Mama Lili

Tidak ada seorangpun yang bicara,keduanya sama-sama diam. Lili tidak mengeluarkan sepatah katapun,begitu juga dengan bu Mawar,mamanya Lili.

"Mama kenapa tiba-tiba datang ke sini?" tanya Lili mulai bersuara.

"Memang nggak boleh kalau mama ke sini? Kamu sama papa sama aja,selalu main rahasia-rahasia an segala sama mama," jawab bu Mawar menunjukkan wajah cemberutnya.

"Kalau mama datang ke sini cuma mau ngebahas soal perjodohan itu,aku nggak bisa jawab apa-apa,aku nggak punya jawabannya untuk sekarang." Ucap Lili berterus terang.

"Mama bukan mau ngebahas soal itu kok,cuma pengen ketemu kamu saja,mama sudah kangen,kamu sih nyari tempat kos jauh banget,terus nggak ngasih tahu sama mama lagi," keluh wanita itu.

"Lalu,mama tahu tempat kosnya Lili dari mana?" tanya Lili heran.

"Dari orang suruhannya mama," jawabnya memberitahu.

"Jadi,selama ini mama mata-matain aku?" Lili terlihat tidak senang,sambil tersenyum bu mawar menjawab. "Bukan mata-matain kamu,tapi mama cari tahu lewat anak buahnya papa."

"Kayak nggak ada kerjaan lain aja," ucap Lili sambil memutar bola matanya dengan malas.

"Kosan ini bagus,luas,dan sangat nyaman ditempati,apa ini miliknya bu Airin?"

"Bukan,ini miliknya bu Indri,kakaknya bunda Airin," jelas Lili.

"Owh...!" wanita itu manggut-manggut. "Li,mama ingin kamu kembali ke rumah." Ujar bu Mawar,inilah tujuan sebenarnya bu Mawar datang ke kosannya Lili,pembicaraan mereka tadi itu cuma basa basi doang.

"Ternyata tebakan Lili nggak salah," gumam Lili.

"Mama sih nggak maksa,tapi setelah ini kamu jangan rahasia-rahasia an lagi sama mama ya,jangan cuma papa yang kamu kasih tahu dimana keberadaan kamu sekarang,mama kan juga pengen ketemu sama anak mama yang cantik ini," ucap wanita itu seraya memeluk anaknya.

"Iya,Lili nggak bakalan kemana-mana,Lili tetap di sini,mama kalau lagi kangen bisa datang aja ke sini," jawab Lili membalas pelukan mamanya,dia sebenarnya tidak ingin merahasiakan keberadaannya pada sang ibunda. Tapi,dia terpaksa melakukannya,karena tidak ingin mama terus mendesaknya untuk menerima perjodohan dengan anak dari teman baiknya mereka,Lili tidak suka di jodoh-jodohkan,lagi pula ini juga bukan jamannya siti nurbaya.

\*\*\*.

"Sepatu ini bagus ya,say?" Nina meminta pendapat kekasihnya.

Salah satu mbak karyawan di toko itu melihat aneh ke arah Nina dan Rahmat.

"Kenapa,mbak?" Nina bertanya ketika melihat wanita itu hanya bengong menatap mereka.

"Em... cuma terkesan aja mbak,soalnya baru kali ini ngelihat anak sama bapak dekat dan mesra kayak orang pacaran," jawab si mbak dengan polosnya sambil terkekeh.

Rahmat sendiri tidak bisa mentolerir ucapan wanita itu,spontan aja dia mengajak Nina untuk berbelanja di toko yang lain,yang ada di mall itu.

"Kita belanja di tempat lain aja,yuk!" ajaknya dengan wajah yang tak enak di pandang.

"Lho,kenapa?" Nina bingung.

"Buat gue tambah bad mood!" sinis Rahmat.

"Lho,emang saya salah ngomong,ya?"wanita itu bertanya heran,setelah sepasang kekasih itu pergi.

"Ya iyalah lo salah ngomong,itu kan pacarnya,bukan bapaknya,emang nggak bisa lihat ya mesra gitu?" jawab temannya.

"Ya elah mana gue tahu,tak kirain bapaknya,eh ternyata pacarnya." Lanjutnya seraya tertawa,dia menertawakan kebodohannya sendiri,sekaligus menertawakan Rahmat dan Nina.

Nina melihat ada high heels cantik yang di pajang di dalam kotak kaca,dia terpana dengan kemewahan sepatu itu,akhirnya mengajak Rahmat untuk masuk dan melihat sepatu yang sudah menarik perhatiannya.

"Wah... Bagus sekali!" Nina berdecak kagum. "Sayang,aku mau sepatu yang ini! Kayaknya cantik kalau aku memakainya." Ucap Nina seraya meminta pegawai toko itu untuk mengambil sepatu yang diinginkannya.

"Apa pun yang kamu pakai akan terlihat bagus," puji Rahmat.

"Berapa,mbak?"

"Satu juta tiga ratus mbak!" jawab pegawai itu.

Sepasang mata Rahmat membulat mendengar harganya,menurutnya itu sangat mahal. "Murah ya sayang,aku ambil ya?" tanya Nina.

"Murah apanya? Duit gue bisa terbuang sia-sia cuma buat beli sepatu jelek ini," batinnya kesal,namun di depan Nina dia tidak bisa menolak.

"Ya,ambil saja!" suruhnya,meski terpaksa. Kalau menolak nanti dia dikira pelit lagi.

"Gimana mbak,jadi nggak?" pegawai itu bertanya meminta kepastian.

"Jadi mbak,sekalian saya mau tas paling bagus yang ada di toko ini,mbak bisa menunjukkannya?" Nina semakin menjadi-jadi,tadi sepatu,sekarang tas,mungkin sebentar lagi dia juga akan minta dibelikan berlian.

"Boleh mbak,di sana semuanya tas-tas branded,mari saya tunjukkan!" wanita itu membimbing Nina dan Rahmat menuju tempat pemajangan tas-tas mahal,yang terletak di samping pintu masuk.

Mulut Nina tak henti-hentinya berdecak kagum,melihat tas-tas bagus dan bermerek itu,dengan harga yang lumayan mahal,mungkin bagi dia harga sejuta,dua juta itu masih terbilang murah,tapi bagi Rahmat itu sangat mahal. Karena,dia tidak suka berbelanja barang-barang mahal begitu,dan lagi itu bukan untuk dirinya melainkan untuk Nina.

"Kalau ini berapa,mbak?" Nina menunjuk salah satu tas berwarna pink yang dipegang pegawai itu.

"Ini dua juta pas mbak,tapi kalau mbak mau yang lebih bagus lagi juga ada,dan harganya sudah pasti lebih mahal. Namun,bahannya sangat bagus,dan saya yakin mbak tidak akan menyesal kalau membelinya," pegawai toko itu mulai mempromosi tas mahalnya,nggak tahu apa mendengar harganya saja Rahmat ingin segera cepat-cepat keluar dari toko itu.

"Nin,aku keluar sebentar ya,mau angkat handphone ini dulu!" ucap Rahmat. Nina yang masih fokus memilih tas mana yang akan dibelinya,hanya menjawab singkat saja,dia terlihat tidak terlalu peduli dengan ucapan Rahmat tadi.

"Ah,syukur gue bisa keluar dari toko itu." Ucap Rahmat,setelah berjalan cukup jauh dari toko tempat Nina sedang sibuk memilih tas.

"Untungnya otak gue masih bisa berpikir jernih disaat-saat terjepit seperti ini,katanya aja bayar sendiri,ujung-ujungnya gue juga yang bayarin,dia kira gue nggak tahu apa sifat liciknya dia."

"Sayang,kamu ngapain di sini?" tegur seorang wanita cantik,membuat Rahmat terkejut setengah mati,udah nafasnya masih belum teratur lagi,eh sekarang dikejutkan dengan kehadiran cewek cantik di depannya.

"Sayang?" ulang Rahmat,dia heran karena gadis itu memanggilnya sayang.

"Ih... Mulai deh,sifat lupanya kambuh lagi kan,aku Riani pacar kamu!" gadis itu mencoba mengingatkan,Rahmat gelagapan dia baru ingat kalau Riani adalah pacarnya,tapi Rahmat tidak ingat kapan mereka mulai memiliki hubungan,soalnya pacarnya masih ada yang lain lagi.

"Ka-kamu ngapain di sini?" tanya cowok itu sedikit gugup.

"Nih,baru habis belanja!" tunjuk Riani memperlihatkan tas belanjaannya.

"Em,aku lagi buru-buru ni,nanti kita ketemu lagi ya?" ucapnya sambil berlalu pergi. "Iya,jangan lupa kabarin aku ya,kalau sudah sampai di rumah!" pesan kekasihnya.

Rahmat mengangguk di iringi senyum sok manisnya,dan dia segera mengambil langkah lebar-lebar untuk bisa cepat-cepat keluar dari gedung itu,supaya tidak bertemu lagi dengan Nina. Rahmat tahu keputusannya meninggalkan Nina seperti itu adalah keputusan yang salah. Nina pasti akan kembali mengomel-ngomel kepadanya nanti.

\*\*\*"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!