Namaku Cantika Audya, anak kelas XI IPA 1, ketua geng LorezQ. Di mana semua anggotanya terdiri dari Tara, Devi, Alya, Via, dan aku.
Aku dan teman-teman geng LorezQ menyukai dance, kita punya masing-masing cerita satu sama lain, tentang di mana kami kenapa menyukai dance.
Aku menyukai dance sedari umur 10 tahun. Tara, dia menyukai dance sedari mengikuti pentas perpisahan di sekolah dasarnya. Devi, dia memiliki keluarga yang menyukai dance. Alya, dia menyukai dance karena melihat idol koreanya. Via, dia menyukai dance karena setiap gerakannya membuat dia tenang.
Aku dan mereka semua, memiliki cerita satu sama lain, bagaimana kami bisa menyukai dance. Dan, hal terunik dalam diri kita memiliki selera dance masing-masing juga.
Tapi, aku dan mereka menarik garis perbedaan dalam selera dance kita menjadi satu kesatuan. Itulah yang membuat geng kita selalu tembus sebagai juara di beberapa kontes dance.
Hari ini, tepat sekali. Kami akan tampil di panggung, karena kita selalu mengikuti setiap kontes dance.
“Gais, kita berdoa dulu!” teriakku yang membuat mereka mengerumuniku.
“Berdoa dimulai.” Aku menengadahkan tangan dan mulai berdoa.
Kami berdoa sesuai kepercayaan kita masing-masing, tak perlu spesifik tentang agama, karena kami memiliki privasi antar perbedaan agama diantara aku dan mereka semua.
“Berdoa selesai,” tuturku yang membuat mereka serentak mengatakan, “Aamiin.”
Aku mengulurkan tangan ke depan, diikuti dengan teman-temanku lainnya, “Geng LorezQ, hebat, bisa, juara! Huhah! Pedes kali!”
Yel-yel itu terdengar sampai semua peserta dance menoleh ke arah aku dan teman-teman. Tapi, bagiku itu semua tak penting.
“Can, Ya, Vi, Tar, semoga kita bisa menang. Gue yakin bisa menang sampe tembus final,” ujar Devi pada aku dan teman-teman lainnya.
Alya mengangguk dan menyahuti ucapan Devi, “Pasti bisa dan bakal menang, optimis semuanya!”
“Iya, kita pasti bisa kok, gais! Semangat!” pekikku yang membuat mereka ricuh dengan seruan mereka masing-masing.
Bagi aku dan teman-teman, setiap kompetisi adalah sesuatu hal yang menyenangkan, jadi hobi ini harus tetap diraih oleh aku dan mereka semua.
Aku dan teman-teman lainnya sedang menunggu giliran tampil ke panggung, hingga suara MC memanggil nama geng kita.
“Kita panggil geng hitz yang kece yang terdiri dari lima cewek cantik, geng LorezQ!” seru MC yang membuat penonton bertepuk tangan, bahkan sampai mengeluarkan kericuhan saking tidak sabarnya akan kedatangan kita.
Aku dan teman-teman naik ke panggung, menyapa sebentar ke semua penonton dan juri. Setelah itu, kita menampilkan dance terbaik yang menyatukan antara perbedaan kami.
Semua lagu yang kita suka dijadikan satu, perbedaan dance dijadikan satu, dan membentuk karakter kita masing-masing.
Semua penonton menatap kita berlima dengan kekagumannya. Aku dan teman-teman sampailah dipuncak di mana kami akan mengakhiri dance kami.
“Satu, dua, tiga, LorezQ ....” Aku menyuarakan teriakan yang disahuti oleh teman-temanku, “Hebat, bisa, juara! Huhah! Pedes kali!”
Seruan itu berakhir saat kami menghentikan dance dengan sempurna, membuat setiap pasang mata bertepuk tangan. Bahkan seluruh juri berdiri, memberikan sebuah tepukan yang membuat mereka terkesima dengan dance kami.
Aku tersenyum simpul, senang, bahagia, bercampur dalam diriku saat ini. Aku berhasil membuat geng kita menjadi sorotan semua penonton.
Geng aku dan teman-teman berhasil mencuri perhatian. Membuat sebuah gerakan yang menakjubkan dengan sempurna.
“Wah-wah ... Keren sekali ya, penampilan dari geng LorezQ, beri tepuk tangan sekali lagi!” seru MC yang datang dari balik panggung sembari berjalan ke arah aku dan teman-teman.
Aku dan teman-temanku kembali ke posisi semula, berdiri tegap di dekat MC, menunggu hasil penilaian juri, “Baik, sudah cukup tepuk tangannya, kita sekarang ke penilaian para juri.”
“Silahkan beri nilai para juri untuk geng LorezQ ini,” ujar MC yang mempersilahkan para juri memberikan penilaian.
Ada tiga juri yang duduk di depan kami, mereka semua berbarengan untuk mengeluarkan satu papan angka ke atas, dan saat mereka menghitung bersama-sama sampai angka ketiga, semua juri menunjukkan papan angkanya.
Dan, betapa terkejutnya geng kita mendapatkan nilai sempurna, “Wow, semua juri memberikan diangka 9 dan 10, luar biasa!”
Semua penonton, juri, dan MC memberikan tepuk tangan yang meriah. Aku dan teman-teman ikut bertepuk tangan dengan penuh keterkejutan kami, meski kami sering memenangkan lomba.
Tapi, kali ini adalah sesuatu yang berbeda. Sebab, kita mendapatkan nilai hampir sempurna bahkan sudah sempurna bagi aku dan teman-temanku.
Aku dan teman-temanku dipersilahkan turun panggung oleh MC. Aku yang masih tak percaya, hanya bisa terduduk lemas di kursi tunggu sebelumnya.
“GILAKK! HAMPIR SEMPURNA GAIS!” histeris Alya yang masih terkejut dengan penilaian juri tadi.
“Parah sih, gue pikir tadinya dikasih 8 atau 9, biasanya juga gitu, tapi kali ini anjir banget, kita dapet 9 dan 10,” sahut Tara yang tak kalah hebohnya.
“Keren sih kita,” timpal Via yang ikut mendudukkan diri di sebelahku.
“Good luck buat kita semua, gue seneng banget sama penilaian tadi,” ujar Devi yang menampakkan ekspresi bahagianya dengan senyuman tipis di bibir.
“Penontonnya juga pada kagum sama kita,” ujar Via yang ternyata sepemikiran denganku.
“Sama Vi, gue juga mikir gitu,” sahutku yang diangguki semua teman-temanku.
“Pecah parah! Gue berasa kayak idol korea coba! OMG! Bisa-bisa gue dilirik agensi dong, aaaa!” heboh Alya dengan teriakan dan ocehannya.
Aku dan tiga temanku lainnya, hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Alya. Hingga aku sudah gatal mulutnya untuk menyahutinya, “Ya, please tobat!”
“Iri mulu lo, Can!” seru Alya padaku.
“Cantika kagak iri, Memun! Cantika lagi kasih tahu kenyataan sama elu!” ujar Tara pada Alya yang membuat Alya cemberut.
Devi tertawa, lalu menimpali kata-kata Tara, “Nah betul tuh apa yang dikatain Tara, udahlah Ya, lo agensinya ikut kita-kita doang, realistis ya, Memunnya kita.”
Aku tertawa saat mendengar panggilan Memun yang diberikan kepada Alya, sebab dia seperti salah satu tetangganya yang bernama Memun. Suka sekali berteriak dengan kehebohannya.
Saat aku dan teman-teman sedang bercanda ria, tiba-tiba pengumuman diumumkan oleh MC, secepat itu telah berlalu begitu saja.
“Kita panggil juara tiga yang dimenangkan oleh ....” Suara MC itu menggantung.
“Forxi Dancer! Berikan tepuk tangannya!” seru MC diiringi dengan tepuk tangan yang diberikan penonton oleh kelompok dance tersebut.
“Oke, kita ke juara dua kita yang dimenangkan oleh ....”
“Powpow V! Berikan tepuk tangannya!” seru MC itu membuat kita semakin tegang.
Juara tiga dan juara dua sudah diumumkan, kini tinggal giliran juara satu yang akan diumumkan. Dan, saat kami tengah berdoa, MC mulai mengumumkan kembali siapa juara satu.
“Nah-nah, pasti kalian sudah bisa tebak juara satu nya siapa? Ada yang bisa tebak?” tanya MC itu pada semua penonton.
Sebagian ada yang berteriak geng aku dan teman-teman, dan sebagiannya lagi meneriaki geng Cyv Skyber.
Mereka geng yang cukup sering mengikuti kontes juga, seperti kami. Dan, mungkin saja kali ini dimenangkan oleh mereka. Tapi, aku harus optimis bahwa geng kita yang akan memenangkannya.
“Juara satu dimenangkan oleh ....” Suara MC Itu selalu digantungkan agar semuanya penasaran dengan siapa si sang juara 1 dancer kali ini.
“LorezQ!” seruan itu membuat aku berteriak, disusul dengan teriakan temna-temanku.
“AAAAAA!” teriak Alya heboh.
Aku dan teman-teman menuju panggung, menerima hadiah yang diberikan para juri pada kami.
“Beri tepuk tangannya untuk semua juara!” seru MC itu yang membuat kita semua yang berada di panggung merasa speechless.
Hari ini, LorezQ kembali tercatat sebagai geng dance yang memenangkan kembali gelar juara satu kami. Aku bangga memiliki geng yang punya solidaritas, kemampuan, dan semangat yang tinggi seperti teman-temanku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments