Eps. 12: Run

"Jadi begitu..." 04 bersidekap, dia terduduk lesu di sebelah 03 yang pahanya masih terluka akibat tikaman pisau dari 01.

"Kita sekarang cuma bisa berharap ada yang dapat minus poin, jadi posisi kita gak ada di bawah. Si jal*ng brengs*k itu benar-benar gak kasih kita kesempatan, aku gak sangka kalau dia dan 02 betulan orang gak waras, sial." Gerutu 03, dia masih terus mengintip ke lobby dimana 01 masih saja duduk santai sambil memejamkan kedua matanya.

"Tapi sayang, kayaknya 01 bukan leader permainan ini, 02 sengaja ninggalin dia disini karena 02 sadar ada orang lain selain mereka di lantai ini. Jadi kalau aku bisa pancing amarah dia, kita bisa dapat 1 poin, kan?" Usul 04.

"Apa kamu yakin bisa lari sari psikopat itu? Lebih baik jangan deh, bisa-bisa kamu habis, kita gak tahu senjata apa lagi yang dia bawa."

04 memegang lengan 03 dengan erat, "serahin ke aku."

"Kamu gila?! Oke aku memang salah udah mancing emosi mereka sedari awal, tapi kalo kita gak berhenti ganggu mereka, bisa-bisa kita mati sebelum semua permainan beres!" Ucap 03 penuh penekanan.

"Kita gak tahu ada yang dapat poin minus atau enggak, kalau posisi kita ada di bawah, kita bisa-bisa dipulangkan!" Namun 04 bersikeras pada keputusannya.

"Sial..." 03 memalingkan wajahnya ke sudut lain seraya tersenyum puas, kemudian ia kembali menatap 04 lagi dengan ekspresi sedihnya.

"Kalau begitu, apa rencana kamu?" Tanya 03 mulai antusias.

"Aku akan serang psikologisnya." Jawab 04 yakin.

"Memangnya kamu bisa?" Tetapi 03 masih belum yakin.

04, wanita dengan latar belakang yang juga misterius ini seketika mampu mengatasi rasa takutnya, dia yang tadinya gemetar karena serangan mengejutkan 01 mendadak berubah menjadi sosok yang berbeda. Dengan tenangnya dia menepuk bahu 03 seraya berucap, "semua bisa dimanipulasi, sayang."

Seketika 03 terdiam penuh keheranan, memang... Sedari awal rasa curiga sudah tertanam dari dalam diri 03 semenjak ia mengajak 04 menjadi partnernya selama di grup private, apalagi ketika mereka bertemu saat malam perjamuan, 04 mengajak 03 mengobrol secara 4 mata entah membicarakan apa, yang jelas... 03 merasa bahwa 04 ini sedang meneliti dirinya dari dalam.

04 menghanpiri 01 dengan rasa percaya diri yang mendominasi, dan 01 sadar akan hawa hewan buruan yang tiba-tiba masuk ke dalam radarnya. Tetapi ia masih setenang danau yang dalam.

Dari penglihatannya, 04 memproses segala benda yang ada di dekat 01, dia sebetulnya agak sedikit terkejut saat matanya mengarah ke sebuah pistol yang 01 letakkan sembarangan di sebelahnya, namun di sini, lagi-lagi... 04 terpaksa memakai identitas aslinya.

"Mau apa lo?" Tanya 01.

Langkah 04 terhenti, gravitasi di sekelilingnya seolah-olah membuat langkahnya kian berat saat jarak mereka tersisa 2 meter lagi.

"Gue menerka-nerka, tentang bagaimana gue bisa menghabisi lo tanpa perlu memukul." Jawab 04, kali ini secara nekat, ia duduk di sebelah 01.

"Lantas, lo yakin lo bisa?" Kini kedua mata 01 secara penuh terbuka, namun ia dengan angkuh tak ingin menatap makhluk yang duduk di sebelahnya.

"Lo tahu, apa 2 benda wajib yang gue bawa? Gak seperti lo, gue hanya membawa sebungkus rokok dan sebuah korek. Satu bungkus rokok ini isinya 20, dan tiap gue harus menghadapi kesulitan, gue harus menghisap 1 batang. Berhubung saat ini gue tengah menghadapi kesulitan yang pertama, kayaknya gue harus mempertaruhkan sebatang." 04 membuka bungkus rokoknya, kemudian membakar rokok itu, mulutnya yang tadi masam pun sekarang jauh terasa lebih manis, saat asap rokok terbang melewati 01, entah mengapa... Secara reflex 01 menghindari asap itu seraya sedikit terbatuk kecil.

Kedua mata 04 seketika memicing, senyuman jahat mulai terukir.

"Gak merokok?" Goda 04, ia menarik bokongnya agar bisa duduk lebih dekat dengan 01 seraya terus menghembuskan asapnya.

Dan sedetik kemudian 04 terkejut kala mendapati ekspresi wajah 01 yang tertutup rambutnya terlihat sayu dan sedikit berkeringat. Sadar akan hal itu, 04 segera mundur kembali sembari memperlahan mulutnya menghisap rokok itu agar tak langsung habis.

Dari dalam hatinya, ia membatin, "menarik."

"Hei, ada satu hal yang ingin gue tanyakan." Ucap 04 kemudian, tetapi 01 tak memberi respon apapun yang berarti langkah awal 04 berjalan dengan lancar.

Lanjut, 04 meneruskan kata-katanya, "trauma apa yang membentuk lo menjadi sosok yang sekarang ini?"

Mendengar hal itu, 01 seketika terdiam dalam hening.

"Apa... Ada hubungannya dengan rokok?" Sambung 04.

"Gue gak tahu apa landasan lo memancing gue seperti ini, tapi... Melihat tingkah lo, gue rasa ini ada hubungannya dengan permainan pertama." 01 mendaratkan tatapan menusuknya ke arah 04 yang tengah menghisap rokoknya.

Namun 04 sudah memprediksi dugaan 01 ini.

"Jangan lari dari pertanyaan gue gitu dong, kita lagi membahas perihal trauma, loh." Lanjut 04 lagi.

01 mengatur laju napasnya, "lo itu alter ego ya? Kemana si cewek pengecut tadi?"

04 tertawa terkekeh-kekeh, "fokus lo kemana, sih? Gue tanya, lo ada trauma apa?"

Dari kejauhan 03 terus memperhatikan 01, dan 04 dia tertawa dari dalam rasa aman sementaranya, "iya terus pancing dia! Cukup buat dia marah kita dapat 1 poin, hahaha!"

01 mencoba mengendalikan dirinya lagi, "kenapa lo tertarik dengan trauma yang gue bawa?"

"Karena diri lo yang sekarang itu terbentuk oleh trauma yang lo bawa, gue penasaran... Cewek kayak lo itu tipe traumanya seperti apa."

01 tersenyum tipis, "kalau lo cerita apa trauma yang lo bawa terlebih dahulu, gue akan jabarkan segala trauma yang gue miliki." Kali ini 01 membalas 04 dengan pandangan santai yang ia perlihatkan.

04 mulai agak panik, "kenapa gue juga harus?"

"Loh, bukannya kita sedang ada sesi psikoterapi? Sebagai psikoterapis, lo harus fleksibel dan menuruti pasien lo dong agar mereka merasa nyaman saat menceritakan segala traumanya ke elo." Balas 01.

Kali ini segala macam rencana 04 seolah-olah diporak-porandakan oleh 01.

"Ini bukan sesi psikoterapi, sial*n. Dan lo gak perlu tahu apa trauma gue!" Bentak 04 yang sudah kalah argumen.

"Kok marah? Apa trauma lo? Orang tua lo lengkap gak? Lo pernah dipukuli? Dikhianati? Atau... Alasan lo merokok adalah akibat trauma juga?" Ucap 01 terus menerus menyudutkan 04 yang kehabisan kesabaran hingga ia tak sadar kalau ia menghabiskan sebatang rokoknya hanya dengan satu tarikan napas.

"Gobl*k! Kenapa jadi dia yang kepancing emosinya, arrrgh!!!" Ucap 03 frustrasi, dia gak tahan melihat 04 yang malah dibalas habis-habisan oleh 01.

01 satu semakin mendekat, layaknya predator yang tengah mengincar tengkuk hewan buruannya, ia meniban tubuh 04 di atas sofa, kemudian kepala 01 tertunduk ke arah telinga 04, secara lembut ia berbisik...

"Di antara sekian banyaknya trauma yang lo bawa, mana yang masih perih?"

Wajah 04 seketika memerah, ia layaknya bomb atom yang dilemparkan ke Hiroshima dan Nagasaki, 04 dengan murka berteriak dan menjambak rambut 01 begitu kencangnya! "BUKAN INI YANG GUE MAU BANGS***T!!!"

Tetapi 01 dengan cepatnya menepis kedua tangan 04, sesegera mungkin dia menarik kedua tangan 04 untuk diarahkan ke pinggangnya sendiri agar bisa diapit oleh paha 01 yang masih meniban tubuhnya. 04 meronta seperti orang yang kerasukan, sementara 01 hanya terdiam memperhatikan.

"LEPAAAS!!! LEPAAAS!!!"

Kemudian 01 mengepalkan tangan kanannya, dan mengangkatnya tinggi-tinggi, setelah itu tangan kirinya mencengkram leher 04. Dan adegan selanjutnya sudah bisa ditebak.

*BUAAAGH!

*BUAAAGH!

*BUAAAGH!

*BUAAAGH!

Suara 04 menghilang disertai darah yang mengalir dari hidungnya.

01 kembali mengatur napasnya, dia menatap nanar ke arah 04 seraya berkata, "setiap manusia harus menerima traumanya."

Dengan begitu, tanpa mengetahui apapun, 01 telah mendapat 2 poin karena berhasil membuat 04 emosi, dan lolos dari emosi 04 sebab langsung dihabisi.

Untuk sementara, 01, dan 02 unggul poin.

...***...

Vivi berlari dengan cepat mencari, dan terus mencari dimana keberadaan gue, dia tak henti memeriksa ke segala tempat yang dia rasa akan gue jadikan sebagai tempat bersembunyi, hingga akhirnya keberuntungan masih berpihak ke arah kami.

Vivi lebih dahulu menemukan gue ketimbang 08 yang entah mencari ke arah mana, dengan cekatannya Vivi berlari dengan tetap berusaha menjaga ritmenya agar 07 tidak curiga, sesaat ketika 07 menghampiri gue yang tengah merangkak kesakitan, Vivi datang dengan menusuk betis 07 begitu kuatnya!

07 seketika meringis kesakitan, "AAARRRGGGH!!!"

"09..." Ucap gue, dengan sigap Vivi menarik tangan gue kemudian dia memapah gue agar cepat-cepat berlari menjauhi 07 yang ambruk memegangi betisnya. "BANGS***T LO BERDUA!!!"

"Lo gak apa-apa? Ayo kita harus cepat-cepat, gue rasa 08 gak jauh dari sini."

"Sorry banget gue kurang hati-hati, 09." Ucap gue, kami pun pergi dari tempat itu, menurut Vivi, 08 sedang ada di lantai di bawah kami, jadi kami memutuskan untuk bersembunyi di salah satu kamar yang jaraknya jauh dari posisi 07 untuk mengelabui 08.

Kami pun berhasil menghindar.

Kami beristirahat sejenak, Vivi juga sempat mengecek punggung gue dan dia bilang di punggung gue ada luka memar parah yang kian membiru. Gue juga merasakan nyeri dan rasa sesak masih menggerayangi tubuh gue.

"Minum dulu, kumpulin tenaga lo, habis ini kita benar-benar bisa mati kalau ketangkap." Ucap Vivi, dia menyodorkan sebotol minuman, gue gak sangka ternyata Vivi se-prepare itu.

"Kenapa lo nekat banget sih!? Kan lo bisa tunggu 30 menit dulu biar kita bisa kompakan, gue jadi panik ternyata permainan udah dimulai." Omel Vivi, dia menggerutu sebal di hadapan gue.

"Ma-maaf, gue adrenalin rush, yang terlintas di otak gue adalah kalau gue mulai lebih dulu kita bisa unggul." Jawab gue sejujurnya, iya... Gue gak bisa mengendalikan keinginan gue untuk segera memulai.

"Dasar gila, ya udah, waktu kita masih panjang, buat sementara waktu kita gak bisa ngelawan mereka, kita cuma bisa kabur. Tapi... Untuk selanjut-selanjutnya gue mau kita diskusikan apapun, jangan seenaknya berbuat sesuai intuisi lo, gue disini gak mau jadi beban."

"Iya oke."

...

Kira-kira kami dapat waktu tenang selama 1 jam lamanya, hingga tiba-tiba seseorang memasuki kamar kami dengan cepatnya, gue dan Vivi juga seketika panik bukan main!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!