"Udah, Ma, ini aja?"
Kartika langsung berdecak kesal saat mendengar pertanyaan Ayana. Bagaimana bisa putrinya itu bertanya demikian di saat dirinya jelas-jelas sibuk memilih buah. Apalagi sedari tadi gadis itu seolah tidak ada habisnya bertanya kapan mereka bisa pulang. Mendadak Kartika merasa menyesal telah mengajak putrinya itu. Tahu begini lebih baik ia berangkat menggunakan taksi online ditemani Sari.
Setidaknya itu lebih baik daripada diantar Ayana, tapi ia malah emosi sendiri begini.
"Na, bisa nggak sih kamu itu sabar dikit jadi orang. Nggak sabaran banget sih, ikhlas nganter Mama nggak sih kamu ini?"
"Ya, nganternya sih ikhlas, nemeninnya aja yang agak kepaksa," guman Ayana dengan wajah ditekuknya.
Samar-samar Kartika mendengarnya. "Ngomong apa kamu barusan?"
Ayana meringis sambil menggeleng cepat. "Enggak ada. Yuk, lanjut lagi, Mama mau belanja apa lagi biar nanti Yana yang bayar semuanya."
Bukannya senang Kartika malah mendengus lalu meninggalkan Ayana begitu saja, hingga membuat gadis itu harus sedikit berlari kecil agar dapat menyamakan langkah kami mereka.
"Uang Mama lebih banyak, ya," ucap Kartika begitu Ayana berhasil menyamakan langkah kaki mereka.
Ayana mengangguk setuju. Dalam hati ia berseru kegirangan karena uangnya aman.
"Iya, iya, percaya."
"Na, Mama baru inget deh, tadi Mama lupa belum ambil shampo buat Papa kamu. Coba kamu balik lagi ya. Kamu tahu kan shampo apa yang dipakai Papamu?"
"Tahu." Ayana langsung mengangguk cepat, "masih sama yang dulu kan? Belum ganti?"
"Belum, masih kayak yang dulu."
Ayana langsung mengacungkan jempolnya. "Oke, itu aja kan, nggak ada yang lain lagi?"
"Enggak, cuma itu kayaknya."
Ayana mengangguk paham lalu bergegas menuju rak khusus peralatan mandi. Setelah selesai mendapat yang ia cari, ia berniat untuk langsung pergi. Namun, hal itu ia urungkan saat menemui sesosok pria yang nampak tidak asing pada indera penglihatannya. Pria itu nampak keren dengan kemeja lengan panjang berwarna mocca-nya, tengah sibuk memilih sabun mandi.
Kalau Ayana perhatikan sepertinya pria itu tengah kesulitan dalam menentukan pilihan. Tanpa sadar itu berhasil membuat sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Perkara milih sabun aja kenapa harus seserius itu sih?
Tanpa rasa ragu, Ayana kemudian memutuskan untuk mendekat ke arah pria itu. "Butuh bantuan?"
Pria itu langsung menoleh. Kedua bola matanya spontan membulat sempurna. Raut wajah terkejut terlihat jelas pada pria itu. Perlahan tangannya terulur dan mengajak Ayana berjabat tangan.
"Kok bisa ketemu di sini? Sama siapa?"
"Nyokap. Lo sendiri?" Ayana menggaruk tengkuknya malu-malu, "eh, pake lo gue aja boleh nggak sih?"
Aska. Pria itu memamerkan senyum terbaiknya sambil mengangguk setuju. Menurutnya lo-gue jauh lebih terasa akrab, dan pria itu suka.
"It' s okay. Emang enakan lo-gue. Gue beneran nggak nyangka kalau kita bakal ketemu di sini deh." Aska kembali cepat-cepat mengimbuhi saat melihat Ayana terlihat ingin membalas, "dan gue lebih nggak nyangka kalau lo bakal kenalin gue."
"Why not? Ingatan gue nggak seburuk itu kok." Apalagi kalau orangnya seganteng ini. Imbuh Ayana dalam hati, "btw, itu kenapa lo tadi keliatan kayak bingung gitu?"
Aska meringis malu-malu sambil menunjukkan dua botol sabun cair beda merk. "Jadi ceritanya gue disuruh belanja bulanan sama Mbak gue, dikasih catetan sih emang, tapi merk apa yang harus gue beli nggak ditulis sama dia. Kan gue jadi bingung mau beli yang mana, gue telfon nggak diangkat-angkat. Gue ambil dua-duanya ntar pasti kena omel karena dibilang pemborosan." Ia melirik Ayana ragu, "lo bisa bantuin gue?"
"Waduh, gue bukannya nggak mau ya, Ka, cuma gue pasti ini udah dicariin nyokap gue. Gue bantu milih sabun mandinya doang nggak papa?"
Aska mengangguk tidak masalah, meski samar-samar gurat wajah kecewa sulit ditutupi. "Jadi gue harus beli yang mana?"
"Enakan merk ini sih kalau gue bilang, moga cocok di Mbak lo juga ya?"
"Aamiin." Aska langsung menaruh sabun cair pilihan Ayana ke dalam keranjang, lalu mengembalikan yang lainnya ke dalam rak, "thanks, ya."
"Oke. Gue cabut duluan, ya," pamit Ayana. Kakinya baru dua kali melangkah langsung tiba-tiba berbalik, "eh, iya, hampir lupa. Boleh minta nomor lo nggak?"
"Hah?" Aska terlihat bingung.
"Itu, buat traktir kopi lo, sesuai yang kita sepakati kemarin, gue soalnya kalau sekarang nggak bisa. Boleh nggak?"
Aska tersenyum manis. "Boleh lah, masa cewek secantik lo minta nomor nggak dikasih, minta pin atm pun bakal gue kasih kali," guraunya kemudian.
Ayana langsung tertawa renyah sambil menyodorkan ponselnya. "Bisa aja lo. Kalau gitu sekalian tulis pin atm lo, ya."
"Boleh aja sih, kan kartu atmnya gue sendiri yang pegang."
"Haha, iya juga sih." Ayana langsung menerima ponselnya, "thanks, ya. Gue duluan, nanti gue hubungi."
"Gue tunggu," ucap Aska sambil menyodorkan telapak tangannya tiba-tiba, awalnya Ayana ragu, namun pada akhirnya gadis itu tersenyum dan menjabat tangan pria itu.
______________________________________
"Siapa cowok tadi?"
Ayana spontan menghentikan niatnya untuk memasang seat belt dan memilih menoleh ke arah Kartika lebih dulu. Keningnya mengerut heran dengan pertanyaan perempuan yang telah melahirkannya ini.
"Maksud Mama apaan sih?" Ayana merasa tidak paham dengan arah pertanyaan Kartika.
"Itu cowok yang kamu mintain nomor telfonnya tadi. Mama nggak nyangka ya kalau kamu begini orangnya, kamu udah punya Saga, mana boleh genit ke cowok lain. Iya, Mama paham cowok tadi ganteng, cuma ya, nggak begini juga dong. Kamu jangan bikin malu Mama." Kartika menyilangkan kedua tangannya tidak suka, "Mama nggak suka ya."
"Astaga, Mama salah paham. Pertama aku sama Mas Saga belum ada hubungan yang saling memiliki, kedua, aku minta nomor Aska itu buat traktir balik dia kopi, karena kemarin dia udah bayarin aku."
"Halah, modus," cibir Kartika dengan wajah judesnya.
"Iiih, kok modus sih, Ma? Enggak loh, aku--"
"Bukan kamu, tapi ya si Aski-Aksi itu.'"
"Aska, Mama, namanya Aska."
Kartika mengibaskan tangannya tidak peduli. "Ya apapun itu, pokoknya kamu nggak boleh deket-deket sama dia. Paham?"
"Loh, kenapa gitu? Aska itu baik loh, Ma."
"Na, semua orang kalau ada maunya pasti baik. Jangan berlagak bodoh! Kamu udah tua, Na."
"Maksud Mama apa sih? Emang apa yang Aska mau dari aku?"
"Ya, kamu. Cowok tadi itu jelas-jelas tertarik sama kamu. Mama ini udah pengalaman, Na. Pokoknya Mama tetep Tim Saga. Enggak mau kalau kamu sama Aska. Titik."
Lah, kok Mama begitu sih? Kan nantinya yang mau menjalani hubungan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
dementor
benar kata mama tika,orang yang sok baik kekita,pasti ada ujungannya.. modus... modal dusta.. aski oh aska.
2023-06-12
0
cha
dihh mama sewot 😂😂
biar ada pilihan ma
2023-06-05
1
TePe
nah kan....org tua kl oy pilihan.....hmmmm....suka beda sama selera ank😄
2023-05-04
0