"Gue langsung pulang aja ya,Di?" ucap Jojo begitu Edi dan Rahmat turun dari mobilnya.
"Oke,hati-hati lo!" pesan Edi sebelum Jojo menghidupkan mesin mobilnya.
"Eh pintu rumah kok kebuka,ya?" Rahmat tampak bingung,padahal tadi seingatnya,dia sudah mengunci pintu depan.
"Jangan-jangan ada maling yang masuk lagi." Rahmat malah menakut-nakuti.
"Wah benar juga," Edi langsung berlari memasuki rumahnya,dan dia dibuat terkejut dengan keberadaan Tari di sana,dia duduk dengan tenang di atas sofa,menutupi wajah dengan rambutnya,sudah seperti kuntilanak saja dan itu sontak membuat Rahmat juga terkejut.
"Buset dah ah,ini anak kurang kerjaan banget!" ucap Edi sambil mengelus dadanya,jantungnya hampir aja copot.
"Kamu Ri,kamu ngapain ke sini?" tanya Rahmat,wajahnya terlihat tidak senang dengan kedatangan Tari.
"Mau lihat bagaimana kondisi kak Bemo di sini!" jawabnya meledek.
"Lo panggil gue apa tadi?" tanya Rahmat berharap kupingnya salah dengar.
"Kak Bemo," ulang Tari sekali lagi.
"Kayaknya nama panggilan elo semakin banyak ya,Mat?" Edi ikut nimbrung.
"Diam...!!!" sentak Rahmat kebawa emosi.
"Ah,kalian berdua sama-sama nyebelin," ucapnya lagi mulai melunak.
"Kamu kenapa bisa masuk ke sini Tari?" tanya Edi,mengambil posisi duduk tepat di samping gadis itu.
"Kak Edi sama kak Rahmat benar-benar ceroboh,masa keluar rumah pintunya nggak di kunci,udah pagar kagak di gembok,pintu rumah juga nggak dikunci,gimana kalau ada maling yang masuk?" cicit Tari mengomentari keteledoran mereka berdua.
"Tapi tadi aku yakin deh pintunya sudah di kunci," jawab Edi.
"Perasaan lu aja kali," timpal Rahmat.
"Entahlah!" jawab Edi kemudian.
Tari tampak mengambil sesuatu dalam tasnya,dan itu ternyata handphone kakaknya.
"Nih! Mama nyuruh aku buat kasih ini untuk kakak!" Tari memberikan handphone milik Rahmat,dengan tersenyum bangga Rahmat mengambil benda itu.
"Ternyata mama memang sangat sayang sama gue" ucapnya tak lepas dari senyum penuh bahagia.
"Sayang apanya? Mama malah ingin sekali menginjak-injak hp itu biar pecah berkeping-keping." Ucap Tari kesal.
"Apa yang salah sama hp gue?"
"Lihat saja panggilan tak terjawab,penuh dengan nomor pacarmu itu,bikin mama pusing," omel Tari.
"Kan gampang Tar,tinggal di matikan aja hpnya," kata Edi.
"Sudah dimatiin sama mama,eh tuh cewek-cewek genit malah datang ke rumah nyariin kak Rahmat,apalagi pacarnya yang nggak jelas itu tuh!" ujar Tari sedikit sinis.
"Pacar gue yang mana?"
"Pasti si Nina," tebak Edi.
"Iya,kak Edi benar. Perempuan itu sudah tiga kali datang ke rumah,nggak siang nggak malam ada aja tamu cewek yang datang," keluh Tari. "Mama bilang keadaan seperti ini membuatnya sangat terganggu,jadi mama mau kak Rahmat mutusin semua pacar kakak itu,"
Rahmat segera menanggapi permintaan Tari dengan satu kata saja. "Tidak!"
"Kakak tidak mau melakukannya ya sudah,terserah! Tapi ingat,jangan pernah menginjakkan kaki lagi di rumah!" ucap Tari tegas.
"Ah,kamu sama saja seperti mama." Ucap Rahmat dengan nada kecewa.
"Mama cuma mau kakak memutuskan hubungan dengan mereka,itu saja kalau kak Rahmat masih mau pulang ke rumah," ungkap Tari menyampaikan apa yang di suruh mamanya.
"Soal pekerjaan?" tanya Rahmat penasaran.
"Nggak perlu,yang penting kakak putusin mereka semua."
Edi hanya mendengarkan saja percakapan dua bersaudara itu,dia tidak ingin ikut campur lagian itu bukan urusan dia.
"Gue nggak mau,gue lebih milih nggak usah pulang aja,lagian siapa juga yang mau pulang,di sini juga nyaman,nggak perlu dengerin omelan mama tiap harinya," pungkas Rahmat,dia sudah yakin dengan keputusannya.
Mata Edi membeliak lebar mendengar keputusan temannya.
"Mampus deh gue,dia betah tinggal di sini," batinnya.
Tari menatap ke arah Edi dengan senyum mengejek sambil berkata. "Semoga kak Edi baik-baik saja dengan benalu ini."
"Lo ngatain gue benalu ya Tari?" Rahmat tidak terima adiknya mengatainya seperti itu.
"Kenyataannya memang begitu kan?" Tari semakin membuat kakaknya jengkel.
\*\*\*
Di Kosan...
"Dari tadi aku lihat kamu cemberut terus,ada apa sih Elena?" tanya Lili ketika melihat Elena masih duduk di depan teras dan matanya memandang langit.
"Mbak tahu nggak cowok yang di kenalin mbak Mirna sama mbak Aleta itu mulutnya kayak comberan," adu Elena,dia sepertinya benar-benar kesal,bahkan tisu ditangannya diremas-remas dengan begitu kasarnya.
"Masa mulut kayak comberan?"
"Mulutnya itu lho mbak,kayak cewek. Nggak,lebih parah dari cewek." Cicit Elena.
"Masih marah,El?" tanya Aleta yang baru saja keluar dari kamarnya dan duduk di sebelah Elena.
Elena tidak menggubris pertanyaan gadis itu,dia masih kesal dengan kejadian di restoran tadi.
"Mbak Aleta nanya tu,kok nggak dijawab?" tegur Lili.
"Males ah,mbak Aleta nyebelin," jawab Lili cemberut,wajahnya yang chubby terlihat begitu lucu kalau lagi cemberut.
"Omongan si kumis aja kamu masukin kehati El,dia kan juga nggak sempurna,emang apa hebatnya dia coba,sampai berani ngomongin kamu kayak gitu." Ucap Aleta,dia tidak menyadari kalau ucapannya itu membuat Elena tambah marah.
"Nah sekarang mbak Aleta berani ngomong kayak gitu,kenapa nggak dari tadi aja pas masih di restoran saat si cowok kumis itu masih ada?" tanya Elena.
Aleta bungkam tidak bisa menjawab,dia kemakan omongannya sendiri sedangkan Lili hanya tersenyum saja melihat mereka berdua.
"Memangnya dia ngatain kamu apa El?" Lili penasaran.
"Dia bilang aku kayak tante-tante!" Elena mengadu pada Lili.
"Kan kamu duluan yang panggil dia om-om." Ucap Aleta,bukan ingin membela tapi faktanya memang begitu.
"Memang mirip om-om kok,kumis tebal kayak gitu siapa sih yang nggak salah sangka?" balas Elena.
"Ya,Elena benar Al. Dia kan nggak sengaja,kamu sih sama Mirna ngotot banget pengen nyariin cowok buat Elena,eh nggak tahu yang kamu cari malah buaya berkumis." Timpal Lili ikut membela.
"Tuh,dengerin omongannya mbak Lili," sambung Elena lagi sambil cengengesan.
"Ya,ya deh aku yang salah." Akhirnya Aleta mengalah.
"Dah ah,tidur yuk!" ajak Lili.
"Iya aku juga sudah ngantuk ni,sudah larut malam,anak kost yang lain aja sudah pada tidur dari tadi cuma tinggal kita bertiga doang yang masih melek." Tutur Aleta,pandangannya menyapu ke sekeliling,tidak tampak lagi penghuni kos yang berkerumun di sana suasana jadi sangat sepi.
"Kalau begitu aku pulang dulu ya," pamit Elena dia langsung menghilang dalam sekejap mata,rumahnya Elena juga satu kawasan sama kost mereka,jadi mereka tidak perlu mengantarkannya pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments