______________________________________
Ayana menyipitkan kedua matanya curiga saat Kartika tiba-tiba meletakkan segelas jus melon di samping piringnya saat ia sedang sarapan. Apalagi sekarang sudah jam setengah delapan, ia baru keluar kamar, langsung duduk di meja makan, dan hari ini ia shift siang. Mama-nya yang terkenal bawel ini tiba-tiba membuatkan dirinya jus? Padahal biasanya hobinya ngomel-ngomel, tumbenan Mama-nya baik banget. Ada maunya ini pasti. Batinnya curiga.
"Mau minta apa, Ma?" tebak Ayana di sela kunyahan roti selainya.
"Anterin Mama belanja bulanan. Tapi kamu harus ikut nemenin belanja, jangan nungguin di food court doang."
"Tumben, biasanya juga sama Mbak Sari kan?"
"Ya, kan Mama punya anak gadis yang bisa diajak, lagian juga mumpung kamu libur."
Kartika mengibaskan tangan setelah selesai mencuci blandernya dan meletakkan di tempat semula. Kakinya kembali melangkah dan mencari kain serbet bersih, untuk mengeringkan tangannya yang basah.
Ayana kembali meletakkan gelas, setelah selesai meneguknya. "Ma, aku itu nggak libur, tapi masuk siang." Ia kembali melanjutkan sarapannya.
"Ya, sama aja. Intinya pagi ini kamu nganggur."
"Jam berapa?"
"Nanti sekitar jam setengah 10 aja." Kartika kemudian menepuk pundak sang putri, "udah, kamu abisin dulu sarapan kamu. Kalau jusnya kurang ambil di kulkas, tadi Mama bikin lebih. Mama mau ke atas dulu, mau mandi. Gerah banget."
Dengan mulut penuh, Ayana mengangguk dan hanya mengiyakan. Setelah selesai sarapan, ia kemudian mencuci piring dan gelas kotornya sendiri. Baru setelah itu, ia kembali naik ke lantai atas untuk mandi. Karena ia sendiri juga mulai merasa gerah.
Selesai mandi, Ayana kembali turun dengan pakaian santainya dan rambut basah yang masih digulung handuk. Kebiasaan gadis itu memang begitu, tidak langsung mengeringkan rambutnya yang basah kalau tidak sedang buru-buru akan pergi.
"Kenapa nggak langsung siap-siap, Na? Itu rambutnya juga." Kartika berkacak pinggang dengan kedua mata melotot, "kenapa nggak dikeringin sekalian, kan kita mau pergi, Na."
"Masih jam 9 kurang, Ma. Kan tadi Mama bilang jam setengah 10. Masih ada waktu, santai," balas Ayana santai.
Gadis itu melewati sang Mama begitu saja dan berjalan menuju sofa. Namun, ditahan Kartika tentu saja.
"Apa sih, Ma?" protes gadis itu tidak suka.
"Sana balik ke kamar, keringin rambutnya terus siap-siap sekalian. Kalau bisa berangkat kurang dari jam setengah 10 lebih bagus, Na, biar nanti kamu nggak ngeburu-buru minta pulang." Kartika kemudian mendorong tubuh Ayana agar segera menaiki anak tangga.
Awalnya, gadis itu menolak tentu saja tapi setelah mendapat pelototan mata tajam dari sang Mama. Ayana hanya bisa pasrah dan menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk bersiap-siap sesuai keinginan Kartika. Kebetulan pagi ini ia sedikit malas mendengar omelan panjang dari Mamanya. Jadi demi keamanan bersama lebih baik Ayana menurut. Toh, ia juga tidak ingin jadi anak durhaka yang hampir tiap hari membantah ucapan Mama-nya.
______________________________________
Tok Tok Tok
"Na, udah selesai apa belum sih? Mama buka ya," teriak Kartika dari luar kamar sambil terus mengetuk pintu. Wanita itu berdecak dan langsung membuka pintu kamar Ayana tanpa menunggu sang pemilik kamar memberi izin. Karena memang tidak dikunci.
Saat Kartika membuka pintu, Ayana ternyata sedang asik memoles bibirnya. Kartika langsung berdecak sambil berkacak pinggang.
"Dipanggil juga nggak nyaut, kirain Mama kamu nggak denger."
"Nanggung, Ma." Ayana kemudian berbalik untuk menatap Kartika, "Ma, bagus nggak lipstik baru aku?"
Kartika mengangguk. "Bagus, cuma tumben kamu pake warna begitu, Na?"
"Biasa lah, Ma, beli online, nggak sesuai ekspektasi. Yang diminta apa, tapi yang dateng apa."
Kartika menyipitkan kedua matanya heran. Tumbenan. Biasanya juga milih dikasih ke Fira atau teman-temannya kalau beli barang tidak sesuai ekspektasi gadis itu.
"Biasanya juga kamu kasih ke orang, tumben kamu pake sendiri."
Ayana menyengir malu-malu. "Kata Mas Saga bagus, Ma, ya udah aku pake sendiri. Lumayan aku jadi nggak perlu beli lagi."
"Cie, udah makin lengket nih kayaknya sama itu tetangga baru. Jadi mau kapan nih Mama cariin orang WO-nya? Minggu depan?" Ekspresi berbinar langsung mendominasi wajah Kartika, "tapi nanti nggak usah pake acara lamaran pake dekor, MUA dan lainnya, langsung nikah aja, Na. Ijab qobul, resepsi, gitu-gitu. Mama males ngurusinnya kalau pake acara begitu. Kelamaan. Ribet."
Kartika kemudian mengambil posisi duduk di tepi ranjang. "Ya, kecuali kalau nantinya kamu mau ngurus ini-itu sendiri sih, Mama nggak masalah, Na."
Helaan napas panjang terdengar dari mulut Ayana. "Plis, deh, Ma, jangan mulai! Bisa?" Gadis itu kemudian berdiri sambil mencangklong tasnya, "lagian hubungan aku sama Mas Saga tuh belum ada arah ke sana-nya. Aku sendiri bahkan nggak yakin kalau bisa sampai arah sana. Jadi, Yana mohon dengan sangat. Mama jangan terlalu berharap lebih dulu, oke?"
Ayana kemudian mendekat ke arah Kartika. "Udah lah, ayo, berangkat sekarang aja, nanti keburu siang," sambungnya kemudian.
"Na, kamu itu kalau udah ada yang mau serius sama kamu, mending diseriusin balik. Jangan nunggu yang nggak pasti-pasti, belajar dari pengalaman dong, semua mantan kamu, yang kamu tungguin itu pengecut semua. Nggak cocok sama kamu, enggak kayak Saga. Udah dewasa, gentle banget lagi. Kurang apa sih dia? Semua punya loh, muka ganteng, mapan, dokter spesialis, dosen pula."
"Iya, deh, iya, Ma. Yuk, berangkat sekarang!" ajak Ayana sambil menarik lengan Kartika dengan tidak sabaran.
Namun, Kartika masih tetap bergeming di tempatnya. "Eh, serius iya? Kamu mau Mama ketemu orang WO minggu depan?" tanyanya dengan ekspresi senang.
"Astagfirullah, Mamaku yang cantik enggak gitu maksud Yana, ya."
"Terus maksudnya gimana?" Kartika tidak paham.
"Ya, maksudnya tuh Mas Saga emang paket komplit untuk jadi mantu idaman kayak yang Mama bilang barusan. Logikanya paket komplit kayak Mas Saga mana mau sih sama anak Mama yang biasa-biasa ini?"
Kartika langsung menatap sang putri dengan tatapan tidak suka. "Emang kenapa sama anak Mama? Anak Mama cantik tuh, baik, pinter juga, buktinya bisa jadi dokter. Semua anak Mama itu spesial, nggak ada yang biasa-biasa aja. Kamu nggak Mama didik jadi anak yang insecure ya, Na." Kedua tangannya bersedekap di depan dada.
Ayana mengangguk dengan ekspresi wajah datarnya. "Iya, Mamaku tersayang. Jadi ini gimana, mau belanja bulanan nggak sih ini? Kalau enggak, biar aku ganti baju terus--"
"Jadi," potong Kartika cepat. Kini gilirannya yang menarik Ayana tidak sabaran, bahkan langkah kaki mereka pun jadi buru-buru, "enak aja kamu, nggak jadi. Jangan malesan kenapa sih, Na, jadi calon istri orang," omelnya kemudian, "yang rajin dong! Biar calon suamimu makin cinta."
"Iya, iya, sebahagia Mama aja lah. Pusing aku lama-lama."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
dementor
sebahagia mama tikalah,kalo inyong sih ikut aja..
2023-06-12
0
cha
sebagia mama ajalah🤣🤣🤣
2023-06-05
1