Chapter 10 : Mantan

"Halo… met malem, yan?" Seseorang yang tersambung dengan telpon gue suaranya terdengar familiar, suara cewek.

Tanpa ragu gue langsung bilang, "Lo dapet nomor gue darimana,Liv?" Gue enggak salah lagi, yang saat ini nelpon gue adalah Olivia, getaran di hati gue yang ngasih tahu. Gue lantas ngerasa harus berhati-hati saat bicara.

Kita udah lama enggak saling komunikasi lagi setelah putus. Karena ego masing-masing, kita jadi saling hapus nomer dan saling block akun sosial media. Itulah sebabnya gue lumayan kaget ketika ngeliat dia punya pacar baru, soalnya gue enggak pernah bisa stalking dia lagi setelah kita putus.

"Langsung ketahuan ya, kamu langsung tau kalo ini aku, hehe…"  Gue bisa merasakan Olivia tersenyum di seberang sana, gue juga bisa membayangkannya.

"Iya lah, gue tahu dari suara lo." Gue tersenyum, mikir kalau dia polos. "Siapa aja yang kenal sama lo juga bakalan tahu kalo lo nelpon meski dia enggak simpen nomor lo." Lanjut gue.

"Gitu, ya… huh, padahal aku niatnya mau nge-prank kamu lho, sebelum ngasih tau." Dia niat mau nge-prank tapi enggak tahu jenis prank apa yang bakal dia lakuin karena udah ketahuan sama gue duluan. Entah kenapa gue malah agak nyesel dikit karena langsung nebak, harusnya gue pura-pura terperangkap dalam prank-nya dia dulu, biar dia ngerasa jadi ratu prank malem ini.

Eh, ngomong-ngomong, dia mau bilang apa, ya? "Ngasih tau apa? Gue bertanya.

"Ngasih tau kalau…" Dia berhenti ngomong, sengaja di lama-lamain biar gue penasaran.

"Apa?"

"Kalau…"

"Apa ih, cepetan bilang, bikin penasaran aja." Gue agak kesel karena dia bikin gue pensaran dan… GR, ada sedikit pikiran kalau dia bakal bilang 'Kangen.'

"Kalau aku…"

"Kalau lo apa? Ternyata cowok, alias waria?" Gue becanda tapi sedikit kesel.

"Ih, jahat." Dia kayaknya cemberut.

"Lha iya, cepetan bilang, jangan becanda."

"Hehe…" Olivia memberi jeda setelah ketawa, "aku ada di depan rumah kamu." Lanjutnya.

Gue yakin dia pasti bohong. Nanti dia bakal nyuruh gue keluar rumah dan ternyata dia nya becanda, dia enggak ada disana. Udah ketebak.

"Enggak percaya gue, lo pasti cuman becanda aja, kan?"

"Beneran, coba aja keluar, aku di depan rumah kamu kok." Dia ngomong seolah dia itu beneran ada di depan rumah, meyakinkan. Hati gue entah kenapa berasa ingin gerakin badan untuk nemuin dia.

Gue matiin TV, kemudian berdiri dari sofa dan melangkah menuju ke pintu depan, berharap ketemu dia pas ngebuka pintu.

Gagang pintu depan gue raih dengan perasaan harap-harap cemas. Malem ini, kalau bisa, gue beneran bisa ketemu dia di depan rumah gue. Olivia segera mematikan sambungan telponya ketika di seberang sana ia menyadari kalau gue sedang berjalan.

Setelah pintu gue buka, beberapa kendaraan bermotor di jalan raya depan rumah gue berlalu. Gue lantas celingukan kanan-kiri nyariin Olivia yang ternyata beneran enggak ada di depan rumah gue. Sialan, dia beneran cuman jail aja dan gue yang terlalu berharap.

Gue mengambil napas penuh kepasrahan. Berbalik badan dengan niat untuk kembali ke kamar dan rebahan. Gue menggerutu sedikit karena kena prank-nya Olivia.

"Hai, yan!" Seseorang menyapa sambil cekikikan.

Gue tersenyum, tahu suara siapa itu. Gue sedikit lega, itu suara Olivia.

Olivia tempak tersenyum di pinggir jalan sambil melambaikan tangan ke arah gue. Kemudian angin berhembus lumayan kenceng sampai rambut panjangnya melambai ke sebelah kiri. Dan gue hanya bisa tersenyum mendapati Oliva yang seperti itu, dia keliatan anggun.

Rembulan di atas keliatan pede banget memantulkan cahaya matahari, cahaya nya mampu menerangi lingkungan sekitar. Gue menatap bulan yang bersinar cerah sambil jalan di sebelah Olivia.

Mendadak, Olivia ngajak jalan kaki bareng entah kemana aja. Karena gue enggak punya kesibukan dirumah, gue menyetujui ajakanya tanpa pikir panjang. Katanya, malem ini dia lagi ada acara nginep di rumah Bunga, temen sekelas kita yang kebetulan tinggal di daerah sini. Karena dirasa enggak terlalu jauh jarak antara rumah Bunga dan rumah gue, dia minta bantuan Adit untuk nganterin ke rumah gue, dan Adit pun katanya buru-buru pergi setelah nganterin Olivia di depan rumah gue. Sialan, dia pasti sengaja begitu.

Suasana di sekitar lumayan rame, karena belum terlalu larut malem, masih sekitar setengah delapan. Orang-orang lewat bergantian di sekitar kami yang lagi jalan bareng. Mereka pada sibuk, beberapa juga mungkin ada yang sama kayak kita, lagi jalan-jalan malem enggak tahu mau kemana.

Kita udah jalan lumayan jauh. Meski pun enggak lagi mendung atau habis ujan, udara malem ini terasa dingin banget, gue aja tadi sampe nyempetin diri dulu buat ngambil jake tebel di kamar sebelum keluar bareng Olivia. Sedangkan Olivia yang saat ini lagi jalan di samping gue hanya mengenakan baju lengan panjang warna putih yang tipis serta memakai rok yang berwarna merah jambu, panjangnya di bawah lutut pas. Tentu saja dia bakal kedinginan nanti kalau makin malem. Kayaknya, dia enggak memprediksi kalau udara di luar bakal lebih dingin nanti.

Dari tadi gue belum menemukan klu tentang kemana tujuan perjalanan kita malam ini. Dia tadi cuman bilang, "Kamu enggak lagi sibuk, kan? Temenin aku jalan-jalan, yuk mumpung aku lagi nginep di rumah Bunga, aku udah ijin kok." Gitu, terus, pas gue nanya tujuannya kemana, dia malah becanda, "Jalanin aja dulu."

Di tengah perjalanan kita, sambil kakinya melangkah mengimbangi langkah kaki gue, tiba-tiba dia berkata sesuatu. "Riyan, sebenerya gue mau cerita sesuatu."

"Hmm?" Gue mengangkat salah satu alis.

"Tapi seharusnya aku enggak  cerita ke kamu tentang hal ini."

"Trus kenapa bilang." Kata gue dalem hati.

"Tapi kayaknya aku harus cerita, deh." Katanya. Arah pandangan Olivia melihat ke bawah, memperhatikan langkah kakinya. Sesaat kemudian, dia ngeliat ke arah gue sambil bilang, "Kamu mau apa enggak denger curhatan aku?"

Abis Olivia bilang gitu, angin berhembus dari arah selatan. Olivia keliatan meluk dirinya sendiri, mencoba berlindung dari hawa dingin. Di otak gue, sempet kebayang gue yang bakal ngasih jaket yang lagi gue pake ke Olivia, tapi seperti biasa, gue biarin dulu sampai dia nge dempet ke gue, baru gue kasih, karena biasanya juga gitu.

Sambil jalan, gue mempersiapkan diri untuk mendengar curhatannya dengan seksama. Entah apa yang bakal dia ceritain, entah itu topik yang ringan apa berat, gue harus pasang telinga baik-baik.

Eh, tunggu dulu, sejenak, enggak tahu kenapa gue jadi ngerasa kita ini masih pacaran. Seakan enggak ada jarak yang membatasi kita hingga gue lupa kalau hatinya udah milik orang lain.

Setelah diam beberapa saat, gue akhirnya dengan suka rela berkata, "Mau."

Bersambung …

Terpopuler

Comments

Liling Sarungallo

Liling Sarungallo

semangat kak 💪🥰

2023-05-25

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01 : Hujan & Restoran
2 Chapter 02 : Murid Baru
3 Chapter 03 : Gadis Idaman
4 Chapter 04 : Sedikit Rasa Cemburu
5 Chapter 05 : Impian Yang Terkubur
6 Chapter 06 : Mari Menulis Komik Bersama
7 Chapter 07 : Alasan Untuk Menjadi Penulis Komik
8 Chapter 08 : Memulai
9 Chapter 9 : Galau
10 Chapter 10 : Mantan
11 Chapter 11 : Curhatan Mantan
12 Chapter 12 : Terdistraksi
13 Chapter 13 : Maen Mobile Legend
14 Chapter 14 : Maen Mobile Legend (Bagian 2)
15 Chapter 15 : Halte
16 Chapter 16 : Sepatu Kebakar
17 Chapter 17 : Manis, Lalu Hambar
18 Chapter 18 : Bermalas-malasan Sebelum Malam Tahun Baru
19 Chapter 19 : Saingan
20 Chapter 20 : Meow... Meow
21 Chapter 21 : Dulu
22 Chapter 22 : Dulu (Bagian 2)
23 Chapter 23 : Salah Beli
24 Chapter 24 : Menunggu Pergantian Tahun
25 Chapter 25 : Sup Daging
26 Chapter 26 : Hati Yang Meledak
27 Chapter 27 : Riyan Di Perpustakaan
28 Chapter 28 : Malam Tahun Baru
29 Chapter 29 : Misteri Kotak Kertas Suara Pemilihan OSIS
30 Chapter 30 : Peringkat
31 Chapter 31 : Razor19
32 Chapter 32 : Tak Ada Salahnya Untuk Ikut
33 Chapter 33 : Terkunci Dari Luar
34 Chapter 34 : Usaha Yang Sia-Sia
35 Chapter 35 : Terlambat Menyadari
36 Chapter 36 : Sumber Dari Patah Hati
37 Chapter 37 : Diselamatkan & Ditembak
38 Chapter 38 : Nat
39 Chapter 39 : Bergabung
40 Chapter 40 : Kira-Kira Setahun Yang Lalu
41 Chapter 41 : Pertemuan pertama (Bagian 1)
42 Chapter 42 : Pertemuan Pertama (Bagian 2)
43 Chapter 43 : Pertemuan Pertama (Bagian 3)
44 Chapter 44 : Bukan Tidur Yang Bikin Aku Mimpi, Tapi Kamu (Bagian 1)
45 Chapter 45 : Gue Ada Kegiatan Ekskul
46 Chapter 46 : Tujuan Yang Sama
47 Chapter 47 : Si Cewek Muka Pucat
48 Chapter 48 : Kelompok Ekstrakurikuler Menulis
49 Chapter 49 : Hyouka
50 Chapter 50 : Di dalam bis kenangan (Bagian 1)
51 Chapter 51 : Di dalam bis kenangan (Bagian 2)
52 Chapter 52 : Riyan dan Darmin
53 Chapter 53 : Riyan dan Ayu (Kisah Masa SMP)
54 Chapter 54 : Riyan dan Merpati Putih (Kisah Masa SMP)
55 Chapter 55 : Riyan dan Petasan Bambu (Kisah Masa SMP)
56 Chapter 56 : Riyan dan Matematika (Kisah Masa SMP)
57 Chapter 57 : Riyan Dan Teman Masa Kecil (Kisah Masa SMP)
58 Chapter 58 : Riyan dan Ajeng (Kisah Masa SMP)
59 Chapter 59 : Serotonin (Kisah Masa SMP)
60 Chapter 60 : Bertemu kawan lama
61 Chapter 61 : Tetangga Baru
62 Chapter 62 : Pohon Dalem Rumah
63 Chapter 63 : Ternyata...
64 Chapter 64 : Kegiatan Sekolah : Lari Marathon
65 Chapter 65 : Evi Menawarkan Tumpangan Gratis
66 Chapter 66 : Curang dan Ketahuan
67 Chapter 67 : Bersantai Di Aula
68 Chapter 68 : Waktu Luang Sepulang Sekolah
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Chapter 01 : Hujan & Restoran
2
Chapter 02 : Murid Baru
3
Chapter 03 : Gadis Idaman
4
Chapter 04 : Sedikit Rasa Cemburu
5
Chapter 05 : Impian Yang Terkubur
6
Chapter 06 : Mari Menulis Komik Bersama
7
Chapter 07 : Alasan Untuk Menjadi Penulis Komik
8
Chapter 08 : Memulai
9
Chapter 9 : Galau
10
Chapter 10 : Mantan
11
Chapter 11 : Curhatan Mantan
12
Chapter 12 : Terdistraksi
13
Chapter 13 : Maen Mobile Legend
14
Chapter 14 : Maen Mobile Legend (Bagian 2)
15
Chapter 15 : Halte
16
Chapter 16 : Sepatu Kebakar
17
Chapter 17 : Manis, Lalu Hambar
18
Chapter 18 : Bermalas-malasan Sebelum Malam Tahun Baru
19
Chapter 19 : Saingan
20
Chapter 20 : Meow... Meow
21
Chapter 21 : Dulu
22
Chapter 22 : Dulu (Bagian 2)
23
Chapter 23 : Salah Beli
24
Chapter 24 : Menunggu Pergantian Tahun
25
Chapter 25 : Sup Daging
26
Chapter 26 : Hati Yang Meledak
27
Chapter 27 : Riyan Di Perpustakaan
28
Chapter 28 : Malam Tahun Baru
29
Chapter 29 : Misteri Kotak Kertas Suara Pemilihan OSIS
30
Chapter 30 : Peringkat
31
Chapter 31 : Razor19
32
Chapter 32 : Tak Ada Salahnya Untuk Ikut
33
Chapter 33 : Terkunci Dari Luar
34
Chapter 34 : Usaha Yang Sia-Sia
35
Chapter 35 : Terlambat Menyadari
36
Chapter 36 : Sumber Dari Patah Hati
37
Chapter 37 : Diselamatkan & Ditembak
38
Chapter 38 : Nat
39
Chapter 39 : Bergabung
40
Chapter 40 : Kira-Kira Setahun Yang Lalu
41
Chapter 41 : Pertemuan pertama (Bagian 1)
42
Chapter 42 : Pertemuan Pertama (Bagian 2)
43
Chapter 43 : Pertemuan Pertama (Bagian 3)
44
Chapter 44 : Bukan Tidur Yang Bikin Aku Mimpi, Tapi Kamu (Bagian 1)
45
Chapter 45 : Gue Ada Kegiatan Ekskul
46
Chapter 46 : Tujuan Yang Sama
47
Chapter 47 : Si Cewek Muka Pucat
48
Chapter 48 : Kelompok Ekstrakurikuler Menulis
49
Chapter 49 : Hyouka
50
Chapter 50 : Di dalam bis kenangan (Bagian 1)
51
Chapter 51 : Di dalam bis kenangan (Bagian 2)
52
Chapter 52 : Riyan dan Darmin
53
Chapter 53 : Riyan dan Ayu (Kisah Masa SMP)
54
Chapter 54 : Riyan dan Merpati Putih (Kisah Masa SMP)
55
Chapter 55 : Riyan dan Petasan Bambu (Kisah Masa SMP)
56
Chapter 56 : Riyan dan Matematika (Kisah Masa SMP)
57
Chapter 57 : Riyan Dan Teman Masa Kecil (Kisah Masa SMP)
58
Chapter 58 : Riyan dan Ajeng (Kisah Masa SMP)
59
Chapter 59 : Serotonin (Kisah Masa SMP)
60
Chapter 60 : Bertemu kawan lama
61
Chapter 61 : Tetangga Baru
62
Chapter 62 : Pohon Dalem Rumah
63
Chapter 63 : Ternyata...
64
Chapter 64 : Kegiatan Sekolah : Lari Marathon
65
Chapter 65 : Evi Menawarkan Tumpangan Gratis
66
Chapter 66 : Curang dan Ketahuan
67
Chapter 67 : Bersantai Di Aula
68
Chapter 68 : Waktu Luang Sepulang Sekolah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!