Bab 20. Ulang Tahun Binar.

Tak ada hal yang paling menyakitkan bagi Mada saat ini, selain melihat gadis yang dicintainya terbaring di ranjang rumah sakit dalam kondisi memperihatinkan. Hati Mada jelas hancur mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Binar.

Jiwanya mendadak tergulung oleh perasaan bersalah yang menggunung. Terlebih, ketika Binar tak juga kunjung menyambut uluran tangannya. Gadis itu bahkan sempat berteriak keras guna menolak kehadiran Mada dan mengusirnya. Namun, Artanti berusaha meyakinkan Binar untuk mau menemui Mada. Kendari sebenarnya Endra tidak setuju, tetapi berkat sang istri, beliau pun menyetujui kehadiran Mada.

Kini hanya ada mereka berdua saja di sana. Larut dalam keheningan menyesakan. Binar memilih untuk membuang muka, saat Mada menatapnya dalam-dalam. Binar bisa melihat ada banyak hal yang tersirat di wajah Mada.

"Tak perlu merasa kasihan padaku, aku tak patut dikasihani!" ujar gadis itu dingin.

"Siapa yang mengasihanimu?" kata Mada.

"Kamu! Aku tahu betul arti tatapanmu itu! Maka dari itu aku benci orang lain mengetahuinya."

Mendengar perkataan Binar, raut wajah Mada semakin terlihat mendung. "Aku tidak pernah mengasihanimu!" tegasnya.

Binar mendecih. Dihapusnya air mata yang ternyata telah jatuh membasahi pipi gadis itu. Mada hendak membantu, tetapi Binar dengan keras menepis tangannya. Ia kembali marah dan mengusir Mada sambil berkata tak ingin bertemu dengannya. Beberapa barang bahkan dilempar Binar ke arah Mada. Namun, Mada berusaha keras menahan Binar dengan memeluknya erat.

Entah sudah berapa kali Mada mengucapkan kata maaf pada Binar. Maaf karena pernah meninggalkan dirinya dulu, maaf karena tak langsung kembali dan memilih pasrah akan hubungan mereka, maaf karena bukan ia lah yang mengajak mereka kembali menapaki masa lalu, dan terakhir ... maaf karena Mada tidak menyadari kondisi Binar.

Binar menangis keras. Tangannya yang semula memberontak kini mencengkeram kuat pakaian Mada. Keduanya menangis, saling menyalurkan perasaan masing-masing.

Binar tak lagi bisa menyembunyikan diri dari Mada.

...**********...

Sejak pertemuan mereka waktu itu, Mada hampir setiap hari mengunjungi rumah sakit untuk menemani Binar. Tak jarang ia bahkan menginap di sana bergantian jaga dengan keluarga Binar.

Keluarga Mada sendiri telah mengetahui kondisi Binar dan telah menjenguknya beberapa waktu lalu. Wilhelmina dan suami tidak melarang Mada untuk fokus menemani Binar, apa lagi mereka tahu sebesar apa perasaannya pada gadis itu. Begitu pula sebaliknya.

Masih melekat dalam ingatan Wilhelmina, air mata Mada yang sudah bertahun tidak pernah ia lihat, malam itu mengalir deras membasahi pipinya.

Dalam pelukannya, Mada meminta izin untuk terus bisa mendampingi Binar.

...**********...

Beberapa hari kemudian.

Hari ini adalah hari ulang tahun Binar yang ke-tiga puluh satu. Sudah sejak pagi Endra dan Artanti menanyakan apa yang ingin Binar lakukan untuk merayakan hari ulang tahunnya.

"Tidak perlu melakukan apa-apa, Yah, Bu," jawab Binar lembut. Wajahnya kini semakin tirus dan pucat, dengan berat badan yang hanya tiga puluh sembilan kilogram. Alih-alih wik yang terpasang di kepala Binar, gadis itu justru memakai topi kupluk buatan sang ibu. Ia sudah tak ingin lagi memakai wik karena terlalu merepotkan dan sedikit-sedikit lepas.

"Tidak bisa begitu, Nak," ujar Artanti.

Binar tersenyum tipis dan kembali menggeleng. Gadis itu kemudian menatap sekeliling ruangannya guna mencari seseorang. "Mada mana Bu?" tanya Binar.

"Ah, Mada izin hari ini tidak datang karena ada urusan kantor. Mungkin akan datang tengah malam nanti," jawab Artanti.

Mendengar jawaban sang ibu, Binar terlihat sedih tapi berusaha menutupinya. "Kalau begitu aku ingin tidur saja seharian ini."

"Kami benar-benar tidak ingin merayakannya Sayang?" tanya Endra. Sang ayah turut membuka suaranya ketika menyadari raut kesedihan Binar. Mungkin ia merasa kecewa karena di hari ulang tahunnya, Mada malah tidak datang.

"Iya, Yah." Binar merebahkan diri di atas ranjang. Artanti membantu menyelimuti tubuhnya dan membiarkan gadis itu tidur.

Tepat saat sore hari, Binar dibangunkan oleh dua orang perawat.

"Ada apa, Nurse?" tanya Binar keheranan, sebab dua perawat tersebut meminta dirinya untuk ikut. Pasalnya sore ini ia tidak memiliki jadwal apa pun.

"Ada pemeriksaan lebih lanjut, Binar," jawab salah seorang perawat yang memang seumuran dengannya.

"Pemeriksaan apa?" tanya Binar lagi dengan raut khawatir.

"Hanya pemeriksaan biasa di lab. Kamu tidak perlu khawatir," kata perawat lainnya.

Binar pun mau tidak mau menuruti mereka. Dengan kursi rodanya ia pergi bersama dua perawat tersebut menuju lantai satu. Namun, saat keluar dari lift bukannya menuju ke laboratorium yang dimaksud, perawat tersebut malah mendorong kursi roda Binar sebuah ruangan kosong yang biasa dipakai pertemuan mau pun acara-acara yang diadakan pihak rumah sakit.

"Nurse, kenapa kita ke sini?" tanya Binar heran.

Dua perawat itu sama sekali tidak menjawab dan hanya tersenyum.

Ruangan yang mereka masuki ternyata gelap gulita. Binar yang ketakutan meminta untuk kembali ke ruang perawatannya. Namun, sedetik kemudian, lampu ruangan pun menyala terang.

"SELAMAT ULANG TAHUN BINAR!" Sekumpulan orang yang berada di dalam sana serempak mengucapkan sepenggal kalimat tersebut.

Binar tercengang. Pasalnya puluhan orang yang berada di sana adalah sanak keluarga dan teman-teman semasa sekolah Binar. Tak hanya itu saja, kedua orang tua Binar, Kak Genta, dan kedua orang tua Mada (beserta Mada sendiri) hadir di sana.

Mada yang memegang kue ulang tahun berjalan menghampiri Binar.

"Selamat ulang tahun Bi," ucap Mada lirih.

"Apa ini? Kamu memberitahu mereka semua? Aku malu!" bisik Binar dengan mata basah.

"Tak perlu malu Sayang, Ibu dan Ayah yang memberitahu mereka. Ibu tahu, kamu begitu kesepian di sini, kan?" Artanti ijut maju menghampiri Binar.

Binar terdiam. Ia memang merasa sangat kesepian selama di rumah sakit. Namun, gadis itu terlalu takut untuk memberitahu orang lain. Itu lah mengapa ia tak lagi aktif di group chat sekolah, sebab Binar tak ingin dipandang dengan tatapan kasihan oleh mereka.

Mada tiba-tiba bersuara, menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan nada yang cukup bersemangat. Ruangan pun kembali riuh karena mereka semua ikut menyanyikan lagu tersebut.

Selesai menyanyikan lagu tersebut, Mada menyodorkan kue itu ke hadapan Binar dan memintanya untuk meniup lilin yang masih menyala.

Dalam satu tarikan napas Binar meniup lilin tersebut hingga padam. Do'a-nya hanya satu, yaitu berharap semua orang yang ada di sana, terutama ayah, ibu, Genta, dan Mada, bisa terus berbahagia meski tanpa dirinya nanti.

Aku mencintai kalian semua. Batin Binar.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

I love u, Binar....😍🌹

2023-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!