"Akhirnya gue bisa istirahat juga." Ucap Rahmat dengan senyum bahagianya karena sekarang dia sudah mendapat tempat berteduh untuk sementara waktu.
"Lo jangan senang dulu Mat,ini cuma buat sementara doang dan ingat ya! Tinggal di sini gue nggak gratiskan buat elo,lo harus bayar sama gue tiap bulannya!" tegas Edi.
"Wah,sama sahabat aja lo sebegitu pelitnya Di,pakek hitung-hitungan segala lagi," cicit Rahmat tidak senang.
"Lo kan tahu,gue itu banyak kebutuhannya. Dan satu lagi,gue sudah hidup mandiri nggak bergantung lagi sama uang bokap gue,nah elo enak masih bisa pakek duit nyokap sama bokap,sedangkan gue...?" Edi mencoba membuat Rahmat mengerti.
"Edi benar De,seharusnya lo bersyukur di bantuin,jadi nggak boleh numpang hidup doang,lo juga harus---"
"Tadi nama gue lo panggil apa?" Rahmat bertanya dengan mata melotot tajam,dia langsung menyela omongan Jojo.
"Gue panggil Rahmat,memang kenapa?" Jojo tampak bingung,sepertinya dia tidak sadar.
"Rahmat,Rahmat... Jelas-jelas tadi itu lo panggil gue dengan sebutan De,De apaan itu? Pak de maksud lo,iya kan?" Rahmat setengah membentak dia marah,Jojo tidak gugup sama sekali masih santai aja sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
"Gini aja deh Mat,kalau lo emang nggak mau bayar ya nggak apa-apa sih,tapi lo harus mau membersihkan rumah ini setiap hari dan memasak,jadi kita sama-sama membantu gimana?" usul Edi mencari jalan keluar terbaik.
"Nah,kalau itu gue setuju!" jawab Rahmat cepat tanpa pikir panjang,sepertinya cowok itu memang malas mencari pekerjaan.
"Emang lo bisa masak Mat?" tanya Jojo sedikit meremehkan.
"Bisa dong,meski gini-gini gue itu pernah mondok,kalian kayak nggak tahu aja." Ucap Rahmat mengingatkan
"Oh iya,gue baru ingat lo itu pernah jadi anak pesantren ya," timpal Edi.
"He em..."
"Tapi kok nggak kelihatan bekas anak santrinya ya,Ed? Dia lebih mirip berandalan gitu,terus suka main cewek lagi," Jojo berbisik pada Edi.
"Kalau mau menggunjing gue,ya jangan di depan gue dodol! Pendengaran gue masih jelas," ucap Rahmat kesal.
"Lagian lo ngapain kabur dari pesantren Mat? Coba aja kalau lo patuh dan belajar dengan sungguh-sungguh di sana,pasti deh sekarang elo sudah jadi ustadz yang hebat," tutur Jojo,dia merasa kalau Rahmat sudah membuang waktu sia-sia.
"Sudah berlalu Jo,nggak perlu di bahas lagi," sahut Rahmat,jawabannya sangat enteng dia selalu saja menganggap remeh semuanya,kedua temannya tidak tahu harus berkata apa,entah bagaimana nasib Rahmat kedepannya.
"Ah,pusing gue mikirin gaya hidup lo Mat," ucap Edi.
"Nggak perlu pusing-pusing mikirin hidup gue Ed,gue aja santai." Tutur Rahmat dengan gaya cueknya.
\*\*\*
KEDIAMAN KELUARGA RAHMAT...
"Sepi bangat ini rumah ma,Rahmatnya di mana?" tanya suaminya.
Bu Dian tidak langsung menjawab,wanita itu dengan gerakan lembut melepaskan jas suaminya dan mengambil tas kerja yang dipegang suaminya,kemudian beliau membawanya ke kamar. Pak William yang melihat tingkah aneh istrinya segera mengikuti dari belakang.
"Kok nggak di jawab? Rahmat ke mana?"
"Di usir sama mama?" jawab Tari yang saat itu kebetulan lewat di depan kamar orang tuanya.
"Kok di usir?" pak Willi kaget.
"Bukan mama yang suruh dia minggat dari rumah,itu keputusan dia sendiri mama cuma ngasih jalan aja," jawab bu Dian jujur.
"Kamu itu terlalu keras mendidik anak,ma." Pak Willi malah menyalahkan istrinya.
"Ini satu-satunya jalan terbaik pa,mama cuma nyuruh dia cari kerja tapi dianya nggak mau,terus aku bilang kalau aku bakal nyita semua fasilitas dia kalau dia masih nggak mau kerja,terus dia ngancam ni,katanya ya "Kalau mama ambil semua fasilitas aku,jangan salahkan aku kalau aku bakal keluar dari rumah ini!" gitu katanya,ya sudah aku suruh aja dia pergi dari rumah,keputusan aku sudah benar kan?" bu Dian meminta pendapat suaminya.
"Em,kalau begitu ceritanya,papa setuju-setuju aja biar dia bisa belajar hidup mandiri nggak selalu bergantung pada kita,dia kan anak lelaki," setelah mendengar cerita istrinya pak Willi pun ikut setuju dengan keputusan sang istri.
\*\*\*
DI RUMAH EDI
"Kalian berdua mau kemana? Rapi banget," tanya Rahmat penasaran.
"Kita mau makan malam sama teman-teman kantor,Mat." Jawab Edi memberitahu.
"Wah seru tu,gue ikut dong! Siapa tahu ada cewek-cewek cantik di sana," celetuk cowok itu.
"Hehe... Kalau malam ini nggak bisa Mat,kasian elonya nanti,kalau kita bahas masalah kantor,lo pasti nggak bakalan nyambung," tolak Jojo mencari-cari alasan yang tepat.
"Ya,kalau nggak nyambung gue nggak perlu bicara,diam aja iya nggak Edi?" ucap Rahmat minta pendapat Edi,dia tetap ngotot pengen ikut.
"Biarin aja dia ikut Jo," ujar Edi.
"Lo yakin Ed?" tanya Jojo,dia sebenarnya tidak setuju dengan keputusan Edi.
"Yakin lah."
Dengan cepat Rahmat mengganti pakaiannya biar terlihat lebih keren,jadi dia tidak akan minder jika bertemu cewek-cewek cantik di sana.
\*\*\*
Suasana di restoran tempat mereka janjian sangat ramai,terlihat sebuah meja panjang yang sudah lebih dulu di booking oleh teman-temannya,Jojo dan Edi langsung duduk di kursi yang memang sudah disediakan untuk mereka,Rahmat juga ikutan duduk.
Salah seorang teman sekantor Edi dan Jojo yang bernama Mirna bertanya penasaran ketika melihat Rahmat. "Lho,kenapa nggak bilang sama kita-kita Jo kalau om kalian juga ikut."
GLEK... Jojo dan Edi sontak terkejut,apa yang mereka takutkan akhirnya terjadi juga,inilah alasan kenapa mereka tidak mau mengajak Rahmat,ya karena teman-temannya nanti pasti bakalan salah sangka.
"Iya ya,kalau tahu gini aku ajak aja sekalian tante aku ke sini,kebetulan tante aku masih jomblo." Tambah Aleta.
Rahmat jadi malu sendiri sekaligus marah karena mereka sembarangan mengatakan dirinya om-om.
"Ma-maaf sebelumnya ya teman-teman,dia ini Rahmat sahabat gue dari SMA dulu sampai sekarang,dia ini seumuran sama kita ya,bukan om-om!" ucap Edi memperjelas.
"Sorry Ed,kita kirain tadi dia om-om,soalnya---" Mirna tidak melanjutkan ucapannya,dia hanya memperhatikan kumisnya Rahmat yang terlihat sedikit tebal itu.
"Soalnya kumis gue terlalu tebal ya?" sambung Rahmat,dia sudah dapat menebak apa yang ada dipikirannya Mirna,dengan wajah malu-malu Mirna mengangguk,Aleta ingin tertawa sekeras-kerasnya tapi tidak berani,dia baru kali ini bertemu dengan lelaki unik seperti Rahmat. Kok bisa ya Aleta menganggap Rahmat itu unik?
"Tapi kamu terlihat tampan juga kok dengan kumis itu," puji Aleta dengan senyum di bibirnya,mendengar pujian yang dilayangkan Aleta membuat cowok itu merasa seperti terbang di atas awan☁️.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🐼-❥ʟᴜᴄɪ፝֟ꜰᴇʀ꒷꒦'⛱ᴳᵂ
makanya cukur kumis nya biar rapi biar gk di kira om om /Determined//Determined//Determined/
2024-01-31
2
🐼-❥ʟᴜᴄɪ፝֟ꜰᴇʀ꒷꒦'⛱ᴳᵂ
suruh bayar aja 5jt per bulan /Determined//Determined/ dia kan anak orkay /Determined//Determined//Determined/
2024-01-31
2
🐼-❥ʟᴜᴄɪ፝֟ꜰᴇʀ꒷꒦'⛱ᴳᵂ
kenapa rahmat di panggil pakde yak 👀 apakah karna tampang nya yg annu /Blush/
2024-01-31
2