Chapter 16 : Sepatu Kebakar

" ... And if a double - decker bus Crashes into us

To die by your side Is such a heavenly way to die

And if a ten ton truck Kills the both of us

To die by your side Well , the pleasure , the privilege is mine ... "

Alunan lagu The Smiths yang bersumber dari speaker laptop memenuhi ruangan kamar gue, sementara gue fokus menatap ke arah layar laptop. Jari-jemari gue dengan lincah menari diatas keyboard, sedang sibuk menulis sesuatu.

Ini adalah suatu malam di bulan Desember, pukul 22.15. Di luar sedang hujan dan angin berhembus cukup kencang. Selepas makan malam bersama kakak perempuan, gue buru-buru menuju ke kamar untuk mengerjakan sebuah naskah komikl yang sudah mulai gue kerjakan sejak beberapa minggu yang lalu. Di temani secangkir kopi dan beberapa cemilan manis di meja, gue mengetik naskahnya dengan seksama.

Di usia 16 tahun gue kiini sedang berusaha mengejar mimpi untuk menjadi seorang penulis komik maupun novel. Walaupun masih duduk di kelas 2 SMA, gue sudah berfikir tentang apa yang akan gue lakukan di masa depan. Gue ingin menjadi penulis novel yang karyanya nangkring di banyak toko buku, atau jadi penulis komik bareng Adit. Tujuan kita mutlak, dapet serialisasi mingguan di majalah Aneka Komik.

Sudah beberapa kali gue mengirim naskah ke beberapa penerbit yang berbeda, namun belum membuahkan hasil. Berbagai macam bentuk penolakan sudah gue terima, mulai dari bentuk surat maupun telepon. Namun, Gue masih belum mau menyerah dan terus menulis kisah-kisah. Meskipun sempet mau nyerah dan memilih hidup yang biasa-biasa aja, semangat gue untuk meraih mimpi bangkit gara-gara ngobrol sama om gendut berkaos pink yang enggak gue kenal di halte sekolah.

Dua jam berlalu sejak gue mulai menulis, gue menghentikan gerakan jari - jari di atas keyboard, kehabisan ide. Kali ini gue mencoba menulis genre komedi, setelah sebelumnya gue lebih banyak menulis tentang pertarungan. Setelah gue pikir-pikir, kayaknya enggak ada salahnya juga gue nulis dua jenis naskah yang beda untuk naskah komik, biar nanti Adit milih mau yang mana.

Gue menatap kosong kearah tirai jendela kamar sambil berharap menemukan sesuatu di dalam kepala, namun tak satupun ide muncul. Gue menghela nafas dan berhenti menulis. Gue kemudian mematikan laptop, lalu merenggangkan badan yang tak melakukan gerakan lain selain duduk membungkuk selama 2 jam.

Di luar masih hujan, namun tak se deras sebelumnya. Usai menyeruput kopi, Gue menjatuhkan diri ke atas kasur, berbaring terlentang menatap langit - langit kamar. Lalu menoleh ke dinding kamar yang di tempeli banyak gambar hasil karya Adit yang gue minta, gue memikirin kegitan apa yang akan gur lakukan di hari selanjutnya.

Besok adalah hari selasa, salah satu teman perempuan gue yang bernama Bunga mengajak pergi ke toko musik untuk membeli sebuah gitar akustik sepulang sekolah dan gue menyetujuinya kalau tak punya kesibukan.

Beberapa saat kemudian, HP gue yang terletak di meja belajar berbunyi nyaring, seseorang sedang menelpon. Mendengar nada dering dari HP, gue bergegas beranjak dari tempat tidur, kemudian berjalan mendekati meja belajar dan memeriksa HP, ternyata itu telpon dari Bunga, kebetulan sekali.

Gue segera mengangkatnya.

"Hallo... kenapa?" Ucap Gue.

"Gimana , besok jadi enggak ?" Jawab Bunga dari seberang sana.

"Insya Allah jadi kok, emang lo mau ngajak ke toko musik yang sebelah mana?" Tanya gue.

Terdengar samar-samar alunan musik natal dari sambungan telepon, seakan itu menjadi background music bagi Bunga. Maklum, ini sudah bulan Desember dan sebentar lagi natal tiba. Sepertinya Bunga cukup religius.

"Hmm... enggak tau, mungkin kita coba datengin dulu satu per satu. Gue tau beberapa tempat sih, yan, soalnya . "

"Emang lo nyari gitar yang kayak gimana sih?"

"Kalo gue jelasin, lo enggak bakal ngerti, lo kan enggak paham musik."

"Hehe... iya juga sih." Gue menggaruk rambutnya, sedikit bingung.

"Yaudah , besok sepulang sekolah, gue tunggu di gerbang sekolah ya! Awas lo kalo langsung pulang." Bunga sedikit memberi ancaman.

"Ok deh." Jawab Gue singkat.

"Eh, ngomong-ngomong, besok siapin kuping lo ya, gue mau curhat!" Pungkas Bunga sebelum akhirnya menutup telepon.

Gue mengangkat alis, mengerenyitkan dahi. gue bingung.

Keesokan harinya sepulang sekolah, gue berdiri di dekat gerbang keluar-masuk sambil menyaksikan gerombolan siswa-siswi lain yang melewati gerbang, berharap salah satunya adalah Bunga, si kampret itu benar-benar telat.

Gue beberapa kali memeriksa jam tangana sambil menggerutu."Lama amat sih Bunga, padahal dia yang nyuruh nungguin di sini, sialan," Ujar gue pada diri sendiri.

Setelah hampir satu jam menunggu dan suasana sekolah hampir sepi, Bunga datang menghampiri. Gue hanya menatap teman gue itu dengan tatapan datar. Sebenarnya, gue cukup kesal namun gue tak bisa marah pada Bunga.

Sembari meminta maaf, "Hehehe... sorry ya gue telat." Bunga cengengesan.

Gue hanya menghela nafas, memaklumi. "Kemana aja sih lama banget ?! "

"Riyan, gue itu anak band, enggak usah nanya dari mana, ya pasti ngumpul sama anak band yang lain lah, di ruang musik. Lo tau kan, temen gue kebanyakan cowok semua. Pulangnya lama semua." Kata Bunga dengan cara yang halus, seakan di buat - buat.

Bunga adalah sosok gadis yang agak tomboy, wajahnya oriental matanya cukup sipit, tipikal orang cina-indo. la cukup piawai memainkan alat musik gitar, hal itu membuatnya berinisiatif membuat band sendiri di luar sekolah. Gue dan Bunga sudah berteman sejak duduk di kelas 1, sekarang saat kita menginjak tahun ke dua di SMA Brokoli, pertemanan kita masih sama seperti dulu, atau bahkan mungkin semakin erat semenjak dia tahu kalau Olivia dulunya mantan gue. Pasti Olivia yang cerita pas nginep di rumah Bunga.

Gue menatap Bunga dari ujung rambut sampai ujung kaki. Rambut Bunga yang cukup panjang terurai lurus sampai pertengahan punggung, seragam OSIS nya tampak berantakan, tanda tak pernah di setrika, serta anting berbentuk salib kecil yang menempel di daun telinganya membuat Bunga tampak sedikit anggun. Namun, gue merasa janggal pada cara Bunga mengenakan seragam SMA nya. Bukannya mengenakan rok abu abu ia malah memakai celana panjang abu - abu yang harusnya itu untuk siswa laki - laki . Lebih parahnya lagi , Bunga tidak bersepatu dan hanya memakai sandal jepit.

"Pake celana panjang lagi?" Tanya gue, gue sudah terbiasa melihat Bunga seperti ini.

"Hehe... iya, lebih nyaman gini gue, enggak ribet." Jawab Bunga sembari menggaruk hidungnya yang tiba-tiba gatal.

Kita berdua lantas berjalan beriringan menuju ke parkiran sekolah.

"Emang enggak capek apa maen kejar-kejaran sama guru BK?" Sambil berjalan gue melanjutkan obrolan.

"Capek sih, tapi seru aja gitu lari-larian hehe..."

"Udah kelas 2 kelakuan masih gitu aja lo , gue yakin sepatu lo pasti di sita sama guru BK karena lo ketahuan enggak pake kaos kaki. Ya kan?” Gue mencoba menebak.

Sambil terus melangkah, Bunga menatap kedua kakinya yang memakai sandal. Lalu mengarahkan pandangannya ke gue dan berkata,

"Enggak, sepatu gue kebakar."

"Bohong banget!" Jelas gue tak percaya, bagaimana mungkin sepasang sepatu yang selalu menempel di kaki bisa terbakar. Jelas itu hanya candaan Bunga saja , pikir gue.

"Di bilangin enggak percaya. Pas masuk ruang musik, gue lepas sepatu. Sialnya, temen - temen tadi pada iseng nyembunyiin sepatu gue di tempat pembuangan sampah yang ada di belakang sekolah. Sepatu gue di kubur diantara sampah, eh enggak taunya hari iini waktunya pak somad bakar sampah, akhirnya sepatu gue jadi ikut kebakar..."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dinnost

Dinnost

kebakar beneran...
😁😁😁
Sial nasibmu nak..

2023-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01 : Hujan & Restoran
2 Chapter 02 : Murid Baru
3 Chapter 03 : Gadis Idaman
4 Chapter 04 : Sedikit Rasa Cemburu
5 Chapter 05 : Impian Yang Terkubur
6 Chapter 06 : Mari Menulis Komik Bersama
7 Chapter 07 : Alasan Untuk Menjadi Penulis Komik
8 Chapter 08 : Memulai
9 Chapter 9 : Galau
10 Chapter 10 : Mantan
11 Chapter 11 : Curhatan Mantan
12 Chapter 12 : Terdistraksi
13 Chapter 13 : Maen Mobile Legend
14 Chapter 14 : Maen Mobile Legend (Bagian 2)
15 Chapter 15 : Halte
16 Chapter 16 : Sepatu Kebakar
17 Chapter 17 : Manis, Lalu Hambar
18 Chapter 18 : Bermalas-malasan Sebelum Malam Tahun Baru
19 Chapter 19 : Saingan
20 Chapter 20 : Meow... Meow
21 Chapter 21 : Dulu
22 Chapter 22 : Dulu (Bagian 2)
23 Chapter 23 : Salah Beli
24 Chapter 24 : Menunggu Pergantian Tahun
25 Chapter 25 : Sup Daging
26 Chapter 26 : Hati Yang Meledak
27 Chapter 27 : Riyan Di Perpustakaan
28 Chapter 28 : Malam Tahun Baru
29 Chapter 29 : Misteri Kotak Kertas Suara Pemilihan OSIS
30 Chapter 30 : Peringkat
31 Chapter 31 : Razor19
32 Chapter 32 : Tak Ada Salahnya Untuk Ikut
33 Chapter 33 : Terkunci Dari Luar
34 Chapter 34 : Usaha Yang Sia-Sia
35 Chapter 35 : Terlambat Menyadari
36 Chapter 36 : Sumber Dari Patah Hati
37 Chapter 37 : Diselamatkan & Ditembak
38 Chapter 38 : Nat
39 Chapter 39 : Bergabung
40 Chapter 40 : Kira-Kira Setahun Yang Lalu
41 Chapter 41 : Pertemuan pertama (Bagian 1)
42 Chapter 42 : Pertemuan Pertama (Bagian 2)
43 Chapter 43 : Pertemuan Pertama (Bagian 3)
44 Chapter 44 : Bukan Tidur Yang Bikin Aku Mimpi, Tapi Kamu (Bagian 1)
45 Chapter 45 : Gue Ada Kegiatan Ekskul
46 Chapter 46 : Tujuan Yang Sama
47 Chapter 47 : Si Cewek Muka Pucat
48 Chapter 48 : Kelompok Ekstrakurikuler Menulis
49 Chapter 49 : Hyouka
50 Chapter 50 : Di dalam bis kenangan (Bagian 1)
51 Chapter 51 : Di dalam bis kenangan (Bagian 2)
52 Chapter 52 : Riyan dan Darmin
53 Chapter 53 : Riyan dan Ayu (Kisah Masa SMP)
54 Chapter 54 : Riyan dan Merpati Putih (Kisah Masa SMP)
55 Chapter 55 : Riyan dan Petasan Bambu (Kisah Masa SMP)
56 Chapter 56 : Riyan dan Matematika (Kisah Masa SMP)
57 Chapter 57 : Riyan Dan Teman Masa Kecil (Kisah Masa SMP)
58 Chapter 58 : Riyan dan Ajeng (Kisah Masa SMP)
59 Chapter 59 : Serotonin (Kisah Masa SMP)
60 Chapter 60 : Bertemu kawan lama
61 Chapter 61 : Tetangga Baru
62 Chapter 62 : Pohon Dalem Rumah
63 Chapter 63 : Ternyata...
64 Chapter 64 : Kegiatan Sekolah : Lari Marathon
65 Chapter 65 : Evi Menawarkan Tumpangan Gratis
66 Chapter 66 : Curang dan Ketahuan
67 Chapter 67 : Bersantai Di Aula
68 Chapter 68 : Waktu Luang Sepulang Sekolah
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Chapter 01 : Hujan & Restoran
2
Chapter 02 : Murid Baru
3
Chapter 03 : Gadis Idaman
4
Chapter 04 : Sedikit Rasa Cemburu
5
Chapter 05 : Impian Yang Terkubur
6
Chapter 06 : Mari Menulis Komik Bersama
7
Chapter 07 : Alasan Untuk Menjadi Penulis Komik
8
Chapter 08 : Memulai
9
Chapter 9 : Galau
10
Chapter 10 : Mantan
11
Chapter 11 : Curhatan Mantan
12
Chapter 12 : Terdistraksi
13
Chapter 13 : Maen Mobile Legend
14
Chapter 14 : Maen Mobile Legend (Bagian 2)
15
Chapter 15 : Halte
16
Chapter 16 : Sepatu Kebakar
17
Chapter 17 : Manis, Lalu Hambar
18
Chapter 18 : Bermalas-malasan Sebelum Malam Tahun Baru
19
Chapter 19 : Saingan
20
Chapter 20 : Meow... Meow
21
Chapter 21 : Dulu
22
Chapter 22 : Dulu (Bagian 2)
23
Chapter 23 : Salah Beli
24
Chapter 24 : Menunggu Pergantian Tahun
25
Chapter 25 : Sup Daging
26
Chapter 26 : Hati Yang Meledak
27
Chapter 27 : Riyan Di Perpustakaan
28
Chapter 28 : Malam Tahun Baru
29
Chapter 29 : Misteri Kotak Kertas Suara Pemilihan OSIS
30
Chapter 30 : Peringkat
31
Chapter 31 : Razor19
32
Chapter 32 : Tak Ada Salahnya Untuk Ikut
33
Chapter 33 : Terkunci Dari Luar
34
Chapter 34 : Usaha Yang Sia-Sia
35
Chapter 35 : Terlambat Menyadari
36
Chapter 36 : Sumber Dari Patah Hati
37
Chapter 37 : Diselamatkan & Ditembak
38
Chapter 38 : Nat
39
Chapter 39 : Bergabung
40
Chapter 40 : Kira-Kira Setahun Yang Lalu
41
Chapter 41 : Pertemuan pertama (Bagian 1)
42
Chapter 42 : Pertemuan Pertama (Bagian 2)
43
Chapter 43 : Pertemuan Pertama (Bagian 3)
44
Chapter 44 : Bukan Tidur Yang Bikin Aku Mimpi, Tapi Kamu (Bagian 1)
45
Chapter 45 : Gue Ada Kegiatan Ekskul
46
Chapter 46 : Tujuan Yang Sama
47
Chapter 47 : Si Cewek Muka Pucat
48
Chapter 48 : Kelompok Ekstrakurikuler Menulis
49
Chapter 49 : Hyouka
50
Chapter 50 : Di dalam bis kenangan (Bagian 1)
51
Chapter 51 : Di dalam bis kenangan (Bagian 2)
52
Chapter 52 : Riyan dan Darmin
53
Chapter 53 : Riyan dan Ayu (Kisah Masa SMP)
54
Chapter 54 : Riyan dan Merpati Putih (Kisah Masa SMP)
55
Chapter 55 : Riyan dan Petasan Bambu (Kisah Masa SMP)
56
Chapter 56 : Riyan dan Matematika (Kisah Masa SMP)
57
Chapter 57 : Riyan Dan Teman Masa Kecil (Kisah Masa SMP)
58
Chapter 58 : Riyan dan Ajeng (Kisah Masa SMP)
59
Chapter 59 : Serotonin (Kisah Masa SMP)
60
Chapter 60 : Bertemu kawan lama
61
Chapter 61 : Tetangga Baru
62
Chapter 62 : Pohon Dalem Rumah
63
Chapter 63 : Ternyata...
64
Chapter 64 : Kegiatan Sekolah : Lari Marathon
65
Chapter 65 : Evi Menawarkan Tumpangan Gratis
66
Chapter 66 : Curang dan Ketahuan
67
Chapter 67 : Bersantai Di Aula
68
Chapter 68 : Waktu Luang Sepulang Sekolah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!