"Dari pada sibuk memikirkan masalah mbak Sera yang nggak jelas itu,mending kita jalan-jalan sambil..."
"Makan-makan!!" sambung Lili dan Aleta secara bersamaan,mereka sudah tahu kemana arah pembicaraan gadis itu.
Rumah Elena memang satu area dengan dengan kos mereka. Oleh sebab itu,jika ingin keluar mereka harus melewati gerbang kos dulu,jadi mau nggak mau mereka harus berpapasan dengan Sera dan tiga pria yang tidak dikenal itu.
"Kapan kamu akan membayarnya?" salah satu dari tiga pria itu bertanya.
"Saya akan membayar secepatnya." Sera meyakinkan.
Lili,Aleta dan Elena dengan jelas dapat mendengar pembicaraan mereka. Mereka kini sudah berada di depan gerbang kos,Lili menghentikan langkahnya dan menatap ketiga lelaki itu,pandangannya tajam dan menusuk,seolah menyuruh tiga lelaki itu untuk segera pergi,sepertinya Lili mengenali mereka.
"Kami akan datang lagi,pastikan untuk segera menyiapkan uangnya,kalau tidak kamu akan tahu akibatnya!" ancam lelaki itu,seperti segan dengan Lili.
"Kita tidak mungkin pergi berjalan kaki sampai ke restoran mahal itu,kan ?" ucap Aleta sengaja mengeraskan suaranya di depan Sera.
Kali ini sepertinya Sera tidak ingin mencari masalah dengan ketiga orang itu,makanya dia memilih untuk langsung pergi.
"Jalan kaki saja,kita juga bukan mau ke restoran kok,tapi kita akan jajan di depan lorong sana!" tunjuk Elena ke depan lorong,tempat dimana mang Udin si penjual bakso keliling suka mangkal sambil menunggu para langganannya datang.
"Boleh juga tu,kebetulan aku juga lagi pengen banget makan baksonya mang Udin,rasanya enak banget." Lili setuju dengan idenya Elena.
\*\*\*\*
Lagi-lagi Lili kembali bertemu dengan Rahmat
dan dua sohibnya,Jojo dan Edi.
"Enggak nyangka bisa bertemu dengan kalian di sini." Ucap Edi tersenyum senang.
"Tiba-tiba aja suasananya jadi nggak nyaman begini ya," gumam Elena,dia sangat tidak suka dengan kehadiran Rahmat di sana. Si cowok kumis yang mulutnya kayak ember bocor itu.
"Setiap ngelihat kamu kenapa dunia terasa sempit banget,ya?" Rahmat tidak tinggal diam,dia juga sengaja menyindir Elena untuk membuatnya kesal.
"Kalian kalau ketemu selalu aja bertengkar,kayak Tom and Jerry aja." Ucap Jojo heran,Rahmat cuma nyengir kuda mendengarnya.
"Bang,bakso saya sudah siap belum?"
"Ini mas baksonya!" mang Udin memberikan satu mangkuk berisi mie bakso yang tadi dipesan Rahmat.
"Lho,lo pesannya buat diri sendiri aja ya,buat kita kok nggak ada?" Jojo bertanya.
"Iya,kebiasaan pak de memang begitu,pelitnya nggak ketulungan." Ucap Edi menambahkan.
"Li,duduk di sana aja yuk!" Rahmat mengajak Lili untuk duduk sedikit jauh dari teman-temannya.
"Pergi saja Li, daripada dia disini yang ada entar bikin Elena tambah bad mood lagi," suruh Aleta menyarankan. Lili melihat ke arah Elena sebentar,gadis remaja itu terlihat tidak peduli sama sekali,dia terus memakan baksonya dengan santai,mungkin Elena tidak mau mendengar ocehan si kumis lagi,makanya dia bersikap seolah-olah tidak peduli.
"Ayo!" akhirnya Lili menerima ajakan teman lamanya.
Sekarang mereka sudah duduk lebih jauh dari teman-temannya itu,jadi dia sudah bisa berbicara dengan leluasa sekarang,tanpa ada yang mengganggu.
"Orang tuamu kan kaya Li,kenapa kamu memilih ngekost,kenapa enggak tinggal di rumah aja?" tanya Rahmat,dia penasaran dengan kehidupan Lili.
"Bosan Mat di rumah terus,sendiri lagi enggak ada teman,mending ngekost. Aku juga lagi belajar hidup mandiri,nggak mau terus bergantung sama uang orang tua."
"Uhuk... Uhuk!" Rahmat sampai tersedak dan terbatuk-batuk mendengar jawaban Lili yang seperti sindiran pedas untuknya. "Nyesal gue mengajukan pertanyaan bodoh itu," batin Rahmat.
"Gimana sih makannya? Pelan-pelan dong!" ucap Lili seraya memberikan teh manisnya untuk Rahmat.
"Lah,ini kan minuman kamu."
"Udah,diminum aja dulu,nanti aku bisa pesan lagi yang lain," Ucap Lili memberikan minumannya pada Rahmat,meski ragu-ragu cowok itu tetap mengambilnya.
"Kamu kerja di mana sekarang?" pertanyaan Lili membuat Rahmat hampir tersedak untuk kedua kalinya.
"Aku cuma membantu mama di restorannya," jawab Rahmat berbohong,memangnya kapan dia membantu mamanya,kalau bantu menghabiskan uang,itu baru benar. Boro-boro ngebantuin,disuruh dipaksa-paksa dia juga nggak bakalan mau,apalagi membantu dengan suka rela.
"Boleh dong kalau sekali-kali aku dan teman-teman datang ke sana?" Lili bertanya meminta persetujuan.
"Boleh,tapi jangan ajak si gentong yang ada entar gue bangkrut lagi." Rahmat mengingatkan,tapi perkataannya itu sembarangan banget.
"Kamu nggak lihat dia sudah ramping begitu,lagian menurut aku Elena enggak gendutan kok,dia bisa dibilang berisi,kamu aja yang berlebihan menilai dia," ucap Lili apa adanya.
"Kalau sekarang emang gue akui dia lebih seksi,tapi kalau untuk yang dulu-dulu gue enggak bisa bilang begitu,dia tetap gentong!" cicit Rahmat,mulutnya penuh dengan mie bakso.
"Buk!" seseorang tiba-tiba datang dan meninju punggungnya,membuat semua makanan Rahmat yang belum ditelannya menyembur keluar.
"Auh..." Rahmat mengelus-elus punggungnya yang terasa cukup sakit.
"Rasain itu!" tukas Elena kesal,ternyata dia yang memukul Rahmat dari belakang. Lili hanya bisa tertawa melihat mereka berdua,Elena terlihat sangat marah karena Rahmat dengan sengaja memanggil namanya gentong.
"Sakit banget tahu! Tadi itu lo mukul gue pakai apa sih,pakek kayu,ya?" bukannya meminta maaf untuk meredamkan amarah Elena,eh... si kumis malah semakin meledeknya,dia sangat suka menyiram minyak di atas api
"Terus aja ngeledek." Ucap Elena.
"Udahlah El,jangan diladeni lagi,Rahmat memang begitu. Bukankah kamu tahu sendiri sifat dia gimana,dia memang nyebelin." Lili mencoba melerai,matanya menatap Rahmat,dia memberi isyarat dengan matanya,menyuruh cowok itu untuk diam saja.
"Sakit banget Lili,tubuh gue berasa kayak ditimpa balok kayu," lanjut Rahmat,bukannya diam,dia malah membuat Elena semakin kesal.
"Mbak,pulang aja yuk! Lama-lama aku tambah gerah berada di sini." Ucap Elena kesal.
"Kebanyakan lemak sih,makanya cepat gerah," cowok itu kembali meledeknya.
"Mbakk...!" rengek Elena,kayaknya darah tingginya sudah semakin memuncak.
Lili tidak bisa berbuat apa-apa,dia hanya bisa mengikuti kemauan Elena. Rahmat benar-benar usil,sudah tahu Elena cepat kesal,masih aja digangguin.
"Mat,aku pulang dulu ya,kapan-kapan kita ketemu lagi," ucap Lili saat akan pulang.
"Bagaimana kalau malam minggu ini kamu datang ke restoran aku,sekalian aku kenalin sama mama. Kamu mau,nggak?" tanya Rahmat,dia berharap Lili punya waktu dan mau menerima ajakannya.
"Boleh banget,aku mau kok!" jawab Lili senang.
"Tapi ingat ya,yang tadi aku bilang,jangan bawa si dia!" Rahmat kembali mengingatkan.
"Si dia siapa,mbak?" tanya Elena menatap Rahmat dengan pandangan curiga,Elena curiga kalau si dia yang dikatakan oleh cowok kumis itu adalah dirinya.
"Bukan siapa-siapa kok,ayo kita pulang!" Lili langsung menarik tangan Elena,dia tahu kalau tidak segera membawa Elena pergi dari sana,maka Rahmat pasti akan kembali mengganggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments