Malam sudah menyelimuti kota yang tak pernah tidur ini, layaknya pergantian hari, beberapa orang yang telah bekerja keras seharian mulai kembali ke rumah masing-masing untuk memulihkan segala peluh yang terkuras habis sepanjang hari. Sebagian lainnya lagi, mereka baru bangkit dari ketiadaan, dari teriknya matahari yang menyengat menuju malam kelam diselimuti awan teduh. Para pekerja malam pun keluar dari rumah mereka menuju tempat dimana pundi-pundi uang dapat dijumpai.
Layaknya pekerja malam yang sudah seharian mengeluarkan peluh, gue yang sedang menunggu lokasi perjamuan dari grup private makin tidak sabaran. Oh ya, gue sudah izin ke nyokap, dan memberi beberapa titah kepada adik-adik gue untuk menjaga nyokap selama gue tidak ada. Selain itu... Gue juga sudah meminta cuti dari tempat kerja gue, untungnya selama bekerja disana gue tidak pernah sama sekali menggunakan hak cuti, dan terpakai juga saat ini demi mengikuti Sentrifugal.
Dari grup private, para member kembali kisruh karena lokasi tak kunjung diberikan.
Player-02: "Mana lokasinya nih bangs*t?"
Player-03: "Berisik, tinggal tunggu aja sih, buru-buru banget."
Player-02: "Gue udah gak sabar mau hajar muka lo, jangan kabur apalagi mundur lo nanti bangs*t."
Player-03: "Gak takut, toh kita semua tahu kalo lo itu orang yang paling dibenci disini."
Player-02: "Oh ya? Kalian juga gak 09, 10?"
Sial, jadi terseret kan. Tapi gue benar-benar gak mau berurusan dengan orang macam 02.
Player-10: "Gue cuma ingin menang permainan, dan bawa semua uang."
Player-09: "Gue gak mau berantem, gue juga cuma mau uangnya aja."
Bagus Vi, lebih baik kita main aman.
Player-02: "Oke, bagus kalo lo pilih jadi orang netral, itu tandanya kalian berdua lolos dari incaran gue."
Player-08: "Emang lo bisa apa sih? Rusuh banget, bikin kekacauan terus. Norak lo!"
Player-01: "Kalian."
Oh astaga, akhirnya Player-01 membuka obrolan pertamanya setelah beberapa hari cuma bicara sekedarnya.
Player-01: "Sebelum tengah malam kita sudah pasti dapat lokasinya, jadi jangan buat banyak keributan."
Player-03: "Oh bisa komunikasi juga ternyata si bisu ini."
Player-02: "Akan ada saatnya lo gue habisi, 03."
Player-03: "Gak takut."
Kemudian 02 hening, dan entah kenapa, saat dia sudah berhenti mengirim chat suasana berubah jadi sangat teramat mencekam. Alih-alih bisa akur karena sesama player, gue khawatir saat di acara perjamuan nanti si 02 benar-benar mengamuk.
...
Setelah menunggu sekian jam lamanya, prediksi 01 ternyata benar. Sebelum tengah malam kami sudah mendapatkan lokasi pertemuan yang ternyata tidak berada di luar kota, melainkan masih 1 kota dengan tempat gue tinggal. Di dalam grup private, semua Player juga mengatakan hal yang sama perihal jarak tempat perjamuan dengan lokasi tempat mereka tinggal. Dari sini gue punya asumsi baru, oke... Ternyata kami semua tinggal di 1 kota yang sama. Gue juga baru menyadari ternyata selama ini gue dan Vivi tinggal di kota yang sama.
Singkat cerita gue pun berangkat dengan benda-benda yang sudah seharusnya gue siapkan, berbekal motor yang selalu menemani hari-hari berat gue, gue berangkat dengan kecepatan sedang karena tidak mau jadi orang yang lebih dahulu sampai.
Oh ya, sebelum berangkat, Vivi sempat membagikan kabar terbarunya, dia juga berangkat mengendarai mobilnya dengan selisih waktu 15 menit lebih cepat dari gue. Rencana gue adalah, sesampainya disana gue harus mencoba dekat dan akrab senatural mungkin dengan Vivi seolah-olah kami betulan pertama kali kenal.
...***...
45 menit perjalanan telah gue lalui, dan gue kini tiba di sebuah Griya tawang luas dengan nuansa mewah diiringi suasana aneh yang belum pernah gue rasakan sebelumnya.
Gue menelan air liur.
Kemudian saat hendak berjalan lebih dalam untuk bertemu dengan yang lain, gue sempat dihadang oleh seorang laki-laki tinggi dengan rambut hitam panjang, juga mata tajam menancapkan pandangannya ke diri gue. Dia mulai mendekat dengan menyeringai menunjukkan deretan giginya yang tajam.
Tangan dari kulit pucatnya mulai bersandar ke bahu gue, dia mencengkram dengan begitu kuatnya seraya menundukkan kepala ke arah gue yang lebih pendek dari dia. Suaranya yang berat menggema seolah-olah ingin meledakkan seisi kepala, padahal... Dia cuma bilang, "nomor berapa?"
Gue yang terasa gemetar, hanya bisa menjawab terbata-bata, "Se-Sepuluh."
Dan kemudian lelaki menyeramkan ini melepas cengkramannya, "sorry, Sepuluh." Lalu dia berjalan menjauhi gue.
Sial... Rasanya gue seperti berhadapan dengan kematian.
Tak lama setelah pria seram itu masuk ke ruangan lain, sesosok perempuan muncul dari sudut ruangan tempat gue berada, dia bangkit dari duduknya setelah memperhatikan gue dengan pria tadi, kemudian dia menghampiri.
"Tenang, selama kita gak macam-macam, 02 gak akan menyerang kita." Ucap perempuan dengan pakaian serba hitam itu begitu santainya.
"02? Dia Player-02?" Tanya gue.
Perempuan ini mengangguk, "lihat bagian lengan jaket kulitnya."
Gue pun mulai memperhatikan, dan benar... Pria tadi juga sesuai dugaan gue pasti adalah 02.
"Dia sengaja mau tampil supaya bisa mengintimidasi player lain, untungnya kita ada di luar targetnya dia."
Seketika gue menatap perempuan ini, "itu berarti lo..."
"Iya, gue 09, salam kenal ya 10."
Vivi...
Tangan Vi— maksud gue 09 mengajak saling berjabat, gue pun menyambut tangannya dengan lembut.
"Yuk masuk ke dalam, gue sengaja tunggu lo datang supaya ada temannya."
"I-iya."
...***...
Kami pun dikumpulkan di sebuah meja makan yang berisi 12 kursi dengan segala macam jamuan tersedia di atas meja kami. Dari sisi kanan, dan kiri tidak bisa kami tempati karena itu adalah kursi khusus untuk para VIP.
Gue memperhatikan keadaan sekeliling, disini terdapat 6 player laki-laki, dan 4 player perempuan. Tapi gue sama sekali tidak tahu nomor berapa mereka, satu-satunya yang menonjol disini hanyalah 02 yang terus menatap seorang pria kekar di hadapannya, aura mereka sungguh tidak enak, keduanya saling mengintimidasi satu sama lain. Ja-jangan-jangan... Pria kekar itu 03?
Di sebelah 02, duduk seorang perempuan cantik misterius, dengan kulit putih pucat, rambut hitam kelam, juga memiliki sorot mata yang dalam.
*Pssst... "Dia si 01." Bisik Vivi.
"Serius?" Tanya gue juga berbisik.
"Lihat bentuk antingnya."
Sial, benar lagi. Gue gak sangka Vivi bisa memperhatikan orang sebegitu telitinya.
Pasangan 01, dan 02 ini benar-benar unik, yang satu kelihatan santai seraya meminum wine dengan anggunnya, yang satu sedang menerkam lawannya.
15 menit menunggu, tak lama kemudian terdengar suara gemuruh dari luar Griya tawang. Kami semua yang sama-sama penasaran sumber suara itu pun hanya bisa menengkok tanpa berani beranjak dari meja makan.
Rupanya segerombolan orang memasuki ruangan yang dipimpin oleh 1 orang dengan pakaian karet ketat serba hitam disertai jubah cokelat dengan tulisan 'Sentrifugal' pada belakang jubahnya. Dia adalah seorang perempuan dengan tubuh yang indah, juga pesona yang memabukkan, tak lain dan tak bukan adalah...
Grace.
"Wah, gue gak tau kalau kita punya VIP sexy begini." Ucap seorang pria di sisi kiri Vivi, entah dia Player nomor berapa, yang jelas gue sangat terpukau dengan kemunculan Grace. Namun bukan terpukau perihal lekuk tubuh Grace, gue hanya tak menyangka bahwa ia benar-benar ada di malam perjamuan.
Grace berjalan anggun menuju kursinya yang sudah ditarik oleh seorang dari 2 prajurit di belakangnya. Sebelum duduk, dia berjalan melewati punggung gue seraya menyentuh leher belakang gue dengan jari-jari lembutnya, gue seketika merinding!
Namun Grace tak berkata apa-apa, dia hanya mengangkat kepala dengan angkuh sembari menunggu seorang VIP lain yang muncul dari luar. Kali ini dia adalah seorang pria tinggi besar dengan pakaian jas lengkap juga dengan jubah sama yang dikenakan Grace. Dia menghisap sebuah cerutu yang ada di bibirnya, kemudian dia duduk dengan suara yang berat seraya menghembuskan asap dari lubang hidungnya.
Dari sini, gue kira 02 lah yang paling seram, ternyada ada monster lain di ruangan ini.
"Silahkan dimulai saja, VIP Grace." Ucap pria besar itu, sementara Grace juga mulai duduk menyilangkan kakinya.
"Terima kasih, VIP Yohan."
Dengan begini, tak lama lagi, Sentrifugal akan kami jumpai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments