Aleta dan Lili tidak menggubris ejekan pedas dari mulut besarnya sera,mereka bersikap seolah tidak mendengarnya,bukan takut tapi Lili tidak ingin membuat seluruh penghuni kos jadi heboh pagi itu,jadi mereka memilih untuk diam dan tidak menanggapinya.
"Ini kotak makan kamu,Al." Ujar Lili,memberikan kotak makan itu untuk Aleta,di atas kotak makanan itu sudah tertulis nama pemiliknya masing-masing,jadi tidak akan ada yang tertukar,dan semuanya pasti kebagian. Sedangkan semalam,kotak makan mereka di ambil oleh Sera jadi terpaksa mereka harus memesan makanan di luar.
Tempat kosnya bu Indri memang sangat teratur,mulai dari tempat makan,ruang tamu,semua tersedia. Jadi kalau ada orang tua dari penghuni kos yang datang maka mereka bisa menyuruhnya duduk di ruang tamu yang cukup luas yang ada di kosan mereka.
"Lo jangan berpura-pura tidak mendengar ucapan gue Lili.!" Sera dengan sengaja menarik lengan Lili begitu kencang,membuat Lili meringis menahan sakit,sepertinya Sera memang ingin melihat Lili marah.
"Aku nggak punya urusan sama kamu,Ra." Lili mencoba menahan emosinya.
"Atau jangan-jangan lo emang beneran ya simpanannya om-om.?" Sera membuat emosi Lili terus memuncak,dia tidak akan melepaskan Lili begitu saja,setelah semalam Lili menampar wajah mulusnya.
"Kita duduk di sana aja yuk Aleta!" Lili langsung mengajak Aleta untuk duduk dan menikmati sarapan mereka,saat itu hanya sebagian penghuni kos yang tinggal,karena yang lainnya sudah berangkat kuliah,hanya beberapa orang saja di sana yang sudah bekerja,seperti Sera dan dua temannya,juga Lili dan Aleta,dan satu lagi Jessi meski untuk saat ini gadis itu sedang menjadi pengangguran karena sudah dipecat dari kantornya.
"Sepertinya dia tidak mau mencari perkara sama kamu Sera," bisik Dina.
"Sudah lah Sera,biarkan saja mereka makan dengan tenang,kalau kamu terus mengganggu mereka yang ada kamu sendiri yang kehilangan harga diri." Rossa mengingatkan.
"Gue nggak peduli soal itu!" ucap Sera sambil berbalik arah dan pergi keluar dari dapur. "Lo mau kemana?" tanya Dina heran.
"Kemana lagi,ya kerja lah.!" Sera menjawab acuh tak acuh. Dia berjalan cepat meninggalkan dua sahabatnya,tempat kerja Sera tidak jauh dari kosnya,jadi dia bisa berjalan kaki saat berangkat kerja. Sera bekerja sebagai seorang penata rambut di sebuah salon kecantikan,dan dia tidak tahu kalau salon tempat dia bekerja saat ini pemiliknya adalah mamanya Lili,bu Mawar.
"Mbak,tunggu sebentar!" seorang lelaki yang sedari tadi mengawasi kost tempat Lili tinggal memanggil Sera,dengan cepat Sera menoleh kebelakang,melihat lelaki bertubuh tegap yang sekarang sudah berdiri di depannya,membuat dia sedikit takut karena tidak pernah melihat wajah lelaki itu sama sekali dia area kosannya. "Maaf,anda ini siapa ya?" tanya Sera bersikap sopan.
"Anda tidak perlu tahu siapa saya," jawab lelaki itu datar. "Saya hanya ingin bertanya saja,dan dijawab dengan jujur apa benar nona Lili tinggal di kosan itu?" lanjut lelaki itu lagi,sambil menunjuk ke gerbang kos mereka.
"Iya,dia memang tinggal di sana," Sera menjawab jujur,dia sangat penasaran dengan lelaki itu,ingin bertanya lebih lanjut namun melihat wajah dingin lelaki dihadapannya membuat dia tidak berani,terpaksa mengurungkan niatnya.
"Terimakasih atas infonya.!" Ucap lelaki tadi,dia kemudian segera menaiki mobil mewah yang tadi dikendarainya.
"Ah,benarkan seperti dugaan gue,Lili pasti perempuan simpanan,dan itu adalah salah satu bodyguard yang dikirim untuk mengetahui keberadaannya," gumam Sera,dia masih menatap mobil yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pandangannya. "Ini akan menjadi kabar paling hot di kalangan penghuni kos,yah... coba aja tadi gue merekam pembicaraan dengan orang itu." Ucap Sera berbicara dengan dirinya sendiri sambil kakinya terus melangkah menuju tempat kerja.
\*\*\*
Rumah Edi...
"Gue mau berangkat kerja dulu,Mat. Lo jagain rumah ya,dan ingat kalau gue pulang nanti makanan harus ada di atas meja makan!" Edi mengingatkan. "Eemm..." hanya begitu saja jawaban yang keluar dari mulutnya Rahmat,dia rada-rada kesal dibuat Edi tiap hari,selalu saja mengingatkannya tentang pekerjaan rumah.
"Dia pikir gue pembantu kali ya?" batin Rahmat. "Ah,sial! Gue emang mirip pembantu sekarang!" gumamnya sedih.
"Coba aja kalau mama mau berbaik hati nyuruh gue pulang,pasti deh gue langsung pulang,nggak perlu tinggal di rumah Edi lagi."
"Bicara sama siapa lo,Mat?" tanya Edi.
"Buset deh ah,lo bikin jantung gue hampir copot aja!" Rahmat terlonjak kaget,hampir saja membuat pisau ditangannya jatuh.
"Lo udah gila ya,makanya ngomong sendiri?" ledek Edi. Rahmat yang saat itu masih sibuk memotong daging ayam,menghentikan sejenak aktivitasnya.
"Katanya lo mau berangkat kerja,kenapa balik lagi,ada yang ketinggalan?" Rahmat balik nanya.
"Gue mau ambil berkas yang ketinggalan," jawabnya.
"Sudah lo ambil kan,kalau sudah sana pergi!" usir Rahmat,tapi kok jadi aneh ya,kenapa sekarang dia yang seperti pemilik rumah?
"Lo ngusir gue?" Edi menatapnya tidak percaya.
"Bukan ngusir,cuma nyuruh pergi," ralat Rahmat.
"Sama aja,gue pergi dulu.!" Ucap Edi mengakhiri obrolannya.
"Kenapa hidup gue gini amat ya?" ucap Rahmat begitu Edi pergi.
\*\*\*
Saat jam makan siang di kantor,Edi,Jojo,Mirna dan juga Aleta,mereka berempat makan bersama di kantin kantor. Suasana makan siang mereka diwarnai dengan canda dan tawa seperti biasanya.
"Aku jadi penasaran ni Ed,kok Lili nggak bilang apa-apa ya kemarin pas pulang dari shopping? Dia nggak ceritain tentang pertemuannya dengan Rahmat sama aku," ungkap Aleta.
"Dia nggak mau kali lo tahu tentang Rahmat,kalau dia itu teman lamanya si pak de." Ujar Jojo sambil ketawa.
"Aneh juga ya kalau Lili nggak cerita." Mirna mulai berpikir negatif.
"Emang gimana sih reaksinya si Lili pas ketemu sama pak de?" Jojo juga ikutan penasaran sama cerita Edi.
"Ya terkejutlah,Lili bahkan memanggil Rahmat dengan sebutan om-om,bikin perut gue geli aja." Edi mulai menceritakan kejadian lucu kemarin saat Lili bertemu kembali dengan Rahmat.
"Sampe segitunya?" Mirna sampai tidak berkedip mendengar cerita dari Edi.
"Kayaknya dia memang sudah kehilangan aura kemudaannya deh!" pikir Jojo.
"Harusnya kita cari cara biar Rahmat mau mencukur kumisnya itu." Jojo mengusulkan.
"Bagaimana kalau kita potong aja saat dia lagi tidur?" usul Aleta.
"Nggak bisa,kalau cara begituan mah,nggak bakalan berhasil. Sekali dipegang aja dia sudah kebangun,apalagi kalau kumisnya yang lo cukur. Nggak yakin deh gue,esoknya lo masih bisa melihat dunia." Tutur Edi,dia tidak berencana untuk menakut-nakuti teman-temannya,karena memang itu kenyataannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments