...[POSISI LEADER GAME 01 / WRATH]...
...1. Player-02...
...2. Player-03...
...3. Player-05...
...4. Player-08...
...5. Player-10...
...×××...
Masing-masing leader sudah mengetahui segala macam rules dan quest utama dari permainan ini, untuk poin sementara... Gue memimpin karena berhasil memprovokasi 07. Dan saat ini gue tengah berjuang untuk kabur sejauh mungkin demi mengulur waktu agar poin gue bertambah.
...***...
Baskara membentangkan tangannya seraya melarang Cindy untuk mendekat karena Baskara sadar, situasi mereka saat ini sedang tidak baik-baik saja. Orang yang mereka temui adalah orang yang paling tidak ingin mereka jumpai, si psycho... 02.
"Wah... Harusnya gue gak usah keliling sedari tadi, ternyata malah mangsanya yang datang menghampiri." 02 tertawa terbahak-bahak, dia senang bukan main karena sudah mendapati momen ini. Namun... Dari sisi lain juga Baskara mencoba untuk lebih tenang, kemudian dia mencoba menebak akan hal apa yang akan terjadi beberapa waktu ke depan. Dia menerka-nerka tentang... Kemana si 01? Kalau hanya 02 yang ada di sini, bisa jadi dia adalah si leader untuk permainan yang pertama.
"Kemana si 01?" Tanya Baskara.
"Dia bisa ada dimana-mana, dia gak bisa ditebak kemana langkahnya. Dan sekarang... Lo hanya boleh berfokus ke gue." Jawab 02.
"Bas... Dia pasti mau menghabisi kita." Bisik Cindy lirih, dia berdiri di belakang Baskara dengan was-was.
Baskara melirik ke arah jam tangannya, di dalam hatinya ia berucap, "5 menit lagi sebelum waktunya gue boleh kasih tau Cindy permainan ini."
Keringat dingin mulai menetes dari pori-pori kepala Baskara, tapi lagi-lagi dia menahan dengan kuat keinginan di dalam jiwanya yang dipenuhi rasa takut.
"Jangan khawatir, tetap jaga jarak." Lanjut Baskara kepada Cindy. Dan Cindy hanya bisa menurut karena ketidaktahuannya.
02 mendekat, dia melangkah dengan pasti, tiap ketukan dari sepatunya beriringan dengan semakin cepatnya degupan jantung Baskara dan Cindy.
"Dari gestur lo, gue rasa gue bisa menerka kalau lo sudah tahu permainannya, 05." Ujar 02 lagi, sekarang posisi berdirinya telah berhadapan dengan Baskara, juga Cindy.
Tinggi mereka sangat lah berbeda, Baskara dan Cindy seperti tengah berhadapan dengan pohon kokoh yang mengerikan, mereka sampai mendongakkan leher mereka ke atas hanya demi bisa menatap wajah 02 yang kelam juga mematikan.
Baskara teringat oleh peraturan dari permainan, dia hanya boleh membuat 02 mengeluarkan amarahnya, dan dia juga sama sekali tidak boleh termakan emosi dengan segala apapun yang 02 lakukan. Melihat orang yang di hadapannya ini memiliki track record yang diselimuti emosi, Baskara berarti hanya perlu memancing emosinya sedikit, kemudian...
"Apa yang lagi lo pikirkan? Lo mau buat gue marah? Tapi kalau gue marah, gue akan kejar lo, lalu gue akan pastikan kepala kecil lo ada di dalam kepalan tangan gue, dan jika sudah begitu... Tinggal pilih, mau pakai cara cepat atau yang penuh siksaan." 02 menunduk menatap tajam kedua manusia yang ia anggap hanyalah mangsa ini.
Baskara menelan air liurnya sendiri.
"Bas..." Cindy masih lirih.
Sekarang sisa 3 menit lagi sisa waktu untuk memberitahukan Cindy.
Dan akhirnya... Baskara pun kehabisan akal, isi kepalanya terlalu bercampur dengan segala ketakutan yang merayap dari sekujur tubuhnya, kemudian, dengan sisa nyali yang dia punya, Baskara mengepalkan tangan kanannya, lalu melemparkan sebuah pukulan yang cukup kuat ke wajah 02 begitu kencangnya!
"AAARRGH!!!"
*BUAAAGH
Cindy terbelalak, Baskara yang masih gemetar segera mundur beberapa langkah seraya menarik Cindy juga.
Namun bukannya langsung marah, 02 malah hanya tertawa, "hahaha... Hahaha!"
Dari wajahnya, sama sekali tidak ada bekas kemerahan apapun yang bertanda... Pukulan Baskara, tidak terasa.
"Lo serius? Kayaknya lo masih belum paham situasi lo deh. kalau lo buat gue marah, lo habis, dan kalo gue buat lo marah juga lo akan tetap habis loh." Jelas 02.
"Brengs*k..." Baskara menggeram, tetapi ia segera menggelengkan kepalanya dengan cepat agar ia sadar, ia tak perlu mengeluarkan emosinya saat ini.
Hingga waktu pun habis, Baskara sekarang bisa memberitahukan Cindy mengenai permainan pertama.
"Cind, permainan pertama sudah dimulai." Ucap Baskara, masih membentangkan tangannya guna melindungi Cindy.
Cindy terkejut, "kok bisa? Dan apa permainannya?"
"Cuma player yang paling pertama bangun yang dapat pengumuman permainan pertama ini, dan gue dilarang untuk kasih tahu lo di bawah waktu 30 menit. Permainan pertama ini mengharuskan gue untuk membuat player lain mengeluarkan emosinya dan menyerang gue, jika gue lolos, gue akan dapat poin tambahan, durasi game ini adalah 3 hari." Jelas Baskara.
"Tepat, dan selama 3 hari itu, gue gak akan melepaskan salah satu dari kalian." Sambar 02, dia masih di tempatnya, berdiri penuh aura menakutkan.
"Cind, karena dia juga sudah tahu kalau gue adalah leader di permainan pertama ini, kita gak punya waktu untuk membuat keputusan, karena apapun keputusan kita, si 02 sudah pasti lebih unggul. Jadi gue harap lo bisa bertahan selama 3 hari ke depan tanpa gue." Lanjut Baskara, tetapi Cindy malah jadi khawatir, dia meremas lengan Baskara dengan cemasnya.
"Bas, aku bisa tahan untuk 3 hari ke depan, tapi kamu gimana? Dia pasti terus-terusan kejar kamu."
Melihat reaksi Cindy, Baskara hanya bisa melempar senyum. "Gue pasti bertahan gimana pun caranya, jadi pastikan lo mengamankan diri sementara. Sorry ya Cind, musuh pertama kita terlalu sulit dan gue cuma punya cara ini untuk melawan. Setidaknya gue mengamankan 1 poin."
Sementara kedua orang itu terus bercakap penuh waspada, yang 02 lakukan malah merenggangkan tiap otot-otot di tubuhnya. "Kayaknya harus kejar-kejaran nih, pemanasan dulu ah."
"Aku pastiin aku bertahan, jadi bawa painkiller ini untuk kamu jaga-jaga." Cindy menyelipkan beberapa butir painkiller ke dalam saku hoodie Baskara. Kemudian ia mundur beberapa langkah, Baskara sekarang lebih tenang karena sikap Cindy. "Thanks, Cind."
Baskara menampar pipinya sendiri dengan kencang, *plak
Kemudian dia juga melakukan sedikit peregangan seraya matanya terus menerus memperhatikan 02 dengan awas.
"Lo yakin mau lari sambil bawa gitar? Bobot gitar cuma akan mengurangi laju lari lo loh." Ucap 02 meremehkan.
Baskara memicingkan matanya, "lo gak usah khawatirkan gue, pikirin aja diri lo sendiri, sialan."
Emosi 02 mulai tersundut, "oh, lo mulai kasar ya."
Baskara mundur perlahan-lahan, kemudian dia mengangkat jari tengah ke hadapan 02, "ini cara hidup anak punk, bro." Dan Baskara berlari kencang menuju rute yang sudah ia hafalkan semenjak berkeliling tadi.
02 berteriak kencang, "AAAARRRGHHH!!!! GUE MARAH NIH!!!"
Cindy yang terkejut seketika langsung terduduk.
"Hahaha!!! Sombong banget, gue ini metalhead, lho!"
...***...
Gue bersembunyi di bawah kolong kasur sebuah kamar, 3 jam sudah berlalu semenjak 07 mengejar, saat ini gue berada di titik dimana gue gak bisa berpikir jernih. Di satu sisi gue merasa kalau 07 lagi nungguin gue keluar dari salah satu kamar, tapi di sisi lain juga gue gak bisa lama-lama disini, soalnya kalau ternyata ini adalah kamar terakhir yang 07 cek, habis lah riwayat gue.
"Ah tol*l, harusnya gue bawa pisau juga atau apa kek!" Ucap batin gue yang sedari tadi tak tenang.
Gak lama kemudian, hal yang gue takutkan pun terjadi.
Dari luar kamar gue mendengar langkah kaki yang terasa membabi buta mengecek tiap kamar yang dia lewati, "fu*k dia di sini!"
Lalu gue segera memberanikan diri, dan beranjak keluar dari kolong kasur, kemudian gue perlahan-lahan bersembunyi di balik sela pintu agar bisa langsung kabur kalau dia cek kamar ini juga.
Napas gue gak beraturan, dan gue juga dehidrasi, semenjak bangun gue sama sekali gak minum apa-apa karena saking paniknya, padahal di kamar kami juga dapat persediaan makanan yang lumayan.
Sial... Tenggorokan gue kering.
"Lo kemana bangs*t?! Kalo lo ngerasa lo laki, sini lawan gue anj*ng." Teriak 07, dia terus memukul-mukulkan baseball batnya ke sembarang arah, gila... Gue gak sangka kalau kesabarannya setipis itu, dia betul-betul murka sejadi-jadinya.
Hingga akhirnya sekarang dia sudah ada di depan kamar gue, gue gak boleh salah langkah, dan gue harus pergi ke tempat yang cuma gue dan Vivi aja yang tahu, yaitu kamar kami, rencana gue di sana adalah makan dan minum sejenak, gue gak bisa terus-terusan dikejar adrenalin tanpa minum sama sekali, waktu yang gue pertaruhkan masih lama.
07 pun menendang pintu kamar hingga remuk!
*BRUAAAK!!!
Gue yang mulai bisa lihat sosoknya dari sela pintu yang sempit pun langsung memasang posisi kabur, 3 langkah lagi dia maju makin dalam, gue bisa lolos dengan cepat.
1...
2...
3...
Sekarang!
Gue berlari secepat mungkin keluar kamar, tetapi dengan gesitnya tangan kanan 07 menarik kerah baju gue hingga gue tercekik dan tertahan oleh cengkramannya, gue diseret dan dilempar ke sudut kamar!
*DUAAAGH!
"Ketemu juga lo, anj*ng, biar gue buat lo sadar seberapa menakutkannya gue." 07 masih dengan emosinya yang meledak-ledak, dia mengayunkan baseball batnya ke arah gue, tapi gue terus mengelak menghindar kesana kemari dengan segala sisa tenaga yang gue punya. Segala macam perabotan di kamar itu porak poranda akibat murkanya.
Sial, motif si gila ini cuma mau gue takut sama dia, gak waras!
"DIEM BANGS*T! AAARRRGH!!!" Teriak 07.
Semua dia hajar, dia hantam, apapun yang ada di hadapannya mau itu ada gue atau gak ada gue dia rusak, sampai-sampai sebanyak apapun gue menghindar, akhirnya serangan acak itu mengenai punggung gue juga begitu kerasnya!
*BUAAAGH!
Gue sampai batuk darah saking kuatnya pukulan dia, "ohok ohok!"
Punggung gue nyeri banget, gue sampai gak bisa bangun untuk beberapa saat, di lantai gue bisa melihat sendiri darah yang bermuncratan dari dalam mulut gue.
Gue sampai berpikir...
Keadaan gue saat ini gak baik.
Mata kami saling bertautan, "pilih, mau kaki kiri atau kanan?" 07 makin gelap mata.
"Ah, brengs*k."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments