Saat mendengar pertanyaan itu. Bagas langsung melirik ke arah Kinanti. Sedangkan Kinanti yang saat itu juga melirik ke arah Bagas jadi salah tingkah.
Keduanya saling bertatapan sejenak.
Karena tidak ingin terlihat salah tingkah. Kinan kemudian mengalihkan pandangannya untuk fokus meletakkan kopi yang sudah ia buatkan untuk Bagas dan juga bapaknya ke kemeja.
Setelah itu Kinan langsung buru-buru kabur meninggalkan ruang tamu.
Dalam hati, Bagas merasa ingin tertawa. Karena saat itu ia tahu Kinan sedang menghindar dari dirinya.
Dan entah kenapa, dari lubuk hati kecil Bagas yang paling dalam. Ia merasa dan sangat yakin kemungkinan saat ini Kinan juga sedang memperhatikan dirinya.
Hal itu Bagas yakini ketika mata mereka tadi bertemu.
Ada secercah sebuah tatapan aneh yang Kinan tetapkan pada dirinya. Dan Bagas menangkap itu. Sebuah lirikan mata Kinan itu nampak lain dari sebelumnya.
Kinan sebelum ini. Bahkan selama ini Bagas menilai sikap Kinan terhadap dirinya biasa-biasa saja.
Itu u karena Kinan menganggap dirinya sahabat dan temannya.
Tapi setelah beberapa hari mereka bertemu dan mengobrol kembali. Sikap Kinan sedikit berbeda.
Bagas juga bisa liat melalui gesture tubuh yang Kinan reaksikan pada dirinya jika mereka bertemu.
"Nak Bagas! Kok malah bengong." ucap pak Hartono yang saat itu menepuk pundak Bagas. Karena saat itu Bagas malah bohong ke arah di mana Kinan tadi berlalu.
Bagas langsung tersadar kembali dari lamunannya saat di tepuk pundaknya oleh Hartono.
"Iya Pakde. Maaf." ucap Bagas meminta maaf.
"Kamu kenapa kok melamun?" tanya Hartono. Kemudian ia mengikuti arah lamunan Bagas. Dan Hartono pun dalam hati memaklumi dan juga tahu jika saat itu Bagas sedang memperhatikan putrinya Kinanti.
Hartono tidak ingin cepat-cepat membahas Bagas dan juga Kinanti. Karena Hartono ingin memancing dulu sikap Bagas terhadap putrinya itu.
"Jadi bagaimana soal pertanyaan Pakde tadi. Soal pendamping hidup?" pancing Hartono kepada Bagas.
"Bagas masih santai Pakde. Bagas masih belum memikirkan untuk berumah tangga. Saat ini Bagas masih fokus untuk menjalani pendidikan Bagas sebagai polisi. Karena saat ini Bagas juga masih dalam masa-masa training dan juga masih harus banyak sekolah-sekolah yang harus Bagas lakukan." ungkap Bagas kepada Hartono yang memang saat ini Bagas masih banyak sekali menjalankan traning dan pendidikan polisi nya yang belum selesai.
"Ya memang harus seperti itu Bagas. Kamu harus fokus pendidikan mu. Tapi pertanyaan tadi hanya sebuah pertanyaan basa-basi. Kali saja selama kamu menjalankan pendidikan polisi. Kamu sudah ada tambatan hati. Gitu maksud Pakde." imbuh Hartono kepada Bagas.
Bagas hanya tersenyum menanggapi perkataan Hartono.
"Tidak ada Pakde. Tidak ada wanita atau pacar atau apapun. Bagas masih benar-benar single dan sendirian. Bagas masih ingin fokus dalam karir Bagas dulu. Bukannya Bagas tidak ingin berumah tangga. Hanya saja saat ini saya belum siap dan juga belum ada calonnya." kelakar Bagas.
Dan jawaban Bagas pun di anggukan kepala oleh Hartono. Karena Hartono sangat bangga dan juga suka dengan cara pikir Bagas yang dewasa.
"Pakde yakin. Ayah dan ibumu pasti bangga di sana. Dengan apa yang sudah kamu capai. Semua pencapaian mu saat ini adalah hal yang ingin orang tua mu liat. Andai saja kedua orang tuamu masih ada. Pasti mereka sangat bangga terhadap dirimu. Pakde saja yang bukan orang tuamu merasa bangga sama kamu. Apalagi orang tuamu."
"Iya Pakde. Dalam setiap shalat. Bagas selalu berdoa untuk Ayah dan ibu. Agar mereka bisa tenang di sana. Dan setiap saya selesai shalat. Bagas selalu cerita kepada mereka tentang apa saja yang Bagas lalukan. Meksi Bagas tidak bisa lagi mendekap mereka. Bagas yakin semua doa-doa yang kedua orang tua Bagas. Yang Mereka melantunkan dulu terkabul saat ini Pakde."
"Bagus. Lanjutkan semua usaha dan doa doa mu Bagas." ucap Hartono yang semakin suka dengan kepribadian Bagas yang makin kesini makin berbobot cara pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments