Eps XIV : Kapankah Nihon Tersadar Dari Komanya? (3)

"Ada kebisingan apa disana? kenapa ramai sekali orang-orang berkerumunan di lift?" Adelia berjalan ke lift untuk menemui ayahnya di lantai 17, saat sampai di lift, Adelia bertemu dengan kerumunan orang banyak, Adelia kebingungan dan sempat mengeluh karena orang-orang tersebut berkerumunan menghalangi jalan Adelia untuk sampai di lift. "Duh, memangnya ada apa sih sampai mereka menghalangiku seperti ini? andai saja mereka tahu kalau aku sedang terburu-buru" Dengan tak sengaja Adelia melontarkan keluhannya terlalu keras, seorang pria berbaju hitam mendengar keluhan Adelia tersebut dari belakang, ia pun menjawab pertanyaan Adelia. "Ada kerusakan pada lift yang menyebabkan liftnya hampir terjatuh, ada 9 orang di dalamnya yang terancam, petugas menuju kemari" Jawab dari pria Tersebut. Pernyataan dari pria barusan menjawab semua kebingungan dari Adelia, tentu Adelia terkejut dan Khawatir setelah beberapa saat setelah mendengar jawaban dari pria tersebut. "Lantas bagaimana aku harus pergi ke lantai 17? aku benar-benar sedang buru-buru" Adelia tergesa-gesa, panik dan tak tahu harus berbuat apa. Pria itu kemudian menjawab kembali kepanikan Adelia. "Jika kau memang sedang terburu-buru, kau bisa menaiki tangga darurat di koridor sebelah kiri" Jawab pria itu. "Oh... baiklah kalau begitu, terima kasih sebelumnya" Ucapan terima kasih dari Adelia kepada pria tersebut sebelum akhirnya berlari tergesa-gesa.

"Kalau tidak salah, pria itu bilang tangganya ada di koridor sebelah kiri, nah itu dia" setelah Adelia menemukan tangga darurat yang ia cari, terlihat banyak petugas yang bergerombolan keluar dari tangga tersebut untuk menangani masalah lift barusan. Adelia dan petugas-petugas itu berlari berlawanan arah, tidak sedikit dari mereka bertubrukan dan menyenggol satu sama lain. "Badanku sakit semua, mereka larinya cepat sekali sih... benar-benar tidak tahu adab menghormati wanita!" Lagi-lagi Adelia mengeluh karena hal kecil tersebut. Sekejap seluruh rasa panik di Adelia dengan cepat melupakan hal barusan dan segera menaiki anak tangga satu persatu hingga sampai ke lantai 17. Dugg Kaki Adelia menyenggol salah satu anak tangga yang membuatnya berhenti sejenak di lantai 3. "Aww, duh pake kesenggol segala lagi... sudah tahu aku sedang buru-buru, biarkanlah" Selagi mengeluh, Adelia terus saja menaiki anak tangga itu satu persatu hingga akhirnya sampai ke lantai 17 tanpa ada gangguan apapun lagi.

"Itu dia ayah, tapi sedang apa ayah diluar?" tanya Adelia dari kejauhan. Adelia segera menghampiri ayahnya di depan. "Ayah, ini Adelia" "Adelia? apa kau melihat Migular? Kemana perginya anak itu?!??!!!?" Ayahnya bertanya ke Adelia dengan nada yang panik. Ayahnya menunggu didepan ruangan ditemani oleh perawat dengan panik menunggu kedatangan Migular yang menghilang di rumah sakit, sedangkan kondisi rumah sakit sedang gelap gulita, hanya ada lampu alarm darurat dan cahaya matahari dari luar jendela yang menerangi sedikit ruangan di dalam rumah sakit, saat itu suasana sangat sepi dan tidak banyak orang seperti biasanya. Semuanya telah melarikan diri ke ruangan yang lebih aman. Suara alarm kemudian berbunyi kembali, menandakan seuatu yang lebih besar akan segera terjadi. Mendengar alarm darurat yang berbunyi itu, si perawat mengarahkan Adelia dan Rahel untuk segera pergi ke lantai satu rumah sakit. "Tidak... Aku tidak mau pergi dari sini! Aku ingin Menunggu Migular Kembali kemari! MIGULAR! MIGULAR!" Teriakan memanggil Rahel dari kejauhan, suaranya terdengar hingga segala arah koridor kanan dan kiri. "Tenanglah ayah, Migular saat ini sedang di lantai satu, sesampainya aku disini, aku menemuinya di depan pintu masuk rumah sakit, dia bilang dia mau ke toilet dulu sebentar, sekarang sudah tidak ada lagi yang dikhawatirkan, sebaiknya kita mengikuti arahan dari petugas dan perawat! disini sudah tidak aman" ajak Adelia ke ayahnya. "Lantas bagaimana dengan Nihon yang sedang koma didalam? aku tidak mau meninggalkannya!" Tegas dari Rahel. "Petugas kami akan mengevakuasi seluruh pasien yang sedang koma, lebih baik tuan pergi terlebih dahulu untuk menyelamatkan diri, saya ditugaskan oleh atasan saya untuk mengamankan pasien, ayo tuan dan nona saya antarkan" tawaran dari seorang perawat disamping.

Kondisi saat itu sedang genting, untungnya rumah sakit menyediakan energi alternatif agar listrik dan alat-alat yang digunakan rumah sakit untuk keperluan pasien masih bisa dinyalakan sedangkan lampu di rumah sakit sengaja dimatikan agar mencegah ledakan yang kemungkinan besar akan terjadi. Adelia, Ayahnya, Rahel bersama-sama mengikuti arahan dari perawat dan petugas untuk segera pergi ke lantai satu. Mereka mulai turun tangga darurat yang sama digunakan Adelia untuk naik ke lantai 17. Namun, kali ini mereka harus turun lebih banyak anak tangga yang jauh lebih melelahkan dan sulit karena harus menuruni anak tangga, sedangkan sebelumnya Adelia hanya menaiki anak tangga ke atas. Selama menuruni tangga, mereka bertemu dengan beberapa pasien dan perawat yang juga tengah mengevakuasi diri ke lantai satu.

Kondisi lantai satu terlihat sangat berbeda dibanding sebelumnya. Para petugas dan perawat terlihat sangat sibuk mengatur evakuasi dan menenangkan para pasien yang panik. Sementara itu, keluarga pasien yang datang untuk menjenguk keluarganya juga terlihat panik dan khawatir. Adelia mencoba mengantisipasi situasi dengan tetap tenang dan menenangkan Rahel yang terlihat panik berkeringat dingin. "Tidak perlu khawatir yah, aku yakin semua akan baik-baik saja. Kita tinggal mengikuti petunjuk dan arahan petugas serta perawat disini," kata Adelia meminta ayahnya untuk tenang. "Dimana Migular dan Nihon?? Kau bilang dia ada disini!!??" Rahel masih merasa panik dan belum bisa tenang selama berkumpul dengan seluruh anggota keluarganya, Nihon yang sedang koma dan Migular yang telah menghilang lama entah dimana keberadaannya saat ini.

...----------------...

Sedangkan Migular di tempat lain...

"Persetan atas apa yang telah kau perbuat dengan hidupku! kau telah membuatku cukup sengsara! Kau terus menghantuiku tanpa rasa bersalah! apa yang kau inginkan dariku!??!!?" Migular mengeluarkan seluruh amarahnya kepada iblis pengganggu tersebut lantaran hidupnya selalu digentayangi oleh mimpi misterius yang tidak jelas apa tujuan dan maksud dari semua itu. Iblis itu terus tersenyum dengan matanya yang berwarna merah tidak pernah berkedip sekalipun menatap Migular. Dari batin Migular yang terdalam, terdengar bahwa suara panik dari banyak orang dirumah sakit. Migular mengira bahwasanya itu adalah firasat yang buruk, akan ada sesuatu yang menimpa seluruh pasien di rumah sakit itu. "Sepertinya ini bukan waktu yang tempat bagi kita untuk bertarung, ada keperluan yang lebih penting dari pada harus meladenimu!" Migular mengejamkan matanya, kemudian setelah itu ia membuka matanya kembali dan telah Kembali ke tempat semula ia berada.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!