Pulang dari rumah sakit dengan perasaan bahagia. Kinanti langsung memeluk Shafira. Begitu ia kembali ke rumah.
Ia memeluk dengan begitu erat putri kesayangannya.
"Terimakasih ya sayang, atas semua semangat yang kamu tularkan ke mama." ucap Kinan, sambil mencium kening Shafira. Karena ia merasa bersyukur. Pengobatan yang telah ia jalani beberapa bulan terakhir membuahkan hasil.
Setelah memeluk Shafira. Kinanti juga bersujud syukur kepada kedua orang tuanya. Karena kedua orang tuanya jugalah orang yang selalu ada dan mendukung Kinan.
Kinanti sangat bersyukur memiliki orang tua seperti bapak dan ibunya.
Mereka selalu mendukung Kinan dalam keadaan apapun.
Saat ia melakukan kesalahan dengan hamil diluar nikah kala itu. Dan membuat kedua orang tuanya malu di kalangan tempat ia tinggal. Hal itu membuat Kinan merasa bangga terhadap kedua orang tuanya. Karena mereka selalu ada dan tak menyalahkan Kinan atas kesalahannya.
Maka dari itu, Kinan tidak mau untuk terus merepotkan kedua orang tuanya dalam urusan materi maupun dalam bentuk pikiran.
Oleh sebab itu, Kinan begitu keras berjuang untuk sembuh.
Dan beberapa hari terakhir ini Kinan juga sudah sibuk mencari pekerjaan lewat media sosial, lewat internet dan lewat mana saja agar ia bisa mendapatkan informasi untuk bisa melamar pekerjaan.
Malam itu, di sebuah meja di sudut ruangan. Kinan, kedua orang tuanya dan juga Shafira tengah menikmati makan malam bersama.
Saat mereka menikmati makan malam bersama dengan suasana ceria. Seseorang terdengar mengetuk pintu. Ratih kemudian menyuruh Kinan untuk membukakan pintunya.
Kinan kemudian berdiri dan berjalan menuju ruang tamu untuk mengetahui siapa yang datang.
Dan tidak disangka, yang datang ternyata adalah Bagas.
Begitu di bukankan pintu oleh Kinan. Bagas telah berdiri di hadapan Kinanti dengan senyum khasnya.
"Assalamu'alaikum." sapa Bagas.
"Waalaikumsalam. Ada apa Gas? Malam malam begini datang ke rumah ku?" tanya Kinan.
"Kok pertanyaannya ada apa. Memangnya kalau aku ke sini pasti ada apa-apa!" Gurau Bagas.
Mendengar suara Bagas. Ratih pun langsung bersuara.
Ratih berseru menyuruh Bagas untuk masuk dan ikut makan malam.
"Bagas masuk. Ayo sini, kita makan malam bersama." seru Ratih dari ruang makan.
Kinanti pun kemudian menatap Bagas dengan tatapan menuduh.
"Jangan-jangan kamu ke sini sengaja untuk minta makan gratis ya?" sindir Kinan.
"Kalau memang iya kenapa? lagi pula ibumu juga sudah menyuruhku masuk. Jangan salah-sangka Kinan. Jika saat dulu kamu masih masih tinggal di Jakarta. Aku sering main ke sini dan sering diajak makan oleh ibumu. Jadilah hal semacam ini sudah biasa bagiku." balas Bagas
Bagas pun kemudian bergabung dengan keluarga Kinanti untuk menikmati makan malam.
"Ayo nak Bagas. Makan yang banyak biar sehat." ucap Ayah Kinanti Hartono.
Hartono begitu menyukai kepribadian Bagas. Dan sebenarnya dari dulu ia sangat menginginkan Bagas sebagai suami Kinan.
Terapi karena Kinan tidak memiliki perasaan apapun terhadap Bagas. Haryono juga tidak memaksa putrinya itu untuk menikah dengan Bagas.
"Ngomong-ngomong nak Bagas di Solo sampai berapa hari?" Biasanya kan nggak lama?" tanya Ratih
"Saya masih ada seminggu lagi di sini Kok Bude. Jadi tenang saja. Saya pasti akan sering mampir ke rumah dan minta makan." canda Bagas. Seketika langsung membuat Ratih dan juga Hartono tertawa.
Selesai makan malam. Bagas dan juga Hartono kemudian mengobrol di ruang tamu.
Sedangkan Kinanti membereskan meja makan. Sedangkan Ratih mengajak bermain cucunya Shafira di depan TV. Di sebuah karpet yang terhampar di ruang tengah.
"Kinan, buatkan Bagas dan Bapak kopi. Biar ngobrolnya enak." ucap Ratih, menyuruh Kinan untuk membukakan kopi untuk mereka.
"Iya Bu setelah Kinan selesai membereskan meja makan Kinan akan buatkan." sahut Kinan.
Setelah selesai membereskan meja makan. Kinan pun kemudian membuatkan dua cangkir kopi untuk Bagas dan juga bapaknya.
"Bagaimana rasanya menjalankan tugas-tugas menjadi seorang polis. Pasti enak ya?" gurau Hartono.
"Ya begitulah pakde. Saya hanya menjalankan tugas yang diberikan atasan."
"Ya, memang harus seperti itu Bagas. Pakde hanya bisa mengingatkan untuk selalu berhati-hati dan jaga diri dalam setiap tugas negara. Pakde ikut bangga sama kamu. Ke-dua orang tua mu juga pasti bangga di sana. Karena anaknya sudah sukses menjadi seorang polisi. Sebuah cita cita dan harapan ke-dua orang tua mu terwujud."
"Siap Pakde. Bagas akan selalu ingat pesan Pakde."
"Gimana, sudah ada kabar baik tetap pendamping hidup." tanya Hartono kepada Bagas.
Ketika apa Hartono menanyakan soal pendamping hidup kepada Bagas.
Dan bertepatan sekali saat itu Kinan sedang menuju ruang tamu untuk memberikan kopi pada mereka.
Saat mendengar pertanyaan itu. Bagas langsung melirik ke arah Kinanti. Sedangkan Kinanti yang saat itu juga melirik ke arah Bagas jadi salah tingkah.
Keduanya saling bertatapan sejenak.
Karena tidak ingin terlihat salah tingkah. Kinan kemudian mengalihkan pandangannya untuk fokus meletakkan kopi yang sudah ia buatkan untuk Bagas dan juga bapaknya ke kemeja.
Setelah itu Kinan langsung buru-buru kabur meninggalkan ruang tamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments