Pagi ini seperti biasa, gue berjalan kaki berangkat ke sekolah di atas trotoar dengan rasa kantuk. Gue menguap sambil garuk-garuk kepala. Semalem, abis ngerjain tugas, Adit malah ngajakin main game Naruto Utlimate Ninja Storm 4, sebuah game genre pertarungan yang di angkat dari serial komik jepang populer. Entah berapa kali pertarungan yang kita mainkan, yang jelas karena keasyikan main game, kita malah jadi lupa waktu dan baru tidur jam 2 malem. Untungnya, gue enggak bangun kesiangan setelahnya. Gue bangun jam 4 pagi, begitu bangun dari tidur, gue langsung bangunin Adit dan izin buat langsung buru-buru pulang. Sesampainya di rumah, gue malah ketiduran lagi dan kebangun jam setengah tujuh, masih aman buat berangkat ke sekolah dengan santai kayak sekarang.
Hari ini, di lab komputer, selama Adit berada di sebelah gue, dia selalu aja ngebujuk gue untuk nulis komik bareng dia. Tentu saja, seberapa pun dia sering ngebujuk gue, gue tetep aja enggak mau menyetujui ajakannya. Kadang dia bilang, “Ayolah, yan. Kita jadi komikus bareng, lo enggak mau apa, nama lo masuk majalah?” Dia juga bilang, “Kalo komik kita di kontrak sama Majalah Aneka Komik, kita bisa jadi kaya, lho.” Atau, “Bayangin kalo Olivia, mantan lo itu liat nama lo di majalah itu, pasti dia langsung kagum sama lo dan ngajak balikan.” Gue cuma bisa menghela nafas akan semua bujuk rayu Adit. Lagian, mana mungkin jadi penulis komik bisa menarik perhatian mantan, kalau masalah seni, setahu gue dia sukanya sama musik.
Iya, sih, pas kita masih pacaran dulu, tuh, gue pernah ngeliat dia sesekali baca komik, dia suka komik jepang yang judulnya, Chibi Maruko-chan. Katanya, sih, karena komik itu lucu dan karakter utamannya menggemaskan. Tapi, ya, gue enggak pernah liat dia baca majalah Aneka Komik. Jadi, jadi penulis komik di majalah itu enggak mungkin bisa menarik perhatian mantan. Lagipula, majalah populer begitu pasti sangat susah untuk di tembus. Enggak mungkin gue dan Adit bisa jadi penulis komik disitu meski Adit punya kepercayaan diri yang ketinggian.
Oh, iya, tentang tugas TIK gue. Aman, gue bisa membawakan materi dengan baik di depan kelas, walaupun ada beberapa kali salah ngomong dan lemot. Tapi gue pikir itu enggak jadi masalah besar. Gue emang agak kesulitan kalau harus ngomong di depan banyak orang.
Akhirnya jam istirahat pertama tiba. Gue memutuskan untuk ke perpustakaan ketimbang pergi ke kantin sama Adit kayak biasanya. Jujur aja hari ini gue agak risih berada di sebelah Adit, pasti dia bakal terus ngebujuk gue untuk nulis komik bareng. Selain risih juga, hari ini gue pengen aja, gitu, menikmati hari dengan baca buku di perpustakaan.
Perpustakaan sekolah berasa tenang banget, cuma ada sekitar sepuluh siswa-siswi yang ada di sini, padahal tempatnya luas dan bukunya banyak. Sepi, damai, di tambah, gue duduknya di deket jendela yang kebuka, kena angin sepoi rasanya sejuk. Ibu penjaga perpustakaan hari ini kayaknya mood-nya lagi bagus, dari tadi senyum sambil baca buku. Di atas meja beliau ada pot bunga kecil seukuran gengaman tangan, yang di tanami bunga kaktus mungil. Sesekali dia menyambut pengunjung perpustakaan dan melayani peminjaman buku.
Gue duduk dengan menopang dagu menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanan gue memegangi buku novel yang tak terlalu tebal. Judul novel yang sedang gue baca adalah Hyouka, buku terjemahan dari bahasa jepang, semacam novel misteri gitu. Bercerita tentang kehidupan seorang siswa SMA bernama Oreki Hotaro yang di utus kakanya untuk bergabung ke dalam klub sastra kllasik agar klub tersebut tidak di bubarkan. Pertemuannya dengan gadis bernama Chitanda Eru membuat kehidupan Oreki berubah karena dia terus berpikir tentang misteri-misteri yang terjadi di sekitarnya. Pokoknya gitu, deh. Bagus, walau sedikit membosankan,sih. Tapi karena bukunya tipis, ya gue baca iini aja. Gue bingung, kenapa perpustakaan sekolah punya buku kayak gini, ya? Kayanya kalau enggak selesai baca di perpustakaan, gue pinjem aja deh, buat di baca di rumah.
Di tengah ketenangan gue membaca novel, tiba-tiba gue denger seseorang yang sedikit tergesah-gesah masuk ke dalam perpus, gue enggak peduli karena mungkin gue enggak kenal dia siapa, gue tetep fokus menikmati bacaan, membalik lembar buku.
Gue dapat merasakan ada seseorang duduk di sebelah gue, lalu kemudian...
“Riyan!”
Orang yang duduk di sebelah gue tiba-tiba nepok pundak gue dengan lumyan keras, membuat gue dengan cepat, reflek menoleh ke kanan, untuk memandangi orang itu.
“Ap-?” Gue jadi sedikit kaku ketika mengetahui orang itu siapa, “Olivia?!”
Dia adalah Olivia, mantan pacar gue.
Ini pertama kalinya gue duduk bersebalahan sama Olivia semenjak dia sekelas sama dia tiga hari lalu. Perasaan yang sama masih dapat gue rasakan ketika bersebelahan sama dia, udah lama enggak sebelahan kayak gini. Ternyata, enggak ada rasa gerogi lagi, mungkin karena sering liat dia lagi dan kemaren juga sempet jalan sebelahan walaupun cuman bentar. Entah kenapa gue masih merasakan kenyamanan yang sama, seperti dulu.
“Eh, lo, liv.” Gue ngerasa canggung, dan berusaha untuk biasa aja.
“Tumben kamu sendirian, biasanya sama Adit.” Dia tersenyum.
“Hehe... iya,nih, lagi pengen baca buku aja.”
Olivia meletakan tas ranselnya di kursi. Mata indahnya melirik ke buku bacaan gue. Karerna gue menutupinya dengan telapak tangan, dia agak berusaha sedikit lebih keras untuk mengintip itu. Hingga akhirnya, dia berhasil mengetahui judul dari buku yang gue baca. “Ah, Hyouka, ya?”
Gue membuka perlahan telapak tangan yang menutupi judul buku, gue agak menggeser posisi duduk, mencari posisi duduk yang nyaman, mejanya jadi sedikit berderit.
“Lo tahu novel ini?”
Olivia menggelengkan kepala, “bukan novelnya, tapi animenya.” Olivia mengambil buku dari gue dengan perlahan dan lanjut bilang, “aku justru enggak tahu kalau ada novelnya, aku kira anime Hyouka di angkat dari komik, ternyata dari novel, ya.” Olivia memperhatikan novel Hyouka yang di pegangnya sebelum mengembalikan novel itu ke gue lagi.
“Gue malah baru tahu kalau ada anime-nya.” Gue menerima novel itu lagi.
“Lumayan bagus, lho, walau agak ngebosenin.” Olivia tersenyum.
Pengetahuan anime Olivia lebih luas ketimbang gue, dia mungkin udah nontonin banyak judul anime, sedangkan gue cuman nonton beberapa judul terkenal aja. Suka nonton anime, tapi enggak yang sampai marathon satu musim per hari, gitu. Basanya kalau marathon nonton mata gue cuman kuat satu sampaii empat episode.
“Jangan spoiler, gue belum kelar bacanya.” Gue memperingati.
Olivia tertawa kecil. “Enggak, kok, enggak, hehe...”
Jujur aja gue seneng Olivia tahu tentang buku yang lagi gue baca, gue seneng kita tahu hal yang sama, dari dulu juga begitu. Untuk beberapa detik, gue sempet lupa diri, gue sempet ngerasa kalau kita masih pacaran kayak dulu, dulu juga kita sering ngobrolin anime kalo lagi berdua. Kadang, dia juga ngomongin Anime. Karena gue enggak begitu sering nonton anime, seringnya gue hanya sekedar meng-“iya” kan aja, biar obrolannya nyambung.
Jadi, dia juga tahu tentang novel yang lagi gue baca, ya. Seneng rasanya, oke deh, udah gue putuskan, entar gue pinjem novelnya, bakal gue baca sampai selesai.
“Maaf, ya, ganggu.” Lanjut Olivia. “Silahkan di lanjut bacanya.” Katanya lagi.
“Iya, enggak apa-apa kok.” Gue mencoba tersenyum semanis mungkin.
Kita saling diam setelahnya, gue lanjut baca novel sedangkan dia main HP. Berapa detik kemudian, Olivia membuka tas ranselnya, merogohnya seakan mencari sesuatu. Tak lama, dia mengeluarkan majalah Aneka Komik dari dalam tas-nya.
Sambil melirik ke arah majalah Aneka Komik di atas meja, di hadapan Olivia, gue seketika teringat ajakan Adit, suara Adit yang berkata, “Ayo nulis komik bareng, terus terbitin di majalah Aneka Komik.”
“Lo suka baca majalah itu juga, ya?” Tanya gue.
“Ah, iya, aku suka baca Aneka Komik.”
“Dulu, setahu gue, lo jarang baca komik.” Gue enggak mau ngebahas masa lalu terlalu jauh, jadi gue sangat berhati-hati dalam bertanya.
Olivia memandangi majalah tersebut, “Iya, aku suka baca ini baru sekitar tiga bulan yang lalu, kok, di sekolahku yang dulu banyak anak cowok di kelas yang pada baca majalah ini, terus, aku di rekomendasiin buat baca suatu judul komik yang lagi trending.”
“Oh, ya?” Entah kenapa gue jadi sedikit bersemangat ngebahas ini.
Dia mengangguk sebelum melanjutkan. “Beberapa anak cewek juga suka baca dan langganan, terus aku jadi ketularan. Ada satu judul komik lokal yang menurutku bagus banget, yaitu ‘Perjalan Mencari Peri’, karya Wira Sudarjo, ceritanya seru banget. Menceritakan tentang seorang anak kecil umur sembilan tahun yang pengen ketemu peri, banyak kejadian menarik yang dia lewati selama mencari peri, sampai sekarang belum tamat, masih on going, padahal serialnya udah terbit mingguan di majalah Aneka Komik selama dua tahun lebih.”
“Begitu, ya?” Gue mulai tersenyum.
“He’em.” Olivia terlihat seakan mengambil nafas untuk lanjut bercerita, “Terus, ada komik jepang yang aku juga suka, judulnya ‘Haikyuu!’ ceritanya tentang tim volly karasuno, keren deh ceritanya, penuh inspirasi. Oh, iya, kadang juga aku suka baca rubrik lomba komik, ada beberapa judul yang menarik juga, ada juga yang jelek, karena emang penulisnya bukan profesional. Kadang suka enggak sabar nunggu pemenangnya tiap tahun.”
Olivia begitu bersemangat nyeritain tentang komik yang dia suka baca di majalah itu, seneng banget kayaknya.
“Emang ada perlombaan komik di situ, ya?”
“Iya, di adain setiap ema bulan sekali kayaknya.” Dia menjawab pertanyaan gue dengan cepat.
Olivia lanjut bercerita tentang majalah Aneka Komik, dengan penuh semangat. Gue seneng dengernya, gue jadi maikin penasaran dan makin banyak nanya. Entah kapan terakhir kali gue deket sama Olivia kayak gini. Setahun lalu mungkin? Atau lebih? Lupa. Dia terus cerita tentang majalah Aneka Komik.
Kayaknya gue bakal ngejilat ludah gue sendiri, deh. Gue jadi punya pikiran untuk bilang ke Adit kalau gue juga tertarik nulis komik bareng dia, terus nyoba ngirim ke Aneka komik.
Oke deh, gue bakal nyoba, gue bakal lakukan. Gue akan jadi penulis komik bareng Adit, kita bakal jadi nomor satu dan populer di majalah itu. siapa tahu, dengan cara itu gue bisa ngajak mantan gue balikan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Dinnost
😁😁😁😁
2023-06-05
0
Dinnost
kok gak mau sih...
coba aj dulu
2023-06-05
0
Mila Nuur
lanjut 🙏🏻👍
2023-05-24
0