Sebuah Kenyataan

"Om? Sejak kapan kamu dijemput sama om kamu?" Elena jadi heran.

Tari juga tidak menjawab,dia tidak menyangka ternyata hari ini dia di jemput omnya,lalu mamanya kemana?"

Mobil yang diduga milik mamanya itu,kini perlahan-lahan menuju ke arah mereka berdua,tepat di depan gerbang sekolahnya.

Elena yang sangat penasaran langsung saja melihat siapa sebenarnya pengemudi mobil itu.

"Astaghfirullah!" Elena menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya,dia sangat terkejut begitu mengetahui siapa yang mengemudikan mobil itu.

"Kagetnya gitu bangat El,kayak nengok setan aja!" celetuk Tari.

"Ini bukan setan Tari,tapi lebih dari itu!" jawab Elena,dia masih menahan tawanya. Tari menyuruh Elena minggir,dia ingin melihatnya sendiri,siapa yang sebenarnya ada di dalam mobil itu,hingga membuat Elena kaget tak karuan. Dan tampaklah Rahmat dengan senyum diwajahnya.

"Wih,pantesan kamu kaget,ternyata benar," ucap Tari tertawa cekikikan.

"Benar apa,Ri?" tanya Rahmat.

"Benar-benar setan!" Tari dan Elena kembali tertawa,dan kali ini tawa mereka lebih keras lagi,membuat hati Rahmat kesal,sudah di kirain om-om tadi di depan halte oleh temannya Tari,dan sekarang dia dibilang setan juga oleh Tari dan Elena.

"Jadi mas kumis ini kakak kamu ya,aku baru tahu!" ucap Elena mulai berhenti menertawakan Rahmat.

"Iya,dan buaya berkumis yang kamu bilang itu pasti kakak ku. Iya,kan?"

"Yoi...!"

Rahmat keluar dari mobilnya dengan perasaan kesal,hari ini bukanlah hari menyenangkan untuknya.

"Kamu si gentongkan? Nggak nyangka ya ternyata kamu satu sekolahan sama Tari," cibir Rahmat,dia sengaja mengatai Elena,supaya Elena juga ikutan marah. Tapi,sayangnya kali ini caranya itu tidak berhasil.

"Gentong dari mananya kak? Kak Rahmat nggak bisa lihat ya? Oh iya aku lupa,kan mata kakak sudah tertutup sama itu kumis saking tebalnya." Ucap Tari membela,dia dan Elena kembali tertawa.

Kali ini Rahmat tidak bisa lagi mengejek Elena,karena badannya yang sudah ideal,dia benar-benar tersudutkan dan hanya bisa gigit jari.

"Jangan marah lah mas kumis,meski begitu tebalnya kumis dirimu,mas Rahmat tetap yang paling tampan." Elena balas meledek.

Tahu bahwa dirinya tidak akan menang dan hanya akan menambah malu kalau melanjutkan,jadi Rahmat memilih untuk diam,tidak lagi menanggapi ledekan mereka.

"Tari ayo pulang! Aku mau balik ke restoran lagi,mau bantuin mama," ajak Rahmat.

"El,aku balik duluan ya,kamu mau ikut sekalian nggak?" Tari menawarkan Elena tumpangan gratis.

"Ngapain ajak dia,Ri. Entar mobil kita mogok lagi,karena nggak sanggup bawa beban," ternyata mulut si kumis memang kagak bisa diem,dia kembali meledek Elena.

"Nggak usah Tar,tadi pagi mbak Lili sudah janji mau jemput aku dan gantiin mama,soalnya mama lagi keluar kota," jawab Elena memberitahu,dia menolak tawaran Tari tanpa meladeni ucapan Rahmat.

Mendengar nama Lili disebut,mata Rahmat berbinar-binar dia tersenyum senang dalam hati,akhirnya kesempatan itu datang juga.

"Kesempatan bagus buat gue." Rahmat membatin.

"Ya udah,dari pada nunggu sendirian di sini,mending kamu ke restoran kita aja,sekalian makan siang di sana," ajak Rahmat,tumben banget kan dia berbaik hati begitu? Ya jelas lah,dia kan ada maunya. Dan biar terlihat baik di depan Lili.

Elena menatap curiga ke arah Rahmat,dia tidak yakin cowok itu tulus,pasti ada udang di balik batu.

"Tumben banget si cowok kumis baik gitu,ada maunya ni,dasar modus!" batin Elena.

"Kelamaan mikir kamu,El. Ayo masuk aja ke mobil sebelum kak Rahmat berubah pikiran!" Tari langsung menarik tangan Elena dan mendorongnya masuk ke dalam mobil,dia tidak menunggu jawaban dari Elena.

\*\*\*\*

"Nih,aku bawain makan siang spesial buat kamu!" Tari meletakkan sepiring nasi goreng

seafood kesukaan Elena.

"Eum... Baunya aja wangi banget,pasti enak ni." Ucap Elena,dia tergoda untuk langsung mencicipinya,apalagi saat melihat asap yang mengepul di atas piring.

"Jelas dong."

"Kakak kamu dimana?" tanya Elena sambil mengunyah makanan dimulutnya.

"Tuh!" Tari menunjuk ke arah Rahmat yang sedang duduk dengan seorang wanita berambut panjang dan memakai baju pink di padu dengan celana jeans,pakaiannya sangat sederhana.

"Pacar kakakmu ya,Tar?"

"Ya bukanlah,itu mbak Lili tahu!" Jawab Tari.

Elena manggut-manggut mendengarnya,gadis itu kembali fokus menyantap makanan yang dihidangkan untuknya.

"Aku benar-benar nggak nyangka kamu bisa secantik ini,Li." Rahmat memuji,dia mulai beraksi sepertinya Lili bakal jadi korban selanjutnya.

Lili tersenyum mendengar pujian cowok itu.

Dia tahu Rahmat hanya basa basi doang,Lili sudah mengenal Rahmat dengan baik,jadi dia tahu sifat suka gombal cowok itu.

"Em,aku heran sama kamu,Mat. Sebenarnya kamu itu ngapain tebalin kumis gitu,jelek tahu!" Lili berkata jujur. Baru kali ini Rahmat mendengar dirinya di katain jelek oleh seorang cewek.

"Lili ngatain gue jelek? Gue nggak salah dengar ni? Selama ini semua cewek tergila-gila sama tampang gue yang ganteng ini,tapi Lili bisa-bisanya ngatain gue jelek?" ucap Rahmat dalam hati,dia masih tidak percaya kalau Lili barusan ngatain dia jelek.

Menanggapi ucapan Lili dia hanya tersenyum.

Restoran mereka semakin padat dengan pengunjung,Lili mulai memutar pandangannya ke sekeliling,seperti mencari sesuatu.

"Kamu lagi nyariin siapa,Li?"

"Katanya tadi mau ngenalin aku sama mama kamu,tapi kok mama kamu nggak ada?" tanya Lili heran,dia bahkan belum menyentuh minumannya sama sekali,dari tadi terus ngobrol sama Rahmat.

"Mama aku masih sibuk ngontrolin pekerjaan di dapur,bentar lagi juga ke sini."

"Sambil nunggu mama kamu datang,aku mau nanya sesuatu nih." Ucap Lili.

"Tanyain aja,itu pun kalau aku bisa menjawab."

"Kamu masih suka mainin hati cewek-cewek ya?" Hahaha... pertanyaan Lili aneh banget,Rahmat bahkan tidak kepikiran sama sekali kalau Lili bakal nanyain masalah begituan. Pertanyaan yang membuat Rahmat gelagapan menjawabnya.

"Pertanyaan kamu begitu banget,kayak nggak ada pertanyaan lain aja," ujar Rahmat dia sebenarnya enggan untuk menjawabnya.

"Masih seperti yang dulu,ya?" tebak Lili.

"Memangnya kenapa sih,Li?"

"Lalu kenapa kamu bimbang gitu? Kalau nggak ya bilang nggak,aku juga nggak masalah kok. Sebagai teman aku cuma mau ngingetin aja,kamu itu juga punya adik cewek,gimana perasaan kamu kalau adik kamu di mainin sama cowok lain.?" Tanya Lili yang membuat Rahmat mulai berpikir bahwa apa yang dikatakan Lili ada benarnya juga.

"Em,soal itu aku nggak kepikiran sama sekali." Rahmat jadi malu sendiri,karena dinasehati sama Lili.

Saat mereka lagi asyik-asyiknya ngobrol,bu Dian datang dengan wajah sumringah.

"Sudah lama menunggunya,ya. Maaf,tadi tante ada kerjaan di dapur," ucap bu Dian,wanita itu menarik kursi dan mendudukinya,mengambil posisi tepat di depan Lili.

"Nggak apa-apa kok,tante," jawab Lili lembut.

"Nama kamu Lili ya,tante kayak pernah dengar nama itu." Ucap bu Dian.

Lili mulai memperhatikan wajah mamanya Rahmat,dia juga mengenali wanita yang sekarang duduk di hadapannya.

"Ya ampun,bukankah ini bu Dian teman dekatnya mama? Jadi anaknya Rahmat? Berarti cowok yang mau dijodohin sama aku,Rahmat dong!" batin Lili,dia tidak menyangka akan seperti ini jadinya,rasanya dunia benar-benar sempit.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" dia mulai panik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!