Di Pagi Hari
Suasana masih di rumah sakit yang ramai...
Di belakang terdengar suara bel rumah sakit berbunyi
Di Ruangan Migular
"Migular, tumben kamu bangun tidur pagi-pagi sekali, biasanya sedikit siang" Kata Adelia.
"Hari ini tidurku tidak cukup nyenyak dan kepalaku juga sedikit pusing" Kata Migular menjawabnya.
"Itulah, turuti perkataan orang tuamu! jika ayahmu berkat-" Omongan Adelia terputus melihat jam tangan yang digenggam oleh Migular.
"Ada apa kak? apa baik-baik saja?" Tanya Migular.
"Tidak apa-apa" Adelia tidak menghiraukannya lalu tersenyum.
"Ayo bangun sebentar, ini waktunya untuk sarapan, ayah dan yang lainnya tengah menunggumu di lantai sembilan belas" ajak Adelia.
Di detik itu juga, perawat yang biasa melayani Rahel di ruangannya masuk ke ruang rawat mereka. "Kalian belum pergi sarapan juga? pergilah sana cepat, ayah kalian sedang menunggu" kata si perawat berkata ke Migular dan Adelia. "Kami baru saja mau kesana" kata Adelia. Mereka berdua keluar ruangan dan meninggalkan Nihon yang sedang koma sendirian di ruang rawat.
Mereka berdua diantar oleh perawat tersebut hingga sampai ke ruang makan para pasien di rumah sakit itu. Sesampainya mereka di sana, si perawat pamit karena harus segera melaksanakan tugasnya kembali.
U O U O U O U O U O U O U O U O U O U O U O
"Dimana meja ayah?" tanya Migular ke Adelia. *Adelia melihat-lihat melirik-lirik ke sekitar* "Itu dia disana, ayah sedang menunggu, ayo kesana!" ajak Adelia sebari menunjuk ke arah meja.
*Menghampiri Rahel*
"Ayah? Maaf sudah membuat ayah menunggu lama, aku bangun tidur terlalu siang" Ucapan maaf dari Migular sambil tersenyum ke ayahnya. "Ayo duduk... sengaja ayah tidak membangunkan mu tadi, kau terlihat masih tertidur lelap, sengaja ayah tidak memakan makanannya dulu" jawab ayahnya. "aku terbangun pagi-pagi sekali tadi, tapi aku melihat yang lainnya masih tertidur, yasudah Migular tidur lagi" jawaban konyol dari Migular.
PRAKKKK....
(Suara pecahan beling dari kejauhan yang sangat keras)
Sejenak ada kebisingan di detik itu, Rahel, Adelia, Migular dan semua orang yang saat itu ada disana menghadap ke sumber kebisingan tersebut. "Maaf maaf tuan, saya tidak sengaja, saya mohon maaf" "Jalan tuh pakai mata" *Membentak* "Iya tuan, saya yang salah, mohon maaf" "Ayo kita tinggalkan tempat ini!"
*Semua orang berbisik*
"Apa yang baru saja terjadi dengan pelayan itu?" Tanya Adelia "Entahlah, dia baru saja menubruk seorang pengunjung hingga makanan yang dibawanya pecah" Jawab Migular. Tiba-tiba, ada seorang ralawan yang datang menghampiri pelayan tersebut dan membersihkan beling-beling yang berserakan di lantai. "Tuan? apa yang sedang anda lakukan?" si pelayan berbicara keras dengan berbisik. Lelaki misterius itu membuang semua pecahan kaca itu dan pergi keluar rumah sakit begitu saja. "siapa orang itu?" tanya-tanya dari orang lain dan isi hati pelayan itu. Pelayan tersebut menatap ke luar dengan sangat lama. "Jin Yun! apa yang sedang kau lakukan?!!?? cepat kau lanjutkan kerjamu!" Teriak dari atasannya di belakang.
"Baik bos" *Berbalik* "Apaan sih tadi? membuat ku terkejut saja!" Keluh kesal Adelia. "Sudahlah, biarkan saja mereka, ayo segera di makan supnya, sebelum mendingin" Ajak Rahel.
*Hendak memasukan satu suap sup kedalam mulut Migular*
Di detik itu, Migular tertiba teringat dengan ucapan ibunya di dalam mimpinya semalam. "Kenapa diam?" Tanya Adelia melihat adiknya. "Ohh, tidak ada apa-apa kak" Jawab Migular sambil tersenyum kaku. Mereka melanjutkan makannya dengan tenang, tetapi berbeda dengan Migular, perasaannya saat itu terasa tenggang, berbeda dengan hari-hari biasanya yang dijalani oleh Migular sebelumnya.
Flashback...
"Kunci Kristal ini sangat penting, karena hanya dengan itu kamu bisa membuka pintu ke dunia yang lain." Migular semakin bingung. "Dunia yang lain? Apa itu?" "Dunia yang lain adalah tempat di mana kamu akan menemukan jawaban atas semua pertanyaanmu, dan menemukan kebahagiaan sejati," jelas ibunya. Migular merasa semakin penasaran dan ingin segera mencari Kunci Kristal itu. "Bagaimana aku bisa menemukannya, ibu?"
"Dia berada di tempat yang sangat jauh, di tempat yang sulit dijangkau oleh manusia biasa," kata ibunya. "Tapi kamu tidak perlu khawatir, karena kamu sudah memiliki kekuatan yang cukup untuk menemukannya"
"Dunia lain" "Dunia lain" "Dunia lain" "Kunci kristal" "kunci kristal"
kata-kata terngiang-ngiang di dalam otak Migular seolah-olah berusaha untuk memengaruhi otak dan membuat hati Migular semakin tidak tenang. "Makananku sudah habis. Ayah, kak Adelia, aku izin untuk kembali ke kamar lebih dulu ya...!" Kata Migular saat itu. "Kenapa sangat terburu-buru? kau bahkan belum menghabiskan makanan penutupnya" Kata Adelia. "Akan ku bawa ke kamar saja!" Kata Migular *Membawa sebuah piring puding dan buah dan berjalan menuju kamar*
Di lorong rumah sakit...
*Migular menengok ke arah salah satu ruang rawat disana dan melihat pasien yang saat itu pernah membuat Migular terkejut. Siapakah itu? "Tunggu... hah?? bukankah itu pasien yang wajahnya sangat persis dengan ibu, waktu itu aku pernah melihatnya... ternyata dia telah dipindahkan dan dirawat disini!" Migular yang terkejut sekaligus bingung atas apa yang baru saja ia lihat di detik itu. " . . . Ah sudahlah, apa yang baru saja aku pikirkan! tidak mungkin itu ibu! Rumah sakit ini semakin hari semakin aneh saja! membuat aku merinding!" Ucap Migular sambil berjalan menjauh dari kamar itu.
Ruangan E-17
"Kenapa bisa kebetulan sekali ya wajah itu mirip sekali dengan ibu? padahal aku tidak pernah mengenalnya sama sekali. Bahkan ibupun belum pernah mengatakan tentang hal itu dimimpiku" ucapan Migular ke dirinya sendiri. Migular memasuki kamar dan melihat saudara laki-lakinya, Nihon yang masih terbaring koma di atas ranjang. "Kalau tidak salah ingat, waktu dimimpi itu, ibu pernah bilang bahwa salah satu kekuatanku adalah menyembuhkan orang yang sakit, tapi bagaimana caranya ya?" Migular bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
*Migular menyentuh telapak tangan bagian kiri Nihon*
*Tidak memunculkan reaksi apapun*
"Duhh!!!... Apa-apaan sih aku ini! semua yang ada di dalam mimpiku sangatlah tidak logis! kalau saja aku mempercayai hal itu, bisa-bisa aku jadi gila! Sadarlah Migular!!! Kau masih waras!" Ucapan Migular di dalam hati yang berusaha meyakinkan dirinya sendiri. "Sekarang aku tidak bisa apa-apa lagi. Buku rahasia yang kutemukan itu sudah habis terbakar di kejadian waktu itu. Semuanya tidak masuk akal, buku itu tahu tentang apa saja peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang!??!??!! Sebenarnya ada apa sih dengan dunia ini?! Aku hanya ingin hidup normal seperti yang pernah kujalani saat ku masih kecil" *Migular Sedih* Itulah ucapan Migular didalam hatinya sebari termenung menghadap ke jendela melihat bangunan-bangunan yang begitu tinggi.
Matanya Migular tidak bergerak dan tidak berkedip sedikitpun.
"Apa aku tidak waras? aku terlihat sangat berbeda dengan orang-orang lainnya yang sepantaran denganku" Migular kecewa dengan kehidupannya. "Isi pikiranku bahkan melampaui batas"
Di Luar Ruangan Rawat Migular...
"Masih belum ada perkembangan juga terhadap kondisi pasien Nihon saat ini, kami sudah menghubungi beberapa perawat-perawat lainnya untuk tetap memantau perkembangan beliau kedepannya" Ucap Dr. Liang. "Terima kasih atas informasinya dokter, kami akan sabar menunggu perkembangan berikutnya dari pihak rumah sakit" Jawab istri Nihon di depan pintu ruangan.
Istri Nihon masuk ke ruangan dan melihat Migular menatap ke atas langit biru dari jendela rumah sakit. "Migular, kau disini rupanya, sedang apa?" Tanya istri Nihon. "Oh... rupanya kakak juga sedang disini, aku sedang melamun saja" Migular menjawab. "Oh ya, tadi aku sempat bertemu dengan ayah mu dan Adelia di lorong, mereka bilang mereka akan pergi ke halaman rumah sakit sebentar untuk menghirup angin segar diluar" Kata istri Nihon. "Oh benarkah?... baiklah kalau begitu!" Jawab Migular.
Di halaman...
"Yah... kemarin aku menganjukan surat pensiun ke tempat kerja ayah, maaf jika sebelumnya Adelia tidak meminta izin terlebih dahulu, direkturnya telah memberikan surat ini untuk ditandatangani terlebih dahulu" Adelia mengeluarkan selembar kertas. "Ayah harus menandatangani ini? jadi setelah keluar dari rumah sakit ayah tidak perlu bekerja lagi? " Rahel bertanya-tanya. "Setelah ini ayah tidak perlu bekerja lagi, biar aku saja yang menanggung semuanya, izinkanlah putrimu ini berbakti padamu ayah" Adelia memohon kepada ayahnya. "Terima kasih banyak anaku"
*Mencium kening Adelia*
Hari Berganti Malam...
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
*Jam Menunjukkan pukul enam menjelang malam
"Ayah tunggulah disini, Adelia akan membawakan makan malamnya ke ruangan*"
Kata Adelia. *Rahel Mengangguk* "Migular? kau tidak makan?" Tanya Rahel. "Tidak ayah, aku sedang tidak nafsu makan" Jawab Migular. "Kenapa kau tidak mau makan?Adelia membelikan makanan kesukaanmu tadi siang, ada apa dengan mu?" Migular bersi keras tidak mau makan. Migular berbaring di kasurnya, ia tidak merasakan lapar sedikitpun, namun ada satu hal yang membuat otaknya berfikir. "Buku itu? buku kuno misterius itu? apakah ada hubungannya dengan semua kejadian janggal yang aku alami ini? aku benar-benar kehabisan akal kali ini..." Isi pikiran Migular didalam hatinya.
Di Tempat Lain...
"Sudah lebih dari 4 bulan Rahel tidak bekerja, apa yang terjadi dengannya ya?" Pertanyaan itu keluar dari mulut-mulut teman-teman Rahel yang bekerja di tempat yang sama. "Kalau aku tidak salah dengar, dia telah memundurkan diri sebagai pegawai disini, kau tahu gadis perempuan yang kemarin datang kemari? dia adalah anaknya Rahel"
"hah? ... apakah itu benar? kemarin aku juga melihatnya!... jadi itukah yang namanya Adelia? Rahel menceritakan banyak hal tentang perempuan itu" "Iya! ... kita bahkan belum sempat berpamitan dengan Rahel"
"Padahal, aku ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu! Rahel seperti sangat membangga-banggakan dia"
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
...Kalender...
...Menunjukan tahun 5014...
Migular sudah memasuki usianya yang ke 14, namun yang mengejutkannya, tidak ada yang ingat akan hal itu, sudah 3 kali perayaan ulang tahun Migular tidak dirayakan, bahkan keluarga terdekatnya tidak menyadari akan hal itu sekalipun Migular, ia juga tidak menyadari bahwa usianya saat ini sudah menginjak 14 tahun, ia lebih banyak menghabiskan waktunya merenungkan sesuatu atau hal-hal yang aneh yang belakangan ini terjadi sejak berada di rumah sakit. Rumah kediaman keluarga Adelia sudah tidak dihuni lagi selama kurung hampir 5 bulan, sudah lama kunci itu menggantung di dalam tas Adelia dan tak pernah lagi di gunakan. Begitu pula yang terjadi dengan Rumah Kediaman keluarga Nihon dan penghuninya. "Rasanya sedikit setress kalau aku kelamaan tinggal di rumah sakit... aku mulai merindukan rumahku" Perasaan rindu yang muncul di dalam hati keluarga Adelia dan keluarganya Nihon yang sudah lama tinggal di rumah sakit. "Oh ya... bagaimana kalau kita menyewa apartemen untuk tinggal sementara saja di sana ya? jarak rumah sakit dan tempat tinggal kita di rumah sangat jauh, bahkan sekalipun kita memesan taxi online! Adelia, kau masih ingatkan terakhir kali kau pergi ke rumahku untuk menjemputku ke rumah sakit? banyak pengemudi taxi yang menolak pesanan mu karena jaraknya melebihi jarak zona?" Tanya istri Nihon. *Adelia mengingat sejenak* "oh ya... aku mengingat itu! harganya memesannya seketika menjadi mahal..." Jawab Adelia mengingat semua tentang hal itu. "Ya... itulah yang ku maksud, jadi apakah semua setuju?" Tanya Istri Nihon. "Aku sih setuju-setuju saja, asalkan anak-anak tidak frustasi tinggal kelamaan disini" Jawab kembali dari Adelia.
"yah, aku dan istrinya Nihon berencana untuk tinggal di apartemen untuk sementara waktu, anak-anak sudah bosan tinggal lama-lama di rumah sakit ini!, kita cari apartemen yang dekat saja di sekitar sini!" Adelia berbicara kepada suaminya yang sedang duduk di sofa bermain dengan ponselnya. "oh, baiklah kalau begitu, kalau memang kau merasa lebih nyaman disana, aku setuju-setuju saja!" Jawab suaminya. "Di depan rumah sakit ini ada Apartemen yang namanya Gong-yu, itu dia gedungnya, sudah bisa teramati dari luar jendela, kita pindah ke sana saja ya! sebelum itu aku akan meminta izin ke ayah terlebih dahulu" Ucap Adelia ke Istri Nihon.
W W W W W W W W W W W W W W W W W W
"Ayah, boleh aku berbincang sebentar denganmu?"
^^^"Boleh, memangnya kita akan berbincang tentang apa?"^^^
"Jadi begini, aku dan istrinya Nihon berencana untuk tinggal sementara di apartemen, mereka bilang, mereka sudah sangat bosan sekali tinggal di rumah sakit ini, kalau memang ayah tidak keberatan, bolehkan aku pindah?"
^^^"Oh, jadi begitu ya? ya sudah ayah membolehkan kalian tinggal di sana, ayah akan baik-baik saja disini, ayah sudah ditemani Migular"^^^
"Benarkah itu ayah? terima kasih ayah! kami janji akan seringkali berkunjung kembali kemari!"
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Mereka akan pergi ke apartemen itu besok pagi pada pukul 8 pagi, di hari ini juga mereka membereskan semua barang-barang bawaannya di mulai dari pakaian-pakaian hingga barang berharga seperti uang dan lain-lain. "Kakak sering-sering datang kesini ya!" Ucap permintaan dari Migular. "Iya Migular, kakak tidak akan lupa" Jawab Adelia.
"Aku tidak akan berbicara banyak kali ini, perasaan simpati dan empatiku sebagai bagian dari keluarga mereka sudah mati rasa, aku juga tidak tahu kenapa" Kata Migular mengucapkannya di dalam hati.
...****************...
Ini adalah terakhir kalinya mereka makan malam bersama di rumah sakit ini. "Modku belakangan ini sering kali berubah, aku juga tidak nafsu makan, aku benar-benar tidak bisa merasakan segalanya" Migular merasakan ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya. Adelia menatap Migular sejenak. "Ada lagi yang tidak beres dengan anak itu" Cakap Adelia di dalam hati. "Ayo kita mulai makan malamnya!" Ajak Adelia bersama seluruh keluarga besarnya.
*Migular memakan makanannya secara perlahan*
*Mengunyah secara pelan*
Migular merasa sangat lelah setelah mengunyahnya hanya beberapa kali. Dia merasakan rasa makanan, tetapi tidak ada kenikmatan dalam rasanya. Adelia melihat ke arahnya dan merasa prihatin. "Migular, katakan padaku apa yang sedang terjadi padamu," ujarnya sambil membelai punggung Migular. Migular bergumam, "Aku merasa seperti aku kehilangan sesuatu di dalam diriku. Semua hal yang biasanya membuatku bahagia dan termotivasi tiba-tiba tidak hadir lagi" Migular tampak tidak bersemangat lagi.
"Sepertinya aku membutuhkan waktu untuk sendiri, batalkan saja pesanan makanan penutupku yang tadi, aku ingin ke kamar lagi saja, ayah dan yang lainnya, aku ke kamar dulu ya..." Ayah, Adelia dan yang lainnya juga sangat bingung, sikap Migular sangat berbeda hari ini.
Di Ruang Rawat...
Sesampainya Migular di ruang rawatnya, hanya ada Nihon yang masih saja terbaring koma di atas ranjang sana. "Lebih baik aku pergi tidur saja dari pada berfikir tentang hal-hal yang aneh-aneh dan tidak masuk akal. Migular tertidur lelap dengan cepat, yang lainnya masih berada di ruang makan para pasien. Mimpi tak terduga yang dialami Migular muncul kembali, kali ini ia memasuki sebuah ruangan rahasia yang begitu terang, padahal tidak ada sumber cahaya seperti lampu, obor dan semacamnya. Migular bahkan tidak terpikirkan bahwa ia sedang ada di mimpi, sampai suatu saat dimana ia bertemu kembali dengan sosok misterius yang disangka-sangka adalah ibunya. Langit di atas sangat bercahaya, banyak cahaya bintang-bintang kecil yang beragam warnanya, dari yang terdekat sampai yang terjauh, namun itu bukan bintang yang biasa orang-orang di dunia melihatnya. Migular terus saja berjalan lurus dan tidak terkendali, semakin lama ia berjalan, semakin buram matanya. Migular berbalik badan ke belakang dan melihat ibunya yang juga berjalan mengarah kepadanya. "Migular, sudahkah kau membahagiakan ayahmu di dunia? sudahkah kamu menemukan kunci kristal yang pernah ku bicarakan itu?" pertanyaan-pertanyaan itu keluar dari mulut ibunya berharap Migular dapat menjawab. "Kunci kristal? aku benar-benar lupa akan hal itu" jawab Migular. "Apakah hal ini memang benar terjadi? jika memang begitu, artinya aku memang tidak gila? aku masih waras kan?" Migular bertanya-tanya panik. "Mungkin banyak hal yang belakangan ini terjadi menimpamu, dan itu semua nyata, ini memang diluar akal sehat manusia tapi ini memang benar terjadi. Masing-masing alam memiliki hukum logikanya masing-masing, mungkin sangat sulit bagimu, Migular untuk percaya akan hal ini. Namun, cobalah untuk menjalankannya sedikit demi sedikit dan kamu akan merasakan bahwa hal itu memang benar akan keberadaannya"
Migular terkejut akan perkataan ibunya yang baru saja ia dengar, disamping pembicaraan yang tengang itu, dari belakang ibunya, ada Nihon yang berjalan kemari. "NIHOONN?? Apa yang kau lakukan disini???!!!??" Migular juga terkejut melihat Nihon yang ada di belakang ibunya.Ternyata, selama Nihon koma, Nihon berada di sini, bersama ibunya di dalam mimpi itu. "Migular, kau masih hidup? aku mengira bahwa kau sudah tewas di dalam kebakaran itu?" Tanya Nihon. "Aku MASIH HIDUPPP, DAN AKU JUGA MASIH WARASS!!! Dan kau!! kau bukan ibuku! ibuku sudah mati!". Migular tampak masih belum bisa percaya akan apa yang ia lihat. "Migular, jika kau keluar dari mimpimu ini, katakan kepada ayah dan yang lainnya bahwa aku sayang mereka" Permintaan dari Nihon. "Diam kau!jangan sesekali kau menyuruhku! Kalian semua bukan orang-orang yang aku kenal!!! Hampir saja aku menjadi gila karna kalian! KELUARKAN AKU DARI SINI!!!! JANGAN SESEKALI KAL-" Omongan Migular terputus, setelah mengatakan beberapa hal itu, Migular langsung keluar dari mimpi itu dengan keadaan hati yang begitu gelisah, sejak saat itu dirinya tidak akan pernah lagi bertemu dengan mereka lagi di mimpinya. Setelah Migular bangun dari mimpinya dan melihat ke arah jam.
Jam Menunjukkan pada pukul 06.30
Itu artinya, Migular baru saja tidur selama 2 menit. "Jam setengah tujuh? perasaan aku telah tertidur sangat lama tadi! apa-apaan semua ini?" Saking cepatnya ia tertidur, bahkan keluarganya yang masih makan malam masih juga belum selesai. *Mata Migular melihat ke Nihon sejenak*
U O U O U O U O U O U O U O U O U O U O U O
...****************...
*Migular, kami kembali, oh kau belum tidur?
^^^belum ayah, aku hanya melamun kan sesuatu saja di sini.^^^
Jangan terlalu banyak melamun nak, itu tidak baik.
^^^*Migular mengangguk*^^^
...****************...
"Yasudah aku ingin tidur saja" Kata Migular. "se sore ini?" kata Adelia. *Migular tertidur dengan cepat*
Di esok hari...
"Sudah ku pesankan 2 kamar untuk 2 keluarga di tempat administrasi tadi, petugasnya juga sudah memberikan kunci kamarnya kepadaku, sekarang kita hanya perlu mendatangi gedungnya dan sudah bisa kita tinggali" Kata Adelia. "Baiklah, kalau sudah berarti kita sudah siap berangkat" Jawab istri Nihon. "Sudah siap kalian? hati-hati di jalan ya" Pesan dari ayahnya, Rahel.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
...****************...
Di Perjalanan Menuju Gedung...
Sebari membawa koper, mereka juga perlu berhati-hati di jalan raya berhadapan dengan mobil-mobil yang ramai berjalan di atasnya. sesampainya di depan pintu gedung, Adelia membagikan kunci kamarnya masing-masing, Ruangan 19 L-2 Untuk istri Nihon sedangkan 21 L-2 Ruangan Adelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments