di Underworld, nanti gue yang akan ketemu mereka."
"Baik, VIP Kelly."
Kelly menyeringai, dia menatap batang rokok yang barusan dia hisap, lalu menutup panggilan telepon tadi.
"Jadi tabungan gak, Kel?" Tanya Vincent.
"Lambat laun juga pasti jadi tabungan gue, tenang aja, asal lo berdua gak ember, pasti kebagian jatah kok." Jawab Kelly.
"Habis itu kita party lagi semalaman suntuk di Maldives!" Teriak Raymon.
"Seandainya Grace mau kita ajak party, huhu..." Ringis Vincent.
"Alah, lo tuh suka banget sih sama si jal*ng satu itu, nanti gue sediain cewek cewek yang jauh lebih cantik ketimbang dia." Timpal Kelly.
"Atau gak, selepas season ini beres kita culik Grace, terus kita sikat dia di Maldives!" Tambah Raymon dengan muka jahatnya.
Kelly merangkul Raymon, dan Vincent.
"Makanya kita gak boleh malas-malasan sebelum season ini selesai, semua Player gak boleh dibiarin balik dalam keadaan bernyawa."
Mereka bertiga pun tertawa di dalam rencana jahatnya.
"Khususnya 10, gue akan pastiin kalau dia jadi player paling menderita sepanjang sejarah Sentrifugal."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
@tik jishafa
gila game apaan niih...pingin dpt hadiah milyaran gak taunya ambil langsung d neraka...
2023-05-24
1