Babak Final

Lampu menyala, menyorot ke arah kita, latihan selama dua hari, harus bisa maksimal di depan juri semuanya. Babak final ini, The Geng’s harus melawan sepuluh kontestan grup dance terbaik pilihan juri.

Aku menatap lurus, semua penonton siap memperhatikan kita semua. Aku melirik sedikit, dentuman musik sudah dimulai. Alunannya sangat bersemangat, membara, seperti kobaran api penyemangat.

Aku pun memulai dance saat tepat diketukan nada masuk, membuka dance dengan gerakan ke kanan dan ke kiri, memainkan tangan ke sana dan kemari, lalu kita melakukan aksi permainan tangan yang menepuk ke telapak tangan, dada, lalu pahan, semuanya bergantian.

Setiap tepukan membuat gerakan kaki yang diangkat berlawanan arah, kita serentak melakukannya. “THE GENG’S!” Aku menyerukan nama kita, bersamaan dengan yang lainnya.

Permainan dance tangan harus berganti dengan posisi tempat, di mana barisan belakang harus ke depan. Kita melakukan dance kembali serempak, permainan dance kali ini sederhana, tetapi sulit diikuti jika tidak teliti.

Permainan kaki dan tangan di dance kali ini harus memang serempak serta berlawanan arah, jika kiri bertemu dengan kanan, maka kanan akan bertemu dengan kiri.

Baik itu dari goyangan tangan maupun kaki, semuanya seperti itu. Persilangan formasi kita lakukan saat tepat di pertengahan musik, dentumannya semakin keras dan bersemangat.

Membuat kita bertukar formasi dengan berjalan sedikit berlari yang membuat elegan saat berpindah. Aku dan teman-teman melakukan posisi zig-zag, melakukan kembali gerakan tangan, kita mengulang setiap dance yang sudah dibuat.

Semuanya nampak rapi, kompak, dan heboh tentunya. Musik yang The Geng’s gunakan juga sangat meriah, membuat suasana semakin meriah. Juri-juri melupakan penilaian mereka kepada kami, aku memperhatikannya meski masih berfokus pada dance yang ditampilkan.

Hingga saat musik berada di ujung, Sandi dan Putra melakukan aksi jungkir balik ke belakang, berdiri sempurna menghadap juri.

MC bertepuk tangan, memberikan asumsi bagaimana penampilan kita yang amat cantik menurutnya. MC juga mempersilahkan juri memberikan nilai pada aku dan teman-teman.

Angka yang juri tampilkan hampir rata-rata 9/8, aku menutup mulut dengan kedua tangan, angka yang kita capai di babak final termasuk angka yang cukup sempurna.

Aku dan teman-teman mengucapkan makasih, lalu turun dari panggung. Para panitia memberikan sebotol air mineral, aku menerima satu botol air mineral yang langsung kubuka, dan segera meminumnya.

Sambil berjalan, aku menghentikan meminum air, saat aku sedang menutup botol. Rio mendekatiku, “Can. Tadi penampilan kita menurut lu gimana?” Pertanyaan Rio membuatku mengangguk-angguk pelan.

Lalu mulai menjawab pertanyaan itu sambil menghentikan langkah membuat Rio juga menghentikan langkahnya, aku menoleh ke hadapan Rio, “Rapi sih, kompak juga, kek semangat kita semua itu bener-bener kelihatan banget. Menurut lo gimana?” Aku membalikkan pertanyaan pada Rio.

“Menurut gue sih sama kayak jawaban lu, cuman bagi gue dance kemaren lebih seru aja, meskipun yang sekarang jauh lebih keren dari yang kemaren.” Jawaban Rio membuatku mengangguk-angguk kepala, mengerti apa yang dia maksud.

“Iya sih, menurut gue juga gitu, semoga aja kita bisa masuk kategori tiga besar,” ujarku.

“Aamiin, semoga aja ya, gue berharap bisa menang lomba sih, ini first buat gue ikutan lomba dance.” Ucapan Rio membuatku mengerti bahwa dia mengharapkan kemenangan di awal karir dancenya.

Meskipun LorezQ sering memenangkan lomba, tapi lomba kali ini juga menjadi daya ukur segimana effort kita dalam dance, sebagai takaran seberapa mampu juga sih sebenernya. Jadi next dance, kita bisa semakin bagus, jauh lebih baik, dan semakin sukses dalam karir kita.

Karena harapan aku dan teman-teman, bisa membuat sebuah grup yang memang berada dibidang sesuatu yang benar-benar disukai.

“Can,” panggilan dari Sandi membuatku menoleh ke belakang.

Aku tersenyum ke arahnya, membuat Sandi juga mengulas senyum, dan berjalan menghampiriku yang berdiri bersama Rio saat ini. “Lo udah minum, kan?” tanya Sandi yang langsung aku tunjukkan botol air mineral yang sudah setengah botol sendiri.

“Oh oke, gue kira belum, soalnya lo tadi bener-bener totalitas, pasti capek banget,” jelas Sandi maksud memberikan nasihat padaku yang takutnya lupa untuk meminum air hanga karena aku memberikan performance yang totalitas untuk The Geng’s.

“Nggak mungkin Cantika lupa kali, San, lagian kalau dia lupa bakal gue ingetin kok,” sahut Rio yang membalas ucapan Rio.

“Apaan sih lu, ikut campur aja!” desis Sandi yang tak suka jika sedang mengobrol ada yang menyahut selain orang yang dia ajak bicara.

“Cih, sok banget!” Rio berdecih. Aku yang melihat gelagat akan adanya pertengkaran pun mulai memberikan suaranya.

“Udah, gue bisa ambil minum sendiri, gue juga gak pikun, gue juga gak perlu diingetin lu berdua, aelah, ck.” Ucapanku mampu menghentikan perdebatan diantara mereka berdua.

Sandi menarik lenganku, menjauh dari keberadaan Rio. Sedangkan Rio, dia berdiam diri dengan wajah setengah kesal dengan Sandi.

“San, lo apa-apaan dah tarik tangan gue!” pekikku yang tidak di dengar olehnya.

Sandi terus membawaku, hingga sampailah di luar gedung, tepatnya kita sudah berada di taman gedung festival dance yang berada di depan gedung ini.

Sandi melepaskan tanganku, dia berbalik menatapku, dan memegang kedua pundakku. “Bisa nggak, lu nggak usah deket-deket sama yang lain selain gue?” Pertanyaan Sandi membuatku bingung, detakan jantung pun kian beradu.

Bingung aku hendak menjawab apa, tapi sepertinya aku memang harus menjawab daripada nanti di desak untuk menjawab. “Gue deket sama siapa aja, gue gak mau ngehindar dari siapa pun, itu hak gue buat berteman sama siapa, kenapa sih sama lu?” Kini aku berbalik bertanya pada Sandi.

Sandi terdiam, dia kini memegang kedua tanganku, lalu dia mulai bersuara dengan nada bergetar dan gugup. “G-gue ... sebenernya tuh, anu, Can, eum ... lo tahu, kan, kalau gue itu selalu kasih clue-clue kode buat lu, gue itu sebenarnya-“ Ucapan Sandi menggantung.

“Weh kalian berdua, peserta kontestan, buruan masuk!” pekik seorang penjaga yang mengenali tanda di sebelah dada kanan kita masing-masing yang terdapat lencana nomer lomba.

“Iya Pak,” sahutku yang menjawab pekikkan Bapak penjaga tadi.

“San, bicaranya nanti aja ya, kita ke dalam dulu aja, daripada nanti kita di kick out gimana, haduh ...,” keluhku yang berlari masuk ke dalam, meninggalkan Sandi dan ucapannya yang menggantung, bagiku saat ini lomba jauh lebih utama dibandingkan ucapan yang menggantung tadi.

Di dalam kami menunggu semua peserta kontestan yang terpilih maju ke panggung untuk menampilkan tampilan penentu, sedangkan bagi yang sudah berada di ruangan istirahat.

Mendengar setiap ucapan MC sambil memainkan ponselnya masing-masing, termasuk aku. Hingga semua peserta kontestan yang masuk ke dalam ruangan istirahat sudah semua, barulah MC mulai memberikan waktu pada juri untuk penentuan siapakah yang layak jadi pemenang.

Aku menatap Tara, menggenggam tangan Via di sebelahku, kita semua berdoa, dan harap-harap akan menang. Hingga saat MC mulai mengumumkan, barulah kita mendengarkan baik-baik, semuanya hening.

“Dan yang terakhir adalah juara pertama, dimenangkan oleh ....” Panjang ucapan yang dibacakan MC. “Selamat kepada The Geng’s,” lanjutnya yang membuat kita langsung bamgkit dari duduk masing-masing, kita melompat kegirangan, saling berseru satu sama lainnya.

Kemenangan akhirnya menjadi milik kita, mungkin ini adalah awalan baik untuk The Geng’s ke depannya, semoga saja kita bisa menjadi tim dance terbaik satu Indonesia, aku harap begitu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!