Sayangnya, hal itu adalah kenyataan dan bukan mimpi Migular, pemerintah setempat mengerahkan para pemadam dari seluruh penjuru kota agar dapat memadamkan api tersebut. Mereka bergegas cepat sebelum akhirnya banyak korban yang berjatuhan. Petugas langsung mengevakuasi korban dan jasad-jasad yang ditemukannya masuk ke dalam ambulans. Semua petugas yang dikerahkan untuk mengamankan para korban diwajibkan untuk mengenakan pakaian anti api, masker pelindung wajah dan tabung oksigen. Mereka mengamankan korban-korban yang pingsan termasuk Migular dan juga Nihon di dalamnya.
Migular membuka matanya dalam keadaan tidak sadarkan diri dan mencoba menghela napas. Matanya terasa pedih dan terbakar. Wajahnya penuh kemerahan dan tubuhnya terasa panas. Ia mencoba merapatkan kedua bibirnya untuk mengurangi asap yang terhirup oleh hidungnya, seakan ia sedang mencoba untuk bertahan hidup. Saat Migular mencoba untuk bangun, ia merasa bahwa kepalanya terasa berat dan tidak dapat mempertahankan keseimbangannya. Ia merasa terlalu lemah untuk menggerakan tangannya dan kakinya. Namun, ia terus mencoba mengumpulkan kekuatan untuk memperbaiki kondisi tubuhnya yang lemah.
Ia mencoba membuka matanya kembali, kali ini dengan perlahan. Saat ia membuka matanya, ia melihat sebuah pemandangan yang mengejutkan. Dia berada di dalam sebuah ruangan yang bersih dan steril. Di samping tempat tidurnya, terdapat mesin-mesin yang terhubung dengan tubuhnya. Migular merasakan ada cairan yang mengalir ke dalam tubuhnya dan ia merasa lebih segar dan bugar.
Migular mencoba untuk berbicara, namun suaranya hanya terdengar lemah. Seorang dokter masuk ke dalam ruangan dan memeriksa kondisi Migular. "Dokter, apa yang terjadi padaku?" tanya Migular dengan lemah. "Diam, kamu masih dalam masa pemulihan. Kamu terlalu terpapar asap dan panas. Tubuhmu membutuhkan istirahat dan perawatan untuk bisa sembuh sepenuhnya," jawab dokter dengan ramah. Migular merasa bingung. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa sampai ke ruangan ini. Dia juga tidak mengingat apa yang terjadi setelah dia pingsan. Dia mencoba untuk mengingat-ingat, tapi semuanya hanyalah bayangan yang samar-samar.
Setelah beberapa hari berlalu, Migular merasa semakin baik dan bisa berjalan sendiri. Dia juga mulai mengobrol dengan petugas rumah sakit dan berhasil mencari tahu apa yang terjadi setelah dia pingsan. Di samping kanan tempat tidur Migular, ada orang asing yang sedang dikunjungi oleh keluarganya dari luar kota. "Dimana keluargaku seka- a-Ayahhhh" Migular tiba-tiba teringat dengan ayahnya yang saat itu terjebak di dalam rumah.
"Dimana ayahku sekarang??!!??, aku harus segera mencarinya sekarang juga!!" kata Migular. *Migular berlarian ke luar ruangannya dan menanyakan dimanakah ruangan ayahnya kepada dokter dan perawat yang ada di sekitarnya.
Dokter dan perawat segera memberitahu Migular bahwa ayahnya telah berhasil diselamatkan oleh tim pemadam kebakaran dan saat ini sedang berada di rumah sakit yang sama. Migular merasa lega dan bersyukur setelah mendengar kabar itu dan ia langsung menuju kamar ayahnya.
"Dokter, apakah kau tahu dimana kamar orang ini?" *Menunjukan foto*
"Ya, namanya Rahel, dia ada di kamar E-17 di lantai 6.
"Terima kasih"
"Sama-sama"
Saat Migular tiba di kamar ayahnya, ia melihat ayahnya masih dalam kondisi yang lemah dan terbaring di tempat tidur. Tubuh ayahnya diselunjuri luka bakar yang melepuh. Ayahnya tampak sedih dan kecewa, mengingat bahwa ia telah kehilangan semua harta bendanya dalam kebakaran tersebut. Migular memasuki kamar dengan pelan dan hati-hati, ia diantar oleh salah satu perawat disana. Tuan Rahel, ada yang menemuimu, Rahel segera berbalik arah. "Mi-Migular? itukah kau?" tanya kebingungan sang ayah. "iya ayah ini aku, putrimu, Migular. apakah kau masih membenciku karena kejadian waktu itu?" merangkul ayahnya dan mencoba memberi dukungan dengan kata-kata. "Ayah, jangan berkecil hati. Yang penting kita masih hidup, harta yang hilang masih bisa didapatkan kembali. Yang penting kita masih bersama-sama." Ayah Migular tersenyum dan merasa sedikit lebih baik setelah mendengar kata-kata putrinya. "Seharusnya ayah yang minta maaf, ayah sudah salah menilai putriku sendiri" menangis sambil memeluk Migular. "Syukurlah, putriku selamat" Ayahnya yang senang.
Disamping ayahnya, ada Nihon yang juga dirawat bersebelahan dengan ayahnya, Nihon masih belum menyadarkan diri, tubuh Nihon dilapisi dengan kain yang membungkus tangan dan lehernya yang penuh luka bakar. Di dalam kamar itu ada Keluarga Adelia dan Keluarga Nihon yang bersedih atas kondisi mereka, Migular melihat banyak sekali air mata yang ada di mata mereka. "Migular, syukurlah adikku selamat" Adelia menangis sambil menghampiri Migular. "Sudah berapa lama kita di rumah sakit?" Mereka menjawab "sudah hampir 3 bulan kita disini"
Beberapa hari kemudian, Migular dan sekeluarga diberitahu bahwa mereka akan menerima bantuan dari pemerintah setempat untuk memulai kembali kehidupan mereka. Mereka juga mendapat bantuan dari relawan yang membantu mereka bangkit dari keterpurukan. Migular merasa sangat berterima kasih dan bahagia karena mereka masih memiliki harapan untuk memulai kembali kehidupan mereka. Agar dekat dengan keluarganya, kamar rawat Migular dipindahkan ke ruangan ayahnya agar lebih dekat untuk berinteraksi.
"Maaf apabila saya mengganggu waktu kalian, tetapi ini waktunya para pasien harus tidur" kata perawat yang menjaga ruangan tersebut. Lampu ruangan dimatikan dan sudah saatnya para pasien harus tidur, keluarga Adelia dan Keluarga Nihon juga akan tidur di sofa yang sudah disediakan pihak rumah sakit.
...****************...
Di Malam Hari,
*Semuanya sudah tertidur* "Duhh aku kebelet kencing, rasanya sudah tidak tahan lagi" Migular bangun dari tidurnya dan pergi keluar ruangan untuk membuang air kecil. "Ruangannya gelap sekali, tidak ada satu orang pun disini" Migular yang takut berjalan di dalam kegelapan. "Aku tidak boleh takut, aku harus beran-i-i, duh aku sudah tidak tahan, aku sudah tidak peduli lagi" Kata Migular. "Duhh, dimana sih toiletnya, kenapa sangat sulit untuk dicari???!???!!" *Migular mengeluh kesal* "Nahh, itu dia toiletnya! ternyata disini rupanya, ada di dekat lift, tempatnya juga sangat terpencil! ah sudahlah!" *Migular memasuki toiletnya yang gelap.
"Akhirnya, lega juga!" *Migular keluar dari toilet.
"Waktunya aku untuk kembali ke ruanga-t-t-tunggu, kamarnya ada di... astaga aku lupa" *Migular panik*
Migular benar-benar lupa dimana kamarnya itu berada, seakan-akan ia memasuki labirin besar yang gelap. Migular berjalan tak tahu arah. "Inikah kamarnya?, tunggu, bukan ini kamarnya, oh ya yang ini, tunggu ini juga bukan!, Yaampun, aku benar-benar tersesat! "Migular benar-benar ketakutan. Sudah sangat lama Migular berlarian tak tahu arah. "Dimana aku? aku takut..., apa aku harus belok kesana?" Migular benar-benar tersesat, Migular merasa panik dan gegabah.
*Latar Belakang Kamera Kuning*
Ditengah kepanikannya itu, Migular menemukan kamar dimana ibunya dirawat, Migular tertiba berhenti dan melihat ayahnya dan diri dia sendiri meninggalkan kamar tersebut dengan ekspresi wajah yang sedih. "A-a-ayah??, Dan bukankah itu aku? bukankah ini kamar tempat ibuku dirawat???!!!? dimanakah aku sebenarnya??" Migular bertanya-tanya kebingungan di dalam hatinya.
*Migular melihat masa lalunya ketika ibunya meninggal di rumah sakit*
"Ayah, apa yang terjadi dengan ibu? apakah ibu baik-baik saja? dimana kita sekarang?" Lantas ayahnya yang masih belum mampu mengatakan hal yang sebenarnya terjadi kepada ibunya merasa tertekan. Ia tidak memberikan reaksi apapun seolah-olah tidak mendengar apa-apa.
*Dejaa-vuu*
"Tidak, Tidak dimana aku sekarang!!!, aku ingin kembali!!" Teriakan Migular yang frustasi.
*Migular Terbangun dari Mimpinya*
"Apa yang terjadi??!!!????" Migular merasa terkejut dan shock atas apa yang baru saja ia alami. "Huft... Huft... Huft..." Migular melihat sekitarnya, orang-orang masih terlelap dengan tidurnya. Migular seketika teringat dengan masa kecilnya yang kehilangan ibunya, ia sangat frustasi dan trauma atas hal tersebut. Migular juga seketika teringat dengan buku rahasianya itu. "Aku benar-benar lupa dengan itu! semoga saja tidak ada satu orangpun yang menemukannya!" Migular masih merasa gelisah memikirkan buku rahasianya yang hilang dan mimpi yang baru saja dialami olehnya. *Migular berusaha untuk tertidur kembali*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments