Mengenang masa lalu

"Agar hasilnya lebih maksimal dan pengobatannya bisa tuntas. Saya sarankan untuk Bu Kinan tetap menjalani semua mekanisme yang sudah sebelumnya Bu Kinan jalankan. Dan jangan lupa untuk rutin minum obatnya."

"Alhamdulillah. Saya sangat senang mendengarnya. Karena ini adalah hal yang ingin saya dengar. Karena saya ingin segera bisa bekerja kembali dokter" ucap Kinan, yang kini bisa sedikit bahagia karena mendengar kabar gembira tentang penyakit yang ia alami kini sudah berangsur membaik.

"Bagaimana dengan hasilnya Kinanti? Apa semuanya bagus.?" tanya Baga dengan sangat tidak sabaran. Saat Kinanti baru saja keluar dari ruang praktek dokter.

"Alhamdulillah. Aku sangat lega dan senang dengan hasil pemeriksaan hari ini. Kata dokter kista yang ada di tubuhku semakin mengecil. Dan doakan saja Gas, aku bisa sembuh total dengan cepat. Karena bagaimanapun, aku harus tetap mencari pekerjaan untuk tetap bisa memberikan kehidupan untuk putriku dan juga aku. Meski masih ada Bapak dan Ibu. Mereka sudah tua. Aku tidak mungkin mengandalkan mereka untuk membiayai kehidupanku. Justru akulah yang seharusnya menjamin kehidupan mereka. Tapi kini aku malah menjadi bebannya." keluh Kinan, yang merasa ia menjadi beban bagi kedua orang tuanya.

"Alhamdulillah jika hasilnya bagus. Aku juga senang mendengarnya. Aku tahu siapa kamu Kinan. Aku yakin kamu bisa melalui ini semua." ucap Bagas memberikan semangat pada sahabatnya. Kemudian ia menyentuh pundak Kinan memberikan semangat.

Kemudian Kinanti pun tersenyum manis kepada Bagas.

Karena ternyata sahabatnya ini benar-benar adalah seseorang yang selalu ada untuk dirinya dalam suka maupun duka.

Setelah dari rumah sakit. Ketika Bagas dan Kinanti sedang dalam perjalanan menuju pulang ke rumah. Tiba-tiba saja Bagas membelokkan mobilnya menuju sebuah kedai makanan di pinggir jalan.

"Loh kok, kita pergi ke sini. Kita harusnya langsung pulang saja Bagas." ucap Kinan saat Bagas kini sudah menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah warung makan.

"Aku lapar. Kita makan siang dulu ya. Ingat nggak, dulu waktu kita masih SMA. Kita pernah makan di sini. Ingat kan kita pesan satu soto dan dua nasi. Dan kita menghabiskan itu sama-sama. Karena uang kita dulu tidak cukup untuk membeli dua porsi soto." ucap Bagas, yang mencoba mengingatkan Kinan tentang banyak hal.

Yang sudah mereka lalui bersama ketika mereka bersahabat dulu.

"Kau masih ingat saja saat-saat itu Gas."

"Tentu Saja aku ingat masa-masa itu. Semuanya masih terekam jelas di otakku Kinan. Sudah ayo turun. Kita makan dulu."

"Aku tidak membawa banyak uang Gas. Nanti uangku tidak cukup untuk membayar makanannya."

"Siapa suruh kamu yang bayar. Aku yang akan bayar."

"Katanya kamu tidak punya uang. Kamu kan belum sempat pergi ke ATM."

"Kan bisa bayar pakai Debit. Metode pembayaran zaman sekarang bisa dilakukan banyak hal. Sejak kapan kamu kudet." ledek Bagas kepada Kinanti.

Turun dari mobil, Bagas dan Kinanti kemudian masuk ke warung makan bersejarah mereka.

Dan saat itu Bagas memesan dua porsi soto kuah dan juga 2 porsi nasi lengkap dengan minuman es teh nya.

"Jangan khawatir. Aku yang traktir kamu. Kita balas dendam dengan momen beberapa tahun yang sudah lalu saat kita menikmati soto ini satu mangkok bagi dua. Sekarang kita puas menikmati soto nya." ucap Bagas, yang kemudian ia menyodorkan satu mangkuk soto milik Kinan.

Mereka pun emudian menikmati soto yang ada di warung makan tersebut dengan sambil mengobrol hangat.

Bagas, adalah seorang pria yang begitu hangat dimata Kinanti.

Meskipun banyak sekali kisah hidup Kinan yang sudah di ketahui oleh Bagas. Nyatanya Bagas tidak pernah berubah sikap pada Kinan.

Meksi Kinan pernah hamil diluar nikah. Kemudian Kinan menikah lagi. Lalu sekarang dia telah jadi janda. Semuanya itu tidak membuat Bagas berubah sikapnya terhadap Kinanti sama sekali.

Justru Bagas bersikap semakin baik kepada Kinan. Dan seolah-olah ia tidak peduli dengan masa lalu Kinanti.

Bagas tetap selalu menganggap Kinan adalah sahabat terbaiknya.

Sahabat masa kecil yang penuh dengan kenangan indah.

Sampai mereka dewasa pun. Bagas masih menganggap Kinan seperti apa yang dia nilai secara pribadi.

"Kenapa kau selalu baik kepadaku Bagas. Bahkan aku banyak sekali melalui masa lalu yang buruk. Tapi kamu tidak jijik dengan ku."

"Nasib buruk mu tidak akan mengubah cara pandang ku menilai mu Kinan. Kamu tetaplah Kinan yang aku kenal."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!